Chapter 12

3.2K 338 37
                                    

Nathan duduk di sofa yang ada di ruang tamu Mansion, menghadap langsung ke pintu masuk utama. Sambil mengetuk-ngetuk jarinya ke pegangan sofa, matanya terus melirik kearah arloji bermerk Rolex yang melingkar di pergelangan tangannya.

Suara deru mobil yang sedari tadi ia tunggu akhirnya terdengar. Ia hanya menunggu hingga akhirnya bunyi sensor pintu yang terbuka terdengar.

Jayden baru saja melangkahkan kakinya memasuki rumah dan mendapati sang adik bungsu yang menatapnya dengan tatapan yang sangat tak nyaman.

Jayden baru saja melangkahkan kakinya memasuki rumah dan mendapati sang adik bungsu yang menatapnya dengan tatapan yang sangat tak nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Begini kira2 ekspresi Nathan)

"Na, belum tidur?" pertanyaan basi memang. Jelas-jelas ia melihat Nathan masih duduk di sana dan menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan mata yang masih terbuka. Namun jujur bertatapan langsung dengan Nathan entah kenapa membuat otak jeniusnya bersembunyi.

"Seberapa banyak kerjaan di kantor bang?" tanya Nathan dengan suara datar dan terkesan dingin. Okay, sepertinya Jayden paham dengan keadaan sekarang.

"Ada acara di kantor sama di panti besok. Jadi abang lembur buat persiapin bahan buat pertemuan dengan client besok."

"Sampe lupa makan dan minum obat?"

Ah, bisakah nada suara Nathan tak serendah itu? Kenapa suasana di sekitar Jayden jadi terasa mencekam sekarang? Dan lagi, dari mana dia dapat informasi sedetail itu?

"Abang makan siang dan minum obat tadi."

"Jam dua siang? Seriously?"

"Oh God" batin Jayden memelas. Ia akan di sidang oleh si bungsu sekarang?

Nathan berdecak lalu berdiri dan berjalan mendahului Jayden.

"Langsung ke meja makan aja. Bersih-bersihnya abis makan."

Tak ada pilihan lain. Jayden hanya mengikuti ucapan Nathan. Ia tak ingin memperkeruh suasana hati si bungsu. Ia juga paham dengan posisinya sekarang. Ia yang salah karena mengabaikan kesehatannya sendiri. Dan Nathan memang yang paling posesif soal itu.

Ah, sepertinya bukan hanya Nathan saja yang akan menyidangnya, ternyata ada Hans juga yang sudah duduk di meja makan. Duduk bersandar pada sandaran kursi di meja makan sambil melipat kedua tangan di dadanya. Jangan lupakan juga tatapan matanya yang sama sinisnya dengan Nathan sekarang.

"So, katanya pulang sebelum jam 9, huh?"

Benarkan?

Jayden duduk di kursinya. "I'm Sorry."

Hans mengehela nafas. "Gue bakal ngerti kalo lo pulang telat as long as your business is important. Tapi lo juga harus inget kesehatan lo Jayden. Lo sendiri kan yang buat peraturan soal itu? Boleh pulang telat dengan alesan yang jelas dengan syarat harus pulang dengan keadaan baik-baik aja." ucap Hans dengan penekanan di akhir kalimatnya.

Hello Brother : Tiga Raga Satu Jiwa (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang