Prolog

5.2K 330 6
                                    

Note : Cerita ini hanyalah fiksi dan khayalan semata.

Dua buah kendaraan beroda besi tengah melaju kencang membelah jalanan yang terlihat sepi. Bunyi tembakan terus saja terdengar mengiringi laju dua kendaraan itu. Digaris depan, seorang gadis terus saja mengumpat merutuki dirinya sendiri.

"Sial." umpatnya pelan.

"Ck, gini, nih, kalo gak denger ucapan Ayah tadi," ia merutuki dirinya yang tidak mendengar ucapan Ayahnya.

"Mana gue gak bawa senjata lagi," ujarnya kesal. Setelahnya, terdengar suara tembakan yang berasal dari mobil dibelakangnya.

Dor!

Pyarr!

Kaca belakang mobil miliknya hancur berkeping-keping saat sebuah peluru menembusnya. Violetta, gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ia sendiri tengah bingung bagaimana caranya agar terhindar dari kejaran musuh keluarganya sendiri. Gadis itu nekat pergi dari rumah setelah mendengar bahwa kesayangannya, seekor monyet berjenis kelamin perempuan yang bernama Juju diculik oleh musuh keluarganya. Ia bahkan tidak mendengar ucapan Ayahnya yang menyuruhnya untuk tidak pergi seorang diri. Yang bisa dilakukannya sekarang hanya menghindar dari tembakan musuh keluarganya. Mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan suara rata-rata, adalah caranya untuk menghindari saat ini. Melakukan penyerangan balik pun tidak bisa. Tidak ada senjata atau satu alat pun yang bisa ia gunakan untuk menyerang balik. Ia begitu ceroboh, tidak memikirkan untuk membawa senjata agar bisa berjaga-jaga bila terjadi sesuatu. Dan kecerobohannya ini, berhasil membuat kalang kabut menghindar dari serangan musuh.

Ditengah keheningan malam, suara mesin beroda besi semakin terdengar. Seolah-olah mengisi keheningan malam itu. Beruntung jalan yang dilewati tidak terlalu terjal dan berkelok-kelok. Jadi, Violetta tidak terlalu sulit untuk mengemudikan kendaraannya diatas kecepatan rata-rata.

Fokus Violetta terpecah saat suara dering ponsel miliknya terdengar. Ia berdecak pelan. "Ck, siapa, sih, yang telpon?!" sungutnya kesal.

"Gak tau apa kalo gue lagi sibuk."

"Sibuk pertahan-in hidup, sih. Lebih tepatnya." ia tertawa seperti orang gila yang kehilangan akalnya. Nasibnya benar-benar begitu buruk. Berjuang sendirian untuk mempertahankan hidupnya sekarang.

Lagi-lagi suara dering ponsel kembali terdengar. Violetta benar-benar ingin membanting ponselnya saat itu juga. Ia benar-benar tidak tahu harus melampiaskannya dengan apa.

"Kalo gue mati. Gue salah-in juga ni yang telpon." desisnya.

Pasrah. Akhirnya, gadis itu mencoba mengambil ponselnya dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya memegang stir mobil. Gadis itu bahkan tidak memperhatikan laju kendaraannya di jalan. Atensinya tertuju pada ponsel yang bodohnya ia taruh di dasboard sebelah kiri. Sedikit lagi, tangannya menyentuh ponsel miliknya. Pada akhirnya, ia berhasil meraih ponsel miliknya itu. Namun, tidak dengan laju mobil miliknya yang tidak tentu arah.

"Aaaaaa!"

BRAK.

Mobil berwarna hitam itu menabrak pembatas jalan dan terguling ke jurang. Didalamnya, cairan kental berwarna merah bercucuran mengotori dasboard mobil. Ditengah kesadarannya, Violetta bergumam, "Awas aja lo yang telpon! Gue sleding nanti kepalanya!" lalu, pandangannya menggelap.

Rebirth As An Imperial PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang