Chapter 22

1.1K 78 36
                                    

Jiao Mi tersenyum senang. Akhirnya, ia bisa ikut pergi bersama Ibu Suri An ke kuil Dewa Kehidupan. Betapa menyenangkan perjalanan yang akan ia lewati selama perjalanan itu? Sungguh, ia tidak sabar menantikannya.

Saat ini, gadis kecil itu tengah duduk santai di gazebo taman belakang paviliun. Ditemani dengan cemilan dan juga teh yang sudah di siapkan oleh pelayan pribadinya, Ning Lu. Bahkan, kue favoritnya yaitu kue Bulan juga sudah tersedia dihadapannya. Ditambah dengan pemandangan indah taman belakang miliknya. Benar-benar menyenangkan.

"Je," panggil Jiao Mi pelan. Aman, tidak ada siapapun disekitarnya. Kecuali, beberapa pelayan yang berlalu-lalang kesana kemari.

Tak lama kemudian, sebuah benda melayang tepat dihadapan. Dengan suara khasnya, ia berkata dengan percaya diri.

Ding!

[Iya, Master? Kenapa memanggil saya? Master butuh sesuatu? Atau jangan-jangan Master merindukan saya, ya?]

Jeje si sistem dengan pedenya ia berkata seperti itu. Sedangkan sang Tuan hanya menatapnya datar. Dia cukup tercengang dengan perkataan si Jeje. Tumben, pede. Biasanya enggak, tuh.

Ini robot sakit atau gimana?

"Je, lo sehat? Gak kurang obat, kan?" cetus Jiao Mi asal. Lagian ni sistem aneh banget tiba-tiba kaya gini. Kan, jadi ngeri. Serem aja gitu.

Jeje mendengus kaku. Emang, ya, susah ngajak bercanda itu anak kecil. Bawaannya ribut mulu. Heran, deh.

Ding!

[Terserah Master saja, lah! Suka-suka Master mau bagaimana!]

Jiao Mi meresponnya dengan anggukan santai. Kemudian, ia tersenyum jail. "Ngambek, nih, ceritanya?" godanya dengan seringai tipis. Lucu sekali melihatnya.

"Utututu.. sistem kek Jeje bisa ngambek juga ternyata."

"Lucu, deh!"

Jeje makin menjadi, bahkan ia memunggungi sang Tuan. Sial, Tuan-nya sungguh jail. Bukannya dibujuk, malah diledek. Nasib, punya Tuan kek gitu.

Jiao Mi tertawa kecil. Melihat Jeje merajuk dan menggangunya adalah sebuah kesenangan lain baginya. Jarang-jarang sekali, Jeje bertingkah seperti itu. Biasanya ia terlihat begitu kaku dan serius.

Tak ingin membuat sang sistem semakin merajuk, gadis kecil itu mengakhirinya dan mengganti topik. "Oke, oke, bercanda. Sekarang, serius, Je." mendengar itu, Jeje akhirnya menatap kembali Tuan-nya. Sudahlah, tidak perlu diperpanjang.

Ding!

[Apa, Master? Masalah yang tadi?]

Tebakan Jeje begitu tepat. "Iya. Tapi, gue mau tanya sama lo. Dua cewek yang tadi itu, Putri Pertama sama Putri Kedua, Je? Gue denger-denger mereka anak Selir Agung. Emang bener, ya?" tanyanya penasaran. Jika benar begitu, berarti kedua gadis itu adalah Jie-Jie-nya dan juga saingannya merebutkan Tanta Putri Mahkota.

Ding!

[Master, benar. Kedua gadis tadi adalah Jie-Jie, Master. Mereka merupakan anak dari Selir Agung Yu sekaligus anak sambung dari Kaisar Zhang.]

Kening gadis kecil itu berkerut dibalik topengnya. Ia mengangkat sebelah alisnya. Anak sambung? Kok bisa? Sepertinya, ada yang disembunyikan.

"Anak sambung? Maksudnya gimana, Je? Mereka bukan anak kandung Kaisar Zhang?"

"Lah, terus mereka anak siapa, dong? Mereka anak haram, gitu?"

"Loh, kok iso yo?"

Ding!

Rebirth As An Imperial PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang