Lisa Pov
Beruntung memiliki irene sebagai teman. Dia sekertaris sekaligus teman yang baik. Irene terbilang sangat perhatian sebagai teman. Setiap aku membutuhkannya dia selalu ada. Karakternya yang terkesan dingin, berbanding terbalik dengan jiwanya. Dia orang yang hangat jika sudah kenal lama, nyaman berbincang dengannya jika sudah mengenal lebih dalam. Semua orang hanya melihat sisi dingin dan cuek dari irene, itu sebabnya kebanyakan laki-laki yang mendekatinya perlahan mundur karena tidak tahan dengan sikapnya. Aku juga tidak mengerti kenapa irene sangat dingin pada pria. Padahal irene sangat cantik, apa dia tidak ingin memiliki kekasih?.
Ini sudah jam 11 malam, dia masih disini, di kamarku. Sudah ku katakan padanya untuk pulang, tapi dia tidak mau. Dia bilang ingin merawatku secara total. Sedikit lucu bagiku, irene bukan dokter atau perawat, tapi bersikap seperti aku ini pasiennya. Sejak tadi dia sibuk mengurusku, mengurus semuanya untukku. Mengompres luka, membelikan obat, membawakan air minum, membuatkan bubur, bahkan menyuapi ku saat makan. Aku bukan lumpuh, bisa makan sendiri. Dengan keras kepala dia tetap ingin menyuapiku. Alasannya karena aku kesulitan makan dengan wajah ku yang penuh luka. Untuk menggerakan bibir saja sangat sakit, itu yang dia katakan tadi.
"Irene, aku sudah baik-baik saja. Aku bisa melakukan ini sendiri. Lebih baik kau pulang, ini sudah malam". Dia sedang sibuk mengelap tangan kananku dengan handuk basah. Yaahhh aku tidak mungkin mandi dan membuat seluruh tubuhku yang remuk dan lemah ini menjadi basah kuyup. Terutama wajahku yang luka parah. Jadi memang harus membersihkan diri dengan cara mengelap.
"Diamlah lisa, kau terlalu banyak berbicara". Dia tidak mendengarkan apa yang aku katakan. Hanya fokus pada pekerjaannya mengusap dan mengelap kulitku. Jawabannya itu memang karakternya, selalu bisa membuat orang lain tidak bisa membantah.
"Apa kau sudah makan? Aku tidak melihatmu makan sejak tadi".tangannya berhenti mengelap sejenak lalu melanjutkan lagi.
"Aku akan makan setelah ini, kau perlu segera tidur lisa, sekarang buka bajumu, aku harus membersihkan seluruh tubuhmu". Aku terdiam sejenak, memang hanya tinggal bagian dalam tubuhku yang belum di bersihkan. Irene sudah mengelap kedua tangan dan kedua kakiku. Kurasa tidak perlu irene melanjutkan mengelap ku.
"Irene, aku akan mengelap tubuhku sendiri. Kau sudah membantuku sejak tadi, kau sudah terlihat lelah". Sudah cukup dia banyak membantuku. Aku merasa dia terlalu memaksakan diri, aku tidak mau dia kelelahan mengurusku.
"Wae? Apa kau malu padaku? Aku sudah sering melihat tubuhmu". Dia terkekeh sambil menatapku. Tidak salah ucapannya, dia memang sering melihatku telanjang dada. Itu karena sejak dulu dia yang menemaniku ketika aku berolahraga dengan rekan bisnis. Jadi otomatis dia sering melihatku membuka baju. Wajar membuka baju di area olahraga kan? Kami para penyuka sport terbiasa dengan keringat yang mengucur hingga baju kami basah, itulah sebab kenapa kami selalu membawa pakaian ganti.
Irene selalu menunggu di bangku penonton, hingga aku selesai dengan kegiatan olahraga bersama klien. Membuka kaos di tengah area sport itu hal wajar, jadi mungkin irene sudah terbiasa melihatku.
"Tidak, bukan itu. Sudah kukatakan kau terlihat lelah. Jangan keras kepala, kali ini kau harus memikirkan dirimu. Berbaringlah sejenak untuk membuat tubuhmu rileks. Tidak lucu jika kau pingsan karena kelelahan mengurusku". Irene adalah tipe wanita pekerja keras. Bahkan dia sering telat makan karena pekerjaannya menumpuk. Setiap kali aku ada jadwal ke kantor, selalu mengajaknya makan bersama. Itu bentuk perduliku padanya sebagai teman, tidak tega melihatnya melewatkan jadwal makan.
"Baiklah, aku akan berbaring sebentar disini". Dia bangkit berdiri membawa baskomnya dan menaruhnya di meja nakas. Melangkah menuju ranjang dan berbaring diatasnya. Dia disampingku sekarang. Aku menatapnya, dia menoleh padaku dengan kepala di bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girls in My Life - Jenlisa G!P
FanfictionBetapa bahagianya jika bisa menjalani hari demi hari dengan tenang bersama orang yang kau cintai. Pasti sangat menyenangkan!. Apakah Tuhan tidak memberiku pilihan? kenapa aku dikelilingi orang-orang yang menurutku sungguh aneh?. Please... aku hanya...