⚠️Flashback ⚠️
"Maafkan saya. Kami sudah berusaha semaximal apapun yang kami mampu. Tapi ini sudah kehendak tuhan. Maaf tapi Jayden di nyatakan koma. Kondisinya terlalu lemah dengn harapan hidup yang kecil."
Kaki Nathan rasanya tak menapak di tanah. Suara di sekitarnya terasa tiba-tiba memudar.
"Jay, nggak mungkin. ini pasti mimpi."
"Kita akan terus memantau kondisinya. Saya juga akan terus berusaha memberikan yang terbaik semampu saya."
Tubuh Nathan akhirnya luruh juga. Hatinya sakit sekali. Dulu ia juga pernah berada di posisi ini, dan Nathan tak pernah menyangka ia akan mengalaminya untuk yang ke dua kali.
Hans memeluk tubuh bergetar sang adik yang lagi-lagi terdiam.
"Tolong lakuin yang terbaik selalu bang." pinta Jeffryan dengan dengan nada yang terdengar pelan.
♧♧🌼♧♧
Jeffryan masuk ke ruangan perawatan Samuel yang masih belum sadarkan diri. Ia duduk di samping ranjang. Menatap sendu pada wajah pucat sang kakak.
"Gue mau bilang lo goblok, tapi gue sayang banget sama lo bang. Gue harap ini terakhir kalinya lo hampir bikin gue mati berdiri karena shock."
Meskipun ragu-ragu, Jeffryan mencoba memegang tangan Samuel yang terbebas dari infusan. Tangan itu terlihat pucat dan terasa dingin. Tangan yang beberapa jam lalu bersimbah darah.
Jeffryan merasa sesak. Ini kali pertama nya kembali menyentuh tangan sang kakak setelah terakhir kali mungkin saat ia masih kecil. Umur Jeffryan dan Samuel tidak terpaut terlalu jauh sehingga di masa kecilnya dulu ia tidak telalu dekat dengan sang kakak karena Samuel sudah sibuk dalam masa pendidikan.
"Bang, jangan nyerah sama kelakuan gue ya. Gue tau gue sering bikin lo pusing, tapi kalo lo nggak ada gue yakin gue nggak akan sanggup. Siapa yang bakal belain gue di hadapan keluarga besar kalo bukan lo. Bang Diego udah nggak ada. Gue cuman punya lo."
Siapa sangka jika Samuel ternyata sedang memandangi Jeffryan dengan tatapan sayunya. Jeffryan tentu saja tidak akan menyadari tatapan itu karena ia sibuk berbicara dengan lengan sang kakak.
Samuel tersenyum lemah. Ia mendengar semua ucapan Jeffryan sebelumnya. Dan ia juga tau betapa pentingnya kehadiran nya untuk Jeffryan, adiknya yang tsundere tingkat akut dan sayangnya orang yang paling ia sayang di dunia.
"Iya gue janji. Ini yang terakhir kali."
Jeffryan menatap Samuel yang sedang tersenyum padanya dengan pandangan terkejut.
"Sejak kapan lo bangun?"
"Sejak lo ngomong sendiri."
Buru-buru Jeffryan menghapus air matanya yang sempat menetes. Raut wajahnya kembali ia pasang sedatar mungkin.
"Bagus lah. Lo nggak boleh mati dulu."
"Lo kalo marah sama gue suka nyumpahin gue mati."
"Jangan fitnah lo!"
"Mati aja lo Sam! Lu suka bilang gitu."
Mata Jeffryan melirik kesana kemari sedangkan Samuel manahan tawa.
"Ya-Ya gue kan gak serius. Gue lagi marah itu."
Akhirnya kekehan terdengar pelan dari Samuel.
"Gimana Jayden?"
"Koma. Bang Richard bilang harapan hidupnya kecil."
Samuel menghela nafas. "Seenggaknya masih ada harapan, gue tau Jayden nggak akan nyerah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Brother : Tiga Raga Satu Jiwa (Complete)
FanfictionPangeran di keluarga Alexander Rafega itu ada tiga. Namun yang selama ini di ketahui banyak orang hanya si anak tengah Alexander Hans Rafega Dan si bungsu Alexander Nathan Rafega. Dan saat si sulung Alexander Jayden Rafega kembali Dan mengambil ali...