•Tak-tik Zidan #1•

245 12 1
                                    

Bel pulang berbunyi.
Hari ini aku kesal bukan main gara-gara si Manda. Bagaimana tidak tiba-tiba saja dia mendiamkan ku seharian ini. Huh, aku yakin aku pasti akan memenangkan tantangan itu.

Aku berjalan lunglai menuruni anak tangga, dari kelasku yang berada di lantai tiga bangunan sekolah, sambil menahan lapar yang telah kutahan semenjak jam pelajaran terakhir. Sialnya, di jam pelajaran terakhir tak ada secuil pun ilmu yang ku tuai. Yang ada aku beserta teman-teman sekelasku mendapat pidato panjang dari bu Ratna yang menjabat sebagai wali kelas ku. (sekedar pemberitahuan, aku berada dikelas 12 IPA 4, sedangkan Zidan, Romi, & Tyas dikelas 12 IPA 5 Thanks ).

Biasalah namanya juga udah kelas 12, jadi guru-guru tengah gencar memberi petuah untuk anak didiknya.

Ditengah kesibukanku menahan lapar, ada suara yang sepertinya memanggil namaku, sepertinya aku pernah mendengar suara itu. Tapi dimana? Siapa? Aku lupa.

"Alsha.."

"Sha, tunggu!"

Aku pun membalikkan tubuh ku dan menangkap sesosok makhluk tuhan yg kini menjadi idola baru disekolah.
Ya, sosok itu adalah Zidan. Setelah tiba dan berdiri disampingku, Zidan mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

Oh My Lord..

Dia nampak keren ketika berkeringat seperti sekarang ini. Setelah nafasnya teratur dia menegakkan tubuhnya, dan kini terlihatlah tubuhnya yg tinggi dan terlihat gagah itu. Dia menatap tepat di manik mataku, dan tatapanku serasa dikunci oleh tatapannya.

"Kenapa?", tanyaku sok Jutek.
"Eh.. gak papa kok", Zidan terlihat gelagapan dan menggaruk tengkuknya.

"Sha, pulang bareng yuk?", sambungnya memintaku untuk pulang bersamanya, dia terlihat begitu berharap.

Hm, apa ini termasuk tak-tik yang Zidan gunakan untuk mendekati ku? Entahlah, aku tak tau. Dan akhirnya aku pun menyetujui tawaran tersebut.

Sepanjang perjalanan dari koridor menuju gerbang sekolah, yang ada hanya keheningan. Mungkin dia masih merasa canggung, akhirnya aku dan Zidan hanya saling mendiamkan. Setelah melihat ku yang tak kunjung bersuara, akhirnya Zidan pun membuka percakapan.

"Sayang banget ya kita gak sekelas", Aku menangkap kekecewaan pada suaranya.

Aku pun berusaha untuk sejutek dan secuek mungkin pada Zidan.
"Kok gitu kenapa emangnya?", untuk kedua kalinya aku menanyakan kenapa. Ekspresi ku, kubuat sedatar mungkin sambil meliriknya sekilas yang sedang memandangi jalan raya didepannya. Tak terasa aku dan Zidan sudah berada dipinggir jalan. Seolah-olah mempertahankan moment indah ini. Yang disertai semilir angin menyejukkan.

Ralat ini tidak indah sama sekali.

Zidan terlihat menimbang-nimbang jawaban yang akan dia berikan padaku. Dan beginilah jawabannya.

"Mm, gak papa sih, cuma..", ada jeda sedikit, dia kembali berpikir untuk memberikan jawaban yg tepat padaku.

"Kata nyokap gue, lo pinter, dan kalo aja kita sekelas gue pengen banget bisa belajar bareng sama lo?", jawabnya mantap. Sambil menatap ku, ya ampuun tatapan itu.

Apa? What? Mamanya bilang aku pinter? Dia pengen BANGET belajar barang aku?

Oh My Lord..

Wow.. Wow..Wow...

Zidan bener-bener sedang PE-DE-KA-TE pada ku.

"Kita bisa aja kok belajar bareng, materi pelajaran kita kan sama", ya ampun, ini refleks, kenapa jadi kata-kata ini yang ku ucap. Ya ampun ingin rasanya aku membenturkan kepala ini. Kalau seperti ini, sama saja aku yang sedang memintanya untuk belajar bersama. Dasar Alsha bodoh!

Untuk membuang maluku, aku kembali bersuara. "mm, sebenarnya gue gak pinter-pinter banget kok", kataku sok merendah.

"Jadi kesimpulannya, kalo lo gak pinter-pinter banget, plus gue juga gak pinter, kalo kita sering belajar bareng, kita dikit-dikit bisa jadi pinter bareng dong ya." Terang Zidan panjang lebar dan di akhiri dengan senyum manisnya.

Ya tuhan, aku yakin Zidan benar-benar sedang PE-DE-KA-TE padaku.

***

MAINSTREAM (COMPLETE) !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang