"IBU!"
Beberapa pelayan mendekat ke arah kedua Putri itu. Teriakan mereka begitu kencang dan terdengar keras. Sehingga menyebabkan beberapa pelayan menghampiri mereka.
"Tuan Putri ada apa? Kenapa berteriak? Apa terjadi sesuatu?"
"Iya, katakan sesuatu, Putri?! Jangan buat kami menjadi khawatir!"
Yu Shu memutar bola mata malas mendengar ocehan para pelayan itu. Kenapa mereka cerewet sekali, sih? Enggak bisa apa cerewet dikurangin dikit gitu. Jangan kaya Burung Beo, ngoceh terus. Berisik!
"Diam!" sentak Yu Chu kemudian. Seketika tidak ada suara lagi yang terdengar. Benar-benar hening.
"Sekali lagi kalian mengoceh, akan ku potong lidah kalian satu-persatu!" imbuh Yu Chu mengancam. Pelayan-pelayan itu menunduk takut. Mereka mulai menjaga sedikit jarak dengan kedua Putri itu.
Setelah kembali dari Sekte, kekejaman mereka tidak berubah ternyata. Bahkan mungkin lebih kejam. Rumor kekejaman mereka sudah tidak asing lagi bagi para pelayan di istana Kekaisaran Zhang. Terlebih lagi, para pelayan pribadi kedua Putri itu. Mereka berdua memang suka sekali menindas para pelayan yang terlihat lemah dan tidak becus menjalankan perintah.
Pepatah mengatakan, 'Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.' Sifat mereka berdua memang tidak jauh berbeda dari Selir Agung Yu. Suka menindas orang-orang lemah. Iyalah, orang Ibu kandungnya juga.
"Dimana Ibu?!" tanya Yu Shu langsung. Ia tidak perlu berbasa-basi kepada pelayanan-pelayanan rendahan itu. Derajatnya lebih tinggi dari mereka. Ia seorang Putri, sedangkan mereka hanya seorang pelayan biasa.
Salah satu pelayan menjawab takut-takut. "Selir Agung Yu sedang menemui Yang Mulia Kaisar Zhang, Putri." kening mereka mengerut tidak mengerti. Untuk apa Ibu mereka menemui Ayah Kaisar? Apa ada suatu urusan yang begitu penting? Atau berusaha melakukan sesuatu yang akan dibenci? Apa cinta lebih penting, daripada buah hati?
Membayangkannya saja dapat membuat Yu Shu dan Yu Chu menjadi kesal. Anak pulang bukannya disambut, malah keluyuran. Tega bener jadi Ibu! Tau gini mending gak usah pulang aja sekalian. Tinggal selamanya di Sekte juga gak papa. Yang penting lebih di utama-in, daripada dibiarin.
"Ck, apa urusan Ibu lebih penting daripada kami berdua?" sungut Yu Shu. Disampingnya, Yu Chu tidak jauh berbeda dengan sang Kakak. Ia terlihat begitu kesal dengan Ibunya.
Apa ini yang disebut dengan penyambutan? Hanya pelayan-pelayan saja yang menyambut? Yang benar saja! Terlebih lagi, tidak ada sambutan hangat sama sekali. Lebih tepatnya, hanya sambutan biasa yang terjadi saat ini.
"Tunggu, Ibu menemui Ayah Kaisar dimana? Di paviliun? Ruang kerja? Atau istana Kekaisaran?" salah satu pelayan lainnya menjawab dengan cepat.
"Di istana Kekaisaran, Putri." kedua gadis itu nampak mengangguk paham. Mereka segera pergi dari hadapan pelayanan-pelayanan itu. Liat saja nanti, mereka akan memprotes dan mengadukannya kepada Kaisar.
°°°°°°
"Apa? Protes?!" Tianglong menunduk takut. Ia menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.
Jiao Mi berdecak kesal. "Udahlah, mau pulang aja," katanya. Tianglong segera menatap Tuan-nya. Ia lupa untuk mengatakan sesuatu.
"Ah, ya. Master, saya lupa memberitahu Anda jika terjadi perbedaan waktu antara ruang dimensi Anda dan keadaan di luar." ujar Tianglong memberitahu. Memang, perbedaan waktu antara ruang dimensi dan dunia luar itu ada.
"Jelasin!" titah Jiao Mi.
Tianglong segera menjelaskan. "Begini, Master. Jika Master berada disini selama 1 hari, diluar sana sama saja dengan 1 jam. Dan seterusnya," Jiao Mi mengangguk paham. Ia berterima kasih kepada Tianglong yang sudah mau menjelaskan. Lalu setelahnya, ia menghilang dari pandangan Tianglong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth As An Imperial Princess
Fantasi[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] Violetta, seorang gadis yang mengalami perpindahan jiwa. Di umurnya yang menginjak 15 tahun, ia harus mengalami insiden kecelakaan yang mengakibatkan dirinya mengalami perpindahan jiwa ketubuh seorang bayi yang baru saja di...