"Eh kamu udah periksa ruangan VVIP yang di ujung itu?"
"Be-belum. Saya baru mau periksa sekarang."
"Ya udah kalau gitu pastiin semuanya oke yaa. Pasien yang di ruangan itu pasien prioritasnya Dokter Richard dan Dokter Yohan."
Perawat laki-laki itu hanya mengangguk . Dia langsung pergi tanpa melirik sedikitpun kearah perawat lain yang baru saja menegurnya.
"Dia kenapa sih?" gumam perawat itu heran.
Perawat laki-laki itu berjalan dengan perlahan. Matanya mengawasi sekitar. Gerak-geriknya sebisa mungkin nampak tenang. Hingga akhirnya dia sampai di ruangan yang menjadi tujuannya. Siapa yang akan sadar kalau di balik masker yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya, ada seringai puas dari perawat itu.
Perawat lelaki itu berjalan dengan tenang namun dari ujung matanya melirik sekeliling dengan hati-hati hingga ia sampai di depan ruangan VVIP yang seharusnya menjadi ruangan tujuannya.
Seringai di balik masker itu semakin lebar begitu ia membuka pintu dan mendapatkan incarannya tengah tertidur lelap, 'sendirian'.
Masker itu di buka, sang perawat, ah atau sebenarnya kita biasa memanggilnya dengan nama Yoshua mendekat dengan sebuah pisau di tangannya.
"Akhirnya hari yang saya tunggu-tunggu datang juga Jayden. Kau sudah merebut Mark dari saya, dan ayahmu yang teramat sangat menyayangi mu itu sudah menghancurkan hidup adik tercinta saya."
Langkah kakinya semakin mendekat di barengi dengan pisau yang semakin ia angkat tinggi.
"Mati kau!"
"Bajingan!"
Mata Jayden terbelalak kaget dengan nafas yang terengah begitu mendengar teriakan seseorang yang menggema. Nafasnya terasa semakin berat saat ia melihat ujung pisau yang kini benar-benar berada di hadapannya.
Meskipun tidak benar-benar tau apa yang terjadi dari awal namun sedikitnya Jayden bisa langsung menangkap alasan bagaimana Yoshua bisa berada di depannya dengan Samuel yang sedang menahan pisau itu sekuat tenaga.
BUGH!
Satu pukulan Samuel layangkan pada Yoshua hingga orang itu terhuyung. Namun bukannya marah, Yoshua malah terkekeh sembari mengusap ujung bibirnya yang berdarah.
"Samuel. Kau akan jadi pahlawan kesiangan sekarang?"
"Berhenti sekarang Yoshua! atau aku benar-benar tidak akan melepaskanmu!" gretak Samuel dengan nada dinginnya. Namun apa yang di lakukan Yoshua. Apa ia ketakutan? tentu saja tidak. Ia malah tertawa sekarang.
"Kau juga sama brengseknya dengan kakak mu itu Samuel! Kau tau semuanya. Kau mengenal adikku dengan baik. Adikku tidak pernah berlaku buruk padamu. Mengapa kau membiarkan semuanya terjadi begitu saja Samuel?"
"Aku tidak tau jika kakakku tidak memutuskan hubungan mereka!"
"Omong kosong!"
Yoshua menyerang Samuel dan itu membuat Jayden panik. ia sebisa mungkin berusaha bangun untuk menggapai tombol darurat, namun entah kenapa tubuhnya begitu tak bertenanga. rasanya begitu sulit untuk menggapainya saat pandangannya mulai mengabur dan menggelap.
Namun sayang sekali, saat ia hampir bisa mencapainya, gerakannya terhenti begitu mendengar geraman kesakitan dari pamannya. Ia masih bisa melihat bagaimana darah mulai merembes dari kemeja putih Samuel saat pisau yang di pegang Yoshua berhasil menembus perutnya.
"Ti-tidak--
paman!"
Dengan sisa tenaga yang ia punya, Samuel memukul Yoshua hingga Yoshua terhuyung. pisau yang semula menancap di perutnya ikut terlempar dan Samuel bersumpah jika itu benar-benar menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Brother : Tiga Raga Satu Jiwa (Complete)
FanfictionPangeran di keluarga Alexander Rafega itu ada tiga. Namun yang selama ini di ketahui banyak orang hanya si anak tengah Alexander Hans Rafega Dan si bungsu Alexander Nathan Rafega. Dan saat si sulung Alexander Jayden Rafega kembali Dan mengambil ali...