Chapter 7

3.4K 352 68
                                    

Hans, Nathan dan Reyga duduk di kursi tunggu yang ada di teras gedung Administrasi sembari menunggu Jayden yang roman-romannya akan cukup lama berada di dalam.

"Eh, gue masih penasaran sama abang lo berdua" ucap Reyga membuka pembicaraan.

"Penasaran apannya sih?"

"Yaa penasaran aja kenapa selama ini dia gak pernah muncul. Padahalkan kalo kalian berdua kan udah lengket banget kek perangko. Udah kek pasangan sehidup semati"

Sontak Hans dan Nathan saling menatap satu sama lain setelah itu saling memalingkan wajah dengan jijik.

"Iyuhhhh gue sehidup semati ama ni kutu kupret? Ogahh!"

"Ehh eyeliner fir'aun, sapa yang mau sehidup semati sama lo sih?! Gue juga ogah ya!" balas Hans sengit.

Sedangkan Reyga tertawa puas. "Nahkan emang udah klop kalian berdua tuh. Keknya yang normal cuma abang lo aja deh"

Hans dan Nathan mencibir.

"Hilihh belum tau aja lo Rey"

"Bener kata Nathan. Kalo lo udah kenal akrab sama Jay, lo juga bakal mikir 'ada ya spesies orang kaya Jay dimuka bumi ini'. Percaya dah ama gue"

"Lo juga belum liat kan sebayi apa Jay kalo manjanya kumat! Nih ya lo liat dah entar kalo Jay duduk samping-sampingan ama Nathan. Entah ada keajaiban macam apa tapi Jay yang sangar plus badannya yang tegap keker itu bakal menciut jadi kek bocah."

Nathan hanya mengangguk dengan semangat mengiyakan.

"Jadi penasaran gue. Tapi dulu dia emang gak pernah muncul ke publik ya?"

"Mama sama Papa emang sengaja ngirim bang Jay ke Amerika dari kita kecil buat keamanan dia. Terus akhirnya bang Jay sekolah sama kuliah di sana."

"Oh dia kuliah juga? Tapi kan sekarang dia disini. Kuliahnya di tinggal?"

"Kagak lah orang udah lulus!"

"Hah?! Serius?!"

Nathan lagi-lagi mengangguk. "Bahkan lulus bukan dengan gelar Sarjana doang tapi Master" jelasnya.

Reyga terbengong dengan mulut yang agak menganga. Kaget tentu saja.

"Makannya jangan heran kalo nanti omongan dia agak di luar nalar otak kita yang pas-pasan soalnya otak dia mah udah next level"

♧♧🌼♧♧

"Ah, jadi apa ada masalah tuan muda?"

Jayden menarik nafas lalu menghembuskannya dengan pelan. "Tidak nyonya. Hanya saja rekan anda telah menyakiti hati nona ini."

"Hanya karena nona muda ini memiliki kendala ekonomi bukan berarti rekan anda bisa menghina dan merendahkan orang lain. Kita tidak tau sesulit apa keadaan nona ini sekarang hingga dia belum mampu melunasi tunggakan biaya kuliahnya."

"Dan jangan pernah memperlakukan seseorang hanya dari bagaimana latar belakang atau perekonomiannya. Karena menganggap rendah latar belakang seseorang hanya akan di lakukan oleh orang yang tidak berpendidikan. Saya yakin kalian yang ada disini sangat menjunjung tinggi gelar yang susah payah kalian dapatkan bukan?"

Staff Aria buru-buru membungkuk hormat begitupun dengan staff paruh baya yang baru datang.

"Maafkan atas kelancangan saya tuan muda. Saya akan bercermin dari kesalahan saya dan memperbaiki diri"

Jayden kembali menghela nafas.

"Bangunlah. Jangan meminta maaf padaku, meminta maaflah pada nona muda ini."

Hello Brother : Tiga Raga Satu Jiwa (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang