•Tragedi hari Selasa•

159 8 0
                                    

Kukuruyuk Kukuruyuk ...

Alarmku bunyi, kuraba nakas tempat alarmku bertengger. Sedikit sulit untuk meraihnya karena mata ku masih enggan untuk terbuka.

"Sekarang jam? WHAT, Mamaaaaaaaa", teriak ku sekencang mungkin.

Aku telat, aku telat, aku telat.
Karaih handukku, dan menuju toilet.

"Pake sabun, facial, hm apalagi yaa.. eh sikat gigi.." aku mencoba mengingat kembali hal apa yang biasa ku lakukan di toilet.

Langsung simbur.

Byurr..!!

Byurr..!!

Seragam mana seragam.
Eh "ketemu!!" Aku berteriak girang, dasi, topi, kaos kaki.

Rambut? Rapi.
Seragam? Rapi.
Wajah? Cantik.
Sepatu? Udah.

Cus, aku turun sambil berteriak.
"Mamaaaa... I'm Coming!", teriakku namun tak ada sahutan.

Aku sampai dibawah.

*krik*krik*krik*

"Mamaa" teriakku

Rumah sudah kosong.
Aku menuju teras dan terduduk, sambil menganga.

"Jangan mangap ntar lalat ijo masuk!", ucap seseorang.

Aku menoleh. Oh ternyata, Zidan.

"Ayo buruan ntar telat, udah jam tujuh nih", ucapnya lagi.

Kata-katanya bagai menghipnotisku, aku menurutinya.

Selama perjalanan hanya hening. Dari kejauhan aku bisa melihat satpam sekolah ku akan segera menutup gerbang.

"Hah buruan Dan buruan, gerbangnya mau ditutup!", teriakku histeris.

Ciiiitt..

Zidan ngerem mendadak, pak satpam yang hendak menutup gerbang langsung lari pontang-panting, takut ditabrak.

"Hah hah hah .." napasku terengah-engah. Jantungku berdegup kencang.
Zidan pun sama.

***

"Kalian taukan, apa yang kalian perbuat hampir saja merugikan diri kalian sendiri dan orang lain?", tutur seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah pak Rojak yang menjabat sebagai guru BK.

Aku dan Zidan hanya mengangguk.

"Coba kalian pikir, kalau pak Borok tertabrak, apa yang terjadi?", pak Rojak bawa-bawa nama pak Borok si Satpam bertubuh gembul.

"Ya.. paling tekapar!", sahutku tanpa sadar. Aku langsung menutup mulut dengan sebelah telapak tangan.
Zidan menoleh kearahku, pandangannya sulit kuartikan.

"ALSHA, CUCI SEMUA WC WANITA YANG ADA DISEKOLAH INI, S E K A R A N G ! ! !", pak Rojak membentak sekaligus memerintah. Aku langsung menuju luar ruang. Entah bagaimana nasib Zidan selanjutnya.

Huft..

Aku mulai membersihkan satu persatu WC dihadapan ku. Gak terlalu repot, Wc perempuan selalu bersih.

Prepet ... prepet ... prepet ...

Bel istirahat pertama berbunyi, tugasku baru selesai semuanya. Kira-kira Zidan dihukun apa ya?

Aku pergi menuju kantin, disalah satu meja aku menemukan dua sejoli yang baru saja mengubah status mereka yang semula jomblo menjadi berpacaran.

"Manda, Panjul." Teriakku, mereka menoleh serempak.

MAINSTREAM (COMPLETE) !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang