Chapter 25

891 75 4
                                    

Sepanjang jalan gadis kecil itu terus saja menggerutu tidak jelas. Ocehan disertai kata serapah terus saja keluar dari bibir mungilnya. Nampaknya, gadis kecil itu sedang terlihat kesal. Terbukti dari raut wajahnya yang suram.

"Nenek, ayolah. Kenapa kita harus ke penginapan terlebih dahulu? Apa tidak bisa langsung pergi ke kuil?"

Ibu Suri An menggelengkan kepalanya. Mendengar sang cucu yang sedari tadi terus saja mengeluh membuat ia gemas. Gemas ingin membungkusnya, lalu membuangnya jauh-jauh.

Cerewet sekali!

"Cucuku, Sayang. Dengarkan Nenekmu ini dulu. Kita tidak bisa langsung pergi ke kuil itu, Mi'er. Karena ada sesuatu hal yang harus Nenek selesai terlebih dahulu disini," Ibu Suri An sedikit berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan gadis kecil itu.

Jiao Mi menatap wajahnya lekat. "Apa itu, Nek?" tanyanya penasaran. Ibu Suri An mencubit gemas pipinya yang tertutup cadar. Gadis kecil itu telah menggantikan topeng miliknya dengan cadar.

"Rahasia."

Jiao Mi menatap datar Ibu Suri An. "Terserah Nenek saja, lah." ujarnya dengan perasaan dongkol. Gadis kecil itu berpaling, lalu mulai memperhatikan kondisi sekitar dengan serius.

Penginapan ini terlihat begitu jauh dari Ibu kota. Tempatnya berada di dalam hutan. Terlebih lagi, keadaannya bisa di bilang cukup sepi. Namun, pemandangan indah hutan dapat dilihat dengan jelas dari penginapan ini. Ditambah dengan udara segar yang sejuk yang dapat membuat siapapun nyaman dibuatnya.

Ibu Suri An terkekeh kecil. Melihat raut kesal wajah sang cucu, menjadi hiburan tersendiri baginya.

Tangan lentik Ibu Suri An terangkat untuk membukakan sebuah pintu masuk kedalam penginapan. Saat pintu terbuka, pemandangan dan keadaan didalam menyambutnya.

Netra indah Jiao Mi sedikit melebar. Ia kira, mereka hanya berdua di penginapan ini. Tidak tahunya, didalam terdapat beberapa orang yang berpakaian cukup aneh.

Senyum tipis terukir indah di wajah cantik sang Ibu Suri. Gadis kecil itu pasti dibuat bingung dengan keadaan sekarang. Melihat raut wajahnya saja sudah membuktikan bahwa gadis kecil itu sedikit terkejut dan merasa heran.

Beberapa orang langsung bangkit dari tempat duduk, lalu mulai memberikan salam hormat.

"Salam, Yang Mulia. Semoga anda diberikan umur panjang."

Ibu Suri An mengibaskan tangannya yang berbalut hanfu berwarna putih.

"Bangkitlah,"

Mereka semua menurut, lalu bangkit dengan perlahan. Atensi mereka terarah pada gadis kecil yang berdiri disamping Ibu Suri An.

Dalam benak mereka bertanya-tanya. Siapakah gadis kecil itu? Lalu, apa hubungannya dengan Ibu Suri?

Menyadari hal itu, Ibu Suri An segara berkata sambil merangkul bahu sang cucu.

"Sebelumnya, saya ingin memperkenalkan seseorang pada kalian. Gadis kecil yang berdiri disamping saya adalah cucu kesayanganku. Dia merupakan putri dari Kaisar Zhang dan Permaisuri Ming." Ibu Suri An mengambil nafas sejenak sebelum melanjutkan perkataannya.

"Dia adalah Putri Ketiga Kekaisaran Zhang." orang-orang itu mengangguk-angguk kepalanya seolah mengerti.

"Oh, ternyata Putri Ketiga Kekaisaran Zhang." tak lama kemudian, mereka tersadar lalu terkejut mendengarnya. Salah satu dari mereka sempat tersedak air yang diminumnya.

"Hah? Putri Ketiga?!"

Ibu Suri An memutar bola matanya malas. Telat sekali responnya.

°°°°°°

Rebirth As An Imperial PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang