Chapter 23

1K 74 36
                                    

Seorang pria dewasa berkacak pinggang sambil menghela nafas lelah. Ia tidak menyangka jika akan menghabiskan banyak tenaga. Terlebih lagi, ia sudah lelah mengurus nya. Terlampau aktif membuatnya kewalahan.

"Yang Mulia Putra Mahkota, ayolah. Apa kamu tidak akan membiarkan orang tua ini beristirahat? Tulang-tulang saya bahkan sudah terasa patah semua. Berhentilah sebentar, Yang Mulia," keluh pria itu kepada anak laki-laki dihadapannya, lebih tepatnya seorang remaja laki-laki.

Merasa diabaikan, pria itu kembali mengoceh dan mengomel. "Yang Mulia, saya berbicara pada anda tau, Bukan batu! Ayolah, setidaknya respon sedikit perkataan saya." kesal pria itu kembali.

"Apa Yang Mulia... Hmptt," merasa terganggu dengan ocehan pria itu, anak laki-laki itu menyumpal-kan beberapa daun kering yang dipungutnya kedalam mulut pria itu. Agar tidak berisik dan tenang sedikit.

"Berisik!" sentak anak laki-laki itu merasa terganggu.

Pria dewasa itu mendengus. Selalu saja begitu. Dingin, sarkas, cuek, adalah sifat dari Putra Mahkota itu. Perkataan sarkas sudah menjadi makannya sehari-hari.

Pria dewasa itu berdecak kesal. "Yang Mulia Putra Mahkota, apakah anda lupa kalau Yang Mulia Kaisar menyuruh anda untuk hadir di acara penyambutan Dewi Air Yan Dan? Mengapa Yang Mulia malah pergi ketempat lain dan tidak menghadiri acara itu?! Yang Mulia ingin saya di cincang, ya?" lontar pria itu dengan nada kesal. Ia sudah benar-benar tidak kuat jika harus menghadapi kelakuan Putra Mahkota didepannya.

Anak laki-laki itu mendelik tajam. Lirikan matanya seperti ingin membunuh mangsa saat itu juga.

"Bisakah kamu diam, Jendral? Sudah bosan hidup, heh?!"

Mendengar ancaman itu, pria yang dipanggil Jendral mengukir senyum dan tertawa hambar. Gila! Dia masih ingin hidup, loh. Gak mau isdet duluan.

"Haha.. Yang Mulia bisa saja. Kebetulan Jendral ini masih ingin hidup, loh. Masih ingin menemani Yang Mulia sampai.." mata pria itu melotot melihat sebuah panah meleset kearah mereka. Ia segera berteriak dengan panik saat panah itu mengarah langsung kepada Putra Mahkota didepannya.

Gawat!

"YANG MULIA, AWAS!" teriak pria itu khawatir bercampur panik. Apalagi jarak antara panah dan tubuh Putra Mahkota semakin dekat.

Wush..

Srett...

Jleb!

"YANG MULIA PUTRA MAHKOTA LAN ZHAN YAN!"

°°°°°°

Gerbang istana saat ini sedang ramai dengan sebuah rombongan yang akan pergi. Kaisar Zhang, Permaisuri Ming, serta beberapa Jendral penting akan mengantar kepergian sang Ibu Suri bersama Putri Ketiga Kekaisaran Zhang. Ngomong-ngomong Kaisar Zhang telah mengumumkan kepada seluruh anggota kekaisaran Zhang tentang Putri Ketiga.

Hampir seluruh orang bersorak gembira mendengar hal itu. Jika begitu, tahta Putri Mahkota kedepannya akan aman. Karena keturunan langsung dari Kaisar Zhang yang akan menduduki langsung tahta Putri Mahkota. Dan, Selir Agung Yu beserta kedua putrinya tidak akan menyalahgunakan tahta Putri Mahkota. Mereka akan kalah telak jika bersaing langsung dengan garis keturunan Kekaisaran Zhang.

Kaisar Zhang menghela nafas panjang. Ia tidak rela jika harus berpisah dengan putrinya. Jika putrinya tidak merengek dari tadi, ia tidak mungkin mengijinkannya ikut pergi bersama Ibu Suri An ke kuil Yanchi. Ada perasaan tidak rela mengganjal dihatinya. Sulit sekali melepas sang Putri dari jangkauan matanya.

Rebirth As An Imperial PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang