Lisa Pov
Jennie menatapku dan menyentuh pipiku, saat ini kami saling tatap sambil berbaring. Jennie memintaku untuk bercinta, tidak bermaksud menolaknya tadi, hanya saja aku ragu karena takut berdampak pada kandungannya. Tapi jennie mengingatkanku tentang ucapan dokter minho, memang benar tadi pagi dokter minho mengatakan boleh bercinta meski sedang hamil, dengan syarat harus melakukan cara yang tidak membahayakan janin.
Baru saja aku mengungkapkan perasaanku pada jennie, aku berjanji akan selalu bersama dengannya dan tidak akan pernah meninggalkannya. Hanya ingin jennie tahu kalau aku sangat mencintainya . Tapi Tiba-tiba teringat tentang irene, aku sangat takut jennie akan tahu tentang masalahku. Entah bagaimana harus menjelaskannya pada jennie jika dia mengetahui irene mengandung anakku juga.
Meski aku mengatakan pada jennie jika aku tidak ingat dan tidak merasa bercinta dengan irene, tapi kenyataan tidak bisa dipungkiri jika memang irene hamil anakku. Jennie pasti akan tetap marah, lebih parahnya dia akan menggila. Tidak tahu hal gila apa yang akan dilakukan jennie nantinya. Aku sungguh takut jennie akan membahayakan dirinya sendiri dan calon anakku yang dikandungnya.
Karena kalut dalam kekhawatiran, aku mengatakan pada jennie agar tetap mempercayaiku apapun yang terjadi. Jennie tersenyum dan mengangguk menjawabku, setidaknya untuk saat ini senyumannya sebagai jawaban, membuatku sedikit merasa tenang meski jennie mungkin tidak mengerti maksud dibalik ucapanku ini.
"Hubby, ayo kita lanjutkan. Aku menurut padamu yang memintaku bermain lembut". Matanya berbinar menatapku, dia tersenyum dan mengusap pipiku. Refleks aku mengecup bibirnya, merasa gemas melihat jennie, wajahnya seperti bayi.
"Berbaliklah wifey, biarkan aku melakukannya. Aku akan membuatmu melupakan kegelisahanmu". Aku mengatakannya dengan suara pelan sambil mengusap punggungnya. Jennie langsung merubah posisi tidurnya, membelakangiku. Perlahan aku memeluknya, mengusap perutnya dan mencium tengkuknya. Posisi ini adalah posisi aman ketika bercinta agar tidak mengganggu janin.l
Aku menciumi leher dan bahunya perlahan karena aku sangat mencintainya. Sebisa mungkin ingin membuatnya merasakan cinta yang kuberikan. Jennie mendesah ketika aku mencumbu tubuhnya, dia menggeliat. Tanganku perlahan turun dari perut ke pahanya, aku menyentuh perlahan paha kanannya dan mengusapnya lembut.
"Hu-hubby... Emmmh...". Jennie mendesah karena sejak tadi aku menciumi leher dan bahunya, bahkan menjilat telinganya. Aku sangat menikmati momen ini, jennie mengusap kepalaku saat ini karena aku menciumi rahangnya.
"Tenanglah wifey, nikmati saja, aku akan melakukannya perlahan agar kau nyaman". Sejenak aku berhenti dari aktifitas mencumbu tubuhnya, untuk mengatakan kalimat ini. Aku berbisik di telinganya. Setelah mengatakan itu, aku menurunkan celana dan boxer yang kupakai. Melepas dan melemparkannya ke samping ranjang.
"Hubby, aku sudah tidak tahan. Cepatlah... Tubuhku terasa panas". Suara jennie terdengar serak, sepertinya dia menahan diri sekuat tenaga untuk tidak liar. Mungkin jika dia tidak sedang hamil saat ini, aku yakin jennie akan langsung mengambil tindakan ganas dengan menerkamku. Dia memang selalu dominan saat di ranjang.
Tanpa buang waktu, mendengar jennie mengucapkan itu, aku mengangkat paha kanannya agar mempermudah aksesku. Perlahan aku mengarahkan penisku untuk masuk kedalam dirinya. Meski jennie membelakangiku, tidak sulit bagiku untuk bercinta dengannya dalam posisi ini. Terasa begitu banyak cairan jennie yang keluar, dia cum begitu banyak tadi. Sensasinya luar biasa, meski terasa sempit, tapi milik jennie sangat nikmat.
Refleks aku mendongak dan memejamkan mataku karena rasa nikmat yang kurasakan ketika penisku perlahan masuk. Sengaja aku memasukannya perlahan agar tetap aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girls in My Life - Jenlisa G!P
FanfictionBetapa bahagianya jika bisa menjalani hari demi hari dengan tenang bersama orang yang kau cintai. Pasti sangat menyenangkan!. Apakah Tuhan tidak memberiku pilihan? kenapa aku dikelilingi orang-orang yang menurutku sungguh aneh?. Please... aku hanya...