Sudah tiga hari ini aku tak melihat Zidan & keluarganya (tante Eva dan kak Dea), rumahnya masih kosong seperti yang terakhir kali aku lihat sore itu. Baik dirumahnya dan di sekolah aku tidak menemukan Zidan sama sekali. Kemana ya Zidan?
Aku khawatir, bagaimana keadaannya sekarang. Virza pun setiap hari menanyakan keberadaan kak Dea melalui aku, karna kak Dea sama sekali tak dapat dihubungi. Begitu pun Zidan, aku sampai membuang gengsi ku untuk menghubunginya, tapi tetap tidak terhubung.
Aku slalu ingin menanyakan hal ini pada mama, tapi selalu lupa.
"Assalamualaikum Mama pulang!", ucap mama dari luar aku yang sedang nonton di ruang tv langsung bangkit untuk menyambut kedatangannya.
"Waalaikumsalam, mama!", seruku membalas salamnya. Aku menggelayut dilengan mama, dan kami menuju ke dapur.Aku duduk di kursi meja makan. Ini kesempatan untuk bertanya soal Zidan. Mumpung lagi ingat. Aku menunggu mama selesai meneguk segelas air putih ditangannya, lalu bertanya.
"Ma, Zidan, tante Eva, sama kak Dea kemana? kok tiga hari ini gak keliatan?", tanyaku langsung.
Mama menatapku sejenak.
"Emangnya kamu gak tau?", mama balik nanya."Ya kalo aku tau, aku gak bakal nanyalah ma". Ketusku sambil memajukan bibir ku tanda kesal.
Mama mengangguk sejenak.
"Papanya Zidan meninggal Sha", jawab mama."HAHH!", teriakku.
***
Zidan POV
Dan disinilah aku. Di sebuah rumah yang sudah lama kutinggalkan. Rumah dimana aku melewati masa kecilku dengan indahnya. Dengan ibu yang selalu ceria dan heboh (dulu), kakak perempuan yang cerewet dan penuh cinta pada adiknya (dulu), dan seorang ayah yang bijaksana dan kadang humoris (DULU). Tapi dirumah ini jugalah semuanya hancur.
Tak ada lagi kehebohan seorang ibu yang selalu terdengar ketika kami berkumpul, sekarang dia tidak seperti itu, kini dia lebih banyak diam dan termenung. Tak ada lagi kakak yang cerewet ketika aku nakal, dan sekarang kakak yang penuh cinta lebih sering emosi padaku, padahal aku hanya melakukan kesalahan kecil. Dan tak ada lagi seorang Ayah yang bijaksana dan humoris, dia telah berubah menjadi seseorang yang menurutku pengecut dan jahat.
Semua perubahan yang terjadi sekarang adalah ulahnya.
Perselingkuhan yang dia lakukan membuat keluargaku hancur berantakan bagai kapal yang diterjang ombak badai yang sangat besar. Dan parahnya dia berselingkuh dengan seorang jalang yang tak tahu malu.
Sungguh aku sangat benci pada pria yang pernah kupanggil ayah itu. Pria itu menghancurkan harapanku.
Aku meninggalkan rumah ini empat tahun lalu, setahun setelah pria itu pergi bersama selingkuhannya. Aku pindah kerumah Oma di Riau dan kemudian pindah ke Jakarta, menjadi tetangga Alsha.
Alsha? Bagaimana dia sekarang? Baru tiga hari aku tak bertemu tapi wajah datar nan imutnya sudah membuatku rindu.
Aku tak bisa memberitahu keadaanku sekarang. Aku tau di masih kesal padaku.
Kini aku berdiri di depan sebuah bingkai photo besar. Diphoto itu, Pria yang pernah kupanggil ayah berada diantara ibu dan kakak ku. Sedangkan aku, ada didepan mereka. Kami tersenyum bahagia.
Aku merindukan kebersamaan itu.
Aku menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan sambil memejamkan mataku.Tak kusangka air mataku turun perlahan. Kini Pria itu telah tiada. Dia pergi dengan berjuta rasa pahit yang ia ciptakan dihidupku. Sungguh jauh di dalam hatiku. Aku sangat rindu dan sangat menyayanginya.
"Hhhhhh, Ayahh!", lirihku tak tertahankan.
Aku jatuh tersungkur.
Aku menyesal. Seminggu sebelum meninggal dia menghubungiku dan ingin bertemu dengan ku. Tapi aku menutup hati dan telinga untuk menuruti keinginannya, walaupun sejujurnya aku juga sangat ingin menemuinya.
Aku membuka surat yang ayah tulis untukku yang ia titip pada om Farhan sodaranya yang masih bisa disebut pamanku.
----------------
Tertuju pada Khazelo Zidan Sierra, putra ayah yang sangat ayah rindukan namun sangat membenci ayah.
Apa kabarmu, nak?
Ayah harap kau baik-baik saja. Bagaimana keadaan ibu dan kakakmu, ayah yakin kau menjaga mereka dengan baik. Jauh lebih baik daripada ayah menjaga kalian dahulu.Khazelo Zidan..
Kau tahu, ayah sangat menyesal telah mengkhianati ibu dan meninggalkan kalian. Ayah sangat sangat menyesal.Ayah telah menghancurkan kebahagianmu dan juga Khazela Deavy.
Oh ya! Bagaimana kabar Khazela Deavy sekarang, pasti dia sangat cantik seperti ibumu waktu muda.
Apakah Khazela Deavy masih secerewet dulu?.
Sungguh ayah sangat merindukan suaranya yang begitu keras dan cempreng.
Pasti Khazela Deavy sangat membenci ayah, ya?Khazelo Zidan..
Seandainnya tuhan mengizinkan, ayah sangat ingin mengubah semuanya semampu ayah.
Ayah ingin kembali mengarungi lautan yang orang sebut dengan keluarga.
Ibaratkanlah keluarga itu kapal.Dikapal itu, ayah sebagai nakhoda yang mengemudikan kapal kita, yang ditumpangi oleh mu, Khazela Deavy, dan ibumu.
Kapal kita mengarungi lautan yang arusnya tenang.Tapi..
Kemudian sebuah kesalahan besar membuat kapal itu berbelok menuju kearah dimana badai besar menghadang.Membuat kapal itu hancur berkeping-keping. Ayah telah gagal sebagai nakhoda.
Ayah harap suatu saat kau bisa menjadi seorang nakhoda yang bertanggung jawab atas kapalmu.
Jangan biarkan kesalahan yang ayah lakukan dimasa lalu, membuatmu melakukan kesalahan yang sama.
Maafkan ayah Khazelo Zidan, maafkan ayah. Maafkan ayah atas semuannya, dan maafkan ayah telah menyita waktumu untuk membaca surat tak berguna ini, maafkan ayah.
Khazelo Zidan..
Satu hal yang harus kau tau nak. Ayah sangat mencintai dan menyayangi dirimu, Khazela Deavy, dan ibumu. Sangaat ...Sampaikan salam ayah pada Khazela Deavy dan ibu.. katakan ayah mencintainya dan menyayanginya. Dan sampaikan permintaan maaf ayah.
Sampa jumpa Khazelo Zidan, putraku tersayang. Aku mencintaimu, selalu.
Selamat tinggal.
Tertanda
Faritz Sierra.
Jakarta, 08 juni '15----------------
Air mataku mengalir deras. Sepasang tangan memeluk leherku dari belakang dan merebahkan kepalanya dipundakku. Kurasakan air matanya membasahi bagian belakang kemejaku. Ya, orang itu kakakku.
"Deavy", panggilku dengan suara bergetar. Aku tak pernah memanggilnya dengan embel-embel kakak, hal itu selalu membuat ibu memarahiku. Dan Ayah selalu memanggilnya dengan 'Khazela Deavy' dan untukku 'Khazelo Zidan', entah apa alasannya. Tapi tak apa itu memang nama kami kan?
"Aku merindukannya Zidan.. hiks", ucapnya tersedu, aku hanya bisa diam.
"Aku rindu saat dia memarahiku, ketika aku menjewer mu, ketika aku menyirammu saat susah dibangunkan.. hiks", dia memberi jeda sebentar.
"Ketika dia memarahiku yang pulang larut malam..hiks..hiks.. aku menyayanginya Zidan.. sungguh", ucapnya disela tangisan.
"Dia juga menyayangi dan mencintaimu serta ibu", kataku dengan tetap mempertahankan posisi kami.
"Aku meny...esal hiks.. Zidan", katanya terbata.
Aku hanya tertunduk lesu, meremas surat dari ayah. Air mataku terus mengalir tapi tak ada suara sesegukan dari mulutku seperti Deavy.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MAINSTREAM (COMPLETE) !!
Teen FictionHari ini hari yang sangat bersejarah dalam hidupku, untuk kedua kalinya aku akan menyatakan perasaanku pada seorang cowok. Dan pokoknya, kali ini aku harus diterima. -Alsha-