Mobil mewah Bugatti Chiron kesayangan Reyga itu terlihat membelah jalanan yang memang masih terlihat sepi, menuju ke sebuah kawasan dekat perbatasan kota yang mulai terlihat sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang melintas di jalan yang sama.
Kecepatan mobil itu mulai berkurang. Terlihat pohon-pohon yang menjulang tinggi di sepanjang sisi jalan dan sepertinya masih luas lagi kebelakang. Udara di tempat ini terasa lebih dingin, padahal matahari sudah menampakkan diri lumayan tinggi.
"Lo yakin Hans?"
"Banget Rey. Dari dulu emang setiap gue lewat jalan ini kalo kita mau hiking, gue selalu ngerasa aneh. Gue gak asing sama tempat ini."
"Ya udah. Gue ngikut ajalah."
Reyga kembali fokus pada kemudinya sedangkan Hans mengamati setiap objek yang tertangkap penglihatannya. Ia merasa begitu yakin kalau tempat ini mungkin menyimpan sesuatu dan berkaitan dengan masa lalu yang sempat ia lupakan.
"Rey stop Rey!"
Keduanya sedikit terdorong begitu mobil itu mendadak berhenti. Beruntung tidak ada mobil lain di belakang mereka.
"GILA LO YA?!"
Namun amukan Reyga itu tak di hiraukan. Hans langsung turun dari mobil dengan tergesa.
"WOY HANS MAU KEMANA LO?!"
"Ahh elahh" gerutu Reyga, tapi tetap turun dan menyusul Hans.
"Ada apaan sih? Lo kebelet pipis? Apa kebelet berak? Jangan ngegali lubang di sini please"
Namun sekali lagi gerutuan itu hanya di abaikan oleh Hans.
"Gue inget tempat ini Rey. Gue inget sekarang."
Keduanya memandangi sebuah bangunan tua yang sepertinya sudah lama di tinggalkan. Atapnya sudah hilang setengahnya, namun yang membuat Hans merasa amat mengenali tempat ini adalah motor tua yang terparkir di sampingnya. Motor yang sama walaupun sudah sangat terlihat perubahannya.
"Tempat ini dulu warung kecil. Warung yang gue sama Jayden liat sebelum mobil nabrak kita."
Suara Hans terdengar sedikit bergetar, membuat Reyga ikut merasa iba. Ia menepuk-nepuk pundak Hans.
"Lo mau udahan dulu? Besok kita bisa balik kalo lo belum siap."
Hans menggelengkan kepalanya.
"Enggak. Ini udah deket. Gue harus tau siapa yang dulu berani-beraninya nyelakain gue sama Jayden."
"Okay. Tapi kalo kepala lo makin sakit kita balik dulu"
"Santai. Bisa gue tahan."
Hans berbalik arah, ia jalan perlahan menuju ke pinggir jalan. Ah kepalanya semakin berdenyut saat ia ingat bagaimana rasanya ketika mobil itu menghantam tubuhnya dengan keras. Bayangan ketika melihat Jayden yang berlumuran darah di sampingnya juga memperburuk sakit di kepalanya.
Hans mengamati jalanan sebrang. Ah, sepertinya ada jalan menuju hutan.
"Eh-eh kita mau kemana? Masuk hutan?"
"Iya"
"Eh bego kalo kita nyasar gimana?"
Hans memutar matanya malas sambil berdecak.
"Rempong banget lo! Terus selama ini lo belajar surviving skills buat apa bego!"
"Ah bodo pokoknya kalo di dalem kita di hadang demit lo yang gue tumbalin ya!"
"Iyaa iyaa sesuka hati lo aja dah Rey! Buruan jalannya!"
Keduanya mulai berjalan menyusuri jalan setapak yang menjadi pegangan Hans sekarang. Dia tentu saja tidak akan ingat sedetail itu, jadi ia hanya bisa mengandalkan insting dan juga sedikit-sedikit potongan memorinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Brother : Tiga Raga Satu Jiwa (Complete)
FanfictionPangeran di keluarga Alexander Rafega itu ada tiga. Namun yang selama ini di ketahui banyak orang hanya si anak tengah Alexander Hans Rafega Dan si bungsu Alexander Nathan Rafega. Dan saat si sulung Alexander Jayden Rafega kembali Dan mengambil ali...