Chapter 4

3.8K 429 103
                                    

Suasana di ruang keluarga Mansion Alexander terlihat sedikit tegang, seperti hakim yang tengah mengadili tersangka di pengadilan.

Jayden dan Hans hanya bisa menunduk diam, saat Samuel yang tengah duduk di depan mereka sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya, juga Jeffryan yang duduk bersandar sambil menyilangkan kaki sedangkan jemarinya mengetuk-ngetuk pegangan kayu pada pegangan kursi, sedang memperhatikan keduanya dengan tatapan yang lumayan tajam.

"So, gak ada yang bicara?" Tanya Samuel dengan nada yang terkesan dingin.

Jeffryan menelisik raut wajah keduanya dengan teliti, seakan sedang membaca pikiran keduanya yang sudah di pastikan sedang ketar-ketir sekarang.

"Alexander Jayden Rafega"

Jayden merutuk dalam hati. Tamat sudah. Jeffryan sudah memanggilnya dengan nama lengkap.

"Mangkir dari jam kantor, keluar tanpa izin, menyembunyikan kesalahan yang di buat Hans, dan pergi tanpa membawa obat."

Hans yang sedari tadi diam semakin merasa gugup. Baru kali ini dia merasakan bagaimana menyeramkannya duduk di depan pamannya Samuel dan Jeffryan yang sedang mode serius. Pantas saja Jayden memperingatkannya segencar itu. Oh, kini Hans sedang mengumpati dirinya sendiri di dalam hati karena tak mendengarkan perkataan Jayden.

"And you,"

Hans menelan ludahnya dengan gugup saat mata Jeffryan kini terarah padanya.

"Alexander Hans Rafega"

"Pulang telat, melawan peraturan yang dibuat Jayden, kabur dari rumah, dan mengunci saudara sediri hingga penyakitnya kambuh"

Hans dan Jayden semakin menunduk. Namun keterdiaman mereka diinterupsi oleh Nathan yang datang dengan empat cangkit teh hangat yang ia bawa di nampan persegi berwarna emas serta sebuah selimut kecil yang cukup tebal di pundaknya.

Wajah Nathan memang terlihat masih tak bersahabat, namun ia tetap menyajikan teh untuk kedua kakaknya juga, lalu memakaikan selimut itu ke tubuh Jayden tanpa berkata apapun. Setelahnya ia duduk di samping Jeffryan.

"Jadi, ada yang mau di katakan, Jay dan Hans?" Samuel kembali bersuara.

"Jay salah paman" ucap Jayden sambil menunduk.

"Jayden"

Mendengar namanya di panggil dengan nada dingin dari Samuel, Jayden segera menegakan tubuhnya lalu menatap Samuel. Ia lupa Samuel sangat tidak suka saat orang yang ia ajak bicara tak menatap matanya.

"Jayden salah paman. Silahkan hukum Jayden"

Mata Samuel kini melirik kearah Hans yang masih terdiam melongo melihat bagaimana Jayden berbicara pada Samuel.

"H-Hans juga salah paman. Silahkan hukum Hans" ucapnya meniru sang kakak.

Samuel melirik kearah Jeffryan dan Nathan, lalu menghela nafas pelan.

"Hukuman untuk kalian berdua adalah kalian akan tidur di satu kamar yang sama, di kamar pembantu selama dua hari dua malam penuh. Selama hukuman kalian tetap wajib mengerjakan tugas masing-masing. Hans dengan kuliah dan Jayden dengan pekerjaan kantor. Pintu kalian akan di kunci dan Nathan yang pegang kuncinya. Dia yang akan mengantarkan makanan ke kamar kalian dengan asupan yang di kontrol dan tidak ada tawar menawar. Jika ada yang membangkang, maka di bisa di pastikan aku atau Jeffryan sendiri Yang turun tangan."

Jayden hanya bisa menerima dengan pasrah sedangkan Hans sedang memelas Dan merutuk dalam hatinya sekarang. Bagimana tidak? Tidak bisa keluar rumah bahkan makanan pun di atur oleh Nathan? Oh tuhan dia pasti di haruskan untuk memakan sayuran dan buah yang sangat dia benci.

Hello Brother : Tiga Raga Satu Jiwa (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang