Zidan Pov
Entah mengapa sejak pulang sekolah sampai sekarang aku terus kepikiran Alsha. Aku teringat bagaimana caranya berbicara, bagaimana kejutekannya padaku, bagaimana dia salah tingkah dengan tatapanku.
Hmm.. mengingatnya membuatku tersenyum.
Aku mematut diriku didepan kaca besar dikamarku. Seperti biasa aku terlihat masih tampan. Entah mengapa, rasanya aku tak ingin terlihat buruk di depan Alsha.
Hari ini aku akan belajar bersamanya. Karena tadi kami sudah punya janji untuk belajar bersama malam ini.
Flashback ...
"Jadi kesimpulannya, kalo lo gak pinter-pinter banget, plus gue juga gak pinter, kalo kita sering belajar bareng, kita dikit-dikit bisa jadi pinter bareng dong ya." Terangku panjang lebar dan di akhiri dengan senyum manis yang telah ku ukir indah.
"Jadi?", Alsha bertanya dengan raut wajah yang sulit ku artikan.
Senang?
Sepertinya tidak, dari tadi pagi saja sewaktu aku lewat depan kelasnya, tidak ada senyum diwajah imutnya. Justru aku menangkap raut wajah tidak suka pada wajahnya. Entah, karena tidak suka aku masuk dikelas sebelah atau tidak suka aku satu sekolah dengannya. Yang jelas dia tidak seperti teman-teman perempuan nya yang menjadi pengagumku.Sedih?
Dia tidak terlihat sedih, justru ku pikir dia tidak akan sedih atau kesepian kalau aku sering main dan belajar dirumahnya atau dirumahku.Aku memikirkan jawaban yang kira-kira dapat diterima olehnya.
"Yaa jadi, malam ini kita bisakan belajar bareng?", pertanyaanku ini hanya dijawabnya dengan anggukan tanpa menoleh kearahku."Mau belajar apa nanti?", tanyaku lagi.
"Fisika aja kebetulan gue ada pr. Terus gue juga gak terlalu paham soal fisika, kalo biologi sih gue jagonya", jawabnya dengan semangat.Tidak !
Dia semangat bukan karena menjawab pertanyaanku. Tapi, karna berhasil menghentikan sebuah taksi."Lo mau masuk juga?". Tanpa menunggu jawaban, Alsha menarik tanganku masuk ke dalam taksi.
"Jadi nanti malam dirumah lo aja ya", kataku menoleh kearahnya.
End Flashback
Dan disinilah aku. Di depan pintu rumah Alsha. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
Tanganku melayang di udara siap untuk mengetuk pintu rumah Alsha.
Kalah cepat !
Alsha lebih dulu membuka pintu, sebelum aku mengetuknya.
Dia terlihat lucu dengan pakaian santainya. Kaos biru bergambar doraemon serta celana balonnya yang begitu menggemaskan, dimataku."Kenapa gak daritadi diketuk, gue liat kok, lo udah sekitar 10 menit didepan pintu rumah gue kayak orang blo'on. Pake ngatur napas lagi, mau lahiran?", tanyanya ketus.
Aku hanya diam, sebelum akhirnya dipersilahkan masuk oleh Alsha.
Rumahnya begitu rapi. Wajar saja rumah ini hanya diisi oleh 2 orang wanita, yang ku yakini saling menyayangi satu sama lain.Aku diajak kesebuah ruangan yang terhubung dengan ruang makan. Disana kami mulai belajar.
"Eeh, Dan pr gue ternyata kimia bukan fisika, lo bisakan kimia?", tanya Alsha sambil nyengir.
"Tenang aja gue lumayan paham kok kalo kimia", kutersenyum bangga. Alsha hanya manggut-manggut.
Dia menyuruhku, membuka buku kimia halaman 76 tentang Penghilangan BOD dalam Pengolahan Air Limbah.
"Peruraian dengan metode lumpur aktif hanya memerlukan beberapa jam, jauh lebih cepat dibandingkan dengan peruraian serupa yang terjadi secara alami dalam selokan atau air sungai... prosesnya : Bahan organik → + O2→CO2+H2O+energi, bla..bla...bla..", Aku menjelaskan panjang lebar dan Alsha mendengarkan dengan malas, lucu sekali wajahnya.
Baru satu setengah jam belajar, Alsha sudah ingin mengakhiri proses belajar malam ini.
"Dan, udahan yuk ngantuk nih." bujuk Alsha sambil memajukan bibirnya.
Aku pun hanya mengikut saja, padahal aku sendiri pun belum belajar apa-apa, dan sialnya Alsha masih belum paham dengan apa yang kuterangkan.
Sebelum pamit pulang aku mentandaskan terlebih dahulu cheese cake yang disuguhkan oleh tante Alya mamanya Alsha.
Aku pun kembali kerumah.
***
Alsha POV
Malam ini aku tidak bisa tidur. Aku masih teringat kejadian disekolah pagi tadi. Jika Zidan di kelas sebelah itu berarti dia sekelas dengan Romi dan Tyas.
Waduh, Bahaya nih !
Si Tyas kan orangnya genit plus kecentilan. Walaupun dia sudah memiliki Romi, bisa saja dia diam-diam mendekati Zidan dibelakang Romi.
Ini tidak boleh dibiarkan, runtukku. Jelas-jelas Zidan ngasih kodenya ke aku kok.
Duh, aku gak boleh cemburu. Lagian si Tyas belum bertindak apa-apa, dan belum tentu Zidan memberiku kode mungkin aku saja yang terlalu percaya diri.
Dret Dret Dret ...
Hp-ku berdering."Halo", sapaku.
"Hai Sha, lo belum tidur tadi katanya ngantuk, ini gue Zidan". Ada apa Zidan menelponku malam-malam begini. Dan darimana dia tahu nomorku?Ah ya, aku baru ingat. Aku memang sempat memberikan nomor ku padanya, karena dia yang meminta.
Saatnya aku bersikap seolah bodo amat pada nya."Kalo gue udah tidur, gue gak bakal angkat telpon dari lo", timpalku ketus.
"Hm, iya. Kenapa blum tidur?", Zidan nanya lagi. Lama-lama aku merasa seperti maling yang sedang di interogasi.
"Lo sendiri kenapa blom tidur?", tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaannya.
"Ya, karna gue gak bisa tidur malam ini", jawaban yang aneh menurutku, apa dia insomnia? Entahlah.
"Oo, gitu" singkatku.
"Sha, besok kesekolah bareng ya, tunggu gue, Bye". Zidan langsung menutup telponnya tanpa menunggu jawaban dariku."Dasar gak sopan", aku menggerutu.
Hm, apa ini termasuk tak-tik Zidan ya? Haha.. Aku jadi ge'er.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MAINSTREAM (COMPLETE) !!
Teen FictionHari ini hari yang sangat bersejarah dalam hidupku, untuk kedua kalinya aku akan menyatakan perasaanku pada seorang cowok. Dan pokoknya, kali ini aku harus diterima. -Alsha-