Chapter 21 (Nathan)

2.4K 260 36
                                    

(Flashback - Nathan Side)

Sebagai bungsu dari tiga kembar bersaudara, Nathan termasuk bungsu yang beruntung. Kenapa? Karena kedua kakak-kakaknya benar-benar menjaga Nathan dengan cara mereka masing-masing, walaupun umur mereka hanya terpaut bahkan kurang dari setengah jam.

Nathan di manja oleh kedua kakaknya. Jayden yang selalu memeluknya, menemaninya saat tidur, juga membacakan cerita yang sudah Jayden hafal di luar kepala setiap kali Nathan memintanya. Hans pun sama. Dia selalu menggendong Nathan saat Nathan malas berjalan. Mengajak Nathan bermain berkeliling komplek dengan sepeda dan yang pasti Hans selalu menjaga Nathan saat Jayden tak bermain bersama mereka.  Nathan mengerti, Jayden itu special baginya. Jadi alih-alih berharap Jayden melindunginya seperti yang Hans lakukan, justru Nathan yang ingin melindungi sang kakak dari luka sekecil apapun yang bisa menggores kakaknya.

Dan pada hari itu, hari yang selalu menjadi hari yang Indah untuk Nathan saat ia tak hanya bermain dengan Hans saja ke taman di depan komplek, tapi kali ini Jayden juga ikut bersama mereka. Nathan mengayuh sepeda nya sediri, mengikuti sepeda Hans yang membonceng Jayden di belakang. Rencana awalnya, Jayden juga ingin membawa sepedanya sendiri, tapi Hans yang melarang. Dia lebih baik kelelahan mengayuh sepeda dengan berat yang bertambah dua kali lipat di banding harus melihat Jayden mengayuh sepedanya sendiri seperti terakhir kali.

Ya benar, seminggu lalu, Jayden terjatuh dari sepeda. Luka di lutut dan tangannya tidak mau berhenti mengeluarkan darah. Dan itu benar-benar menakutkan di mata Hans.

Saat mereka sampai di taman, hal pertama yang mereka lalukan adalah bermain ayunan. Nathan dan Hans yang duduk di ayunan sedangkan Jayden yang mendorong di tengah-tengah.

"Abang mau naik juga?" Tanya Hans.

"Enggak. Hans aja."

"Ayo abang naik juga. Hans mau kesana sebentar" ucapnya sambil menunjuk sebuah warung kecil yang tak jauh dari tempat mereka bermain.

"Mau ngapain?"

"Hans mau beli minum. Haus."

Jayden mengangguk sambil duduk di ayunan. Menemani Nathan yang masik asik dengan dunianya sendiri. Bergerak-gerak dengan pose tangan selayaknya superman yang sedang terbang bebas di angkasa.

Jayden tersenyum gemas. Adik kecilnya yang menggemaskan.

Namun senyuman itu seketika pudar saat melihat Hans yang hendak kembali menghampiri mereka tiba-tiba di bawa oleh beberapa orang berbaju hitam dengan wajah yang di tutupi oleh kain. Jantung Jayden rasanya jatuh ke perut seketika.

"Abang!" teriak Nathan yang juga melihat kejadian itu.

"Nana! Nana denger abang. Nana pulang ke rumah, kasih tau Papa ya. Minta papa lacak mereka dari CCTV. Abang bakal minta bantuan buat ngejar Hans."

Belum sempat Nathan menjawab, Jayden sudah lebih dulu berlari ke arah sepeda Hans dan tanpa basa basi dia mengayuh sepeda itu mengejar mobil hitam yang mulai melaju.

"Abang! Abang jangan tinggalin Nana!"

Namun Jayden tak lagi menghiraukan. Ia tak menghentikan sepedanya apalagi berbalik.

Nathan segera menaiki sepedanya lalu memutar arah ke arah rumahnya. Meskipun sambil menangis ketakutan dan tangan yang gemetar, Nathan tetap melakukan perintah Jayden dan mengayuh sepedanya secepat yang ia bisa.

Jayden terus mengayuh sepedanya, tak peduli dengan dadanya yang mulai memberontak. Begitu melihat ada seorang lelaki paruh baya yang sedang duduk di atas motor sambil melihat handphonenya, Jayden berhenti. Ia turun dari sepeda dan segera menghampiri lelaki itu.

Hello Brother : Tiga Raga Satu Jiwa (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang