Chapter 14

3K 329 53
                                    

Berita di hampir semua stasiun Televisi dan sosial media di gempar kan oleh di perkenalannya Alexander Jayden Rafega secara resmi oleh Samuel. Banyak platform yang membahas tentang apa sebenarnya yang terjadi hingga identitas Jayden di rahasia kan dari publik oleh keluarga besar Alexander. Meskipun Samuel sudah menerangkan jika alasan di sembunyikannya identitas Jayden adalah karena dia sedang berada di Amerika, namun khalayak ramai justru banyak juga yang merasa ragu oleh alasan itu.

Dan segala berita baik ataupun buruk sampai ke telinga Jayden sendiri dengan cepat.

Jayden masih berada di kantornya bahkan saat matahari sudah hampir tenggelam sempurna di barat. Seharusnya ia sudah menginjakan kaki di Mansion bahkan sudah bersantai. Namun kali ini keadaanya justru ia yang merasa kepalanya tengah berdenyut hebat melihat laporan yang sedang ia baca dengan teliti itu.

Mantan asisten Diego yang pernah jadi asisten Jayden selama beberapa minggu kemudia beralih jabatan menjadi manager salah satu cabang itu tengah memperhatikan Jayden. Yoshua Fredrich, yang biasa Jayden dan adik-adiknya panggil sebagai Uncle Yosh.

"Kenapa bisa tiba-tiba anjlok seperti ini?" tanya Jayden sambil memijat pelipisnya pening.

"Maafkan saya tuan muda. Tapi memang pemasaran di cabang sedang mengalami penurunan drastis. Sekali lagi maafkan saya."

Jayden menutup laporan itu lalu menegakan posisi duduknya. Ia menatap Yoshua sebentar lalu menghela nafas.

"Baiklah Uncle. Terima kasih atas laporannya. Uncle bisa pulang duluan."

Yoshua mengangguk. "Baik tuan muda. Ah, dan untuk putra saya yang akan menggantikan saya, dia sudah tiba dari Kanada sejak tadi siang. Mungkin besok dia sudah bisa mulai bekerja tuan muda."

"Baik uncle. Terima kasih."

"Sama-sama tuan muda. Kalau begitu saya pamit."

Jayden menghela nafas lalu menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Ia menatap langit-langit dengan pikiran yang berkecamuk. Hanya dari melihat laporannya saja Jayden tau ada yang salah. Jangan lupa kalau dia sudah berpengalaman selama ikut membantu mengembangkan cabang perusahaan milik Jeffryan sewaktu di Amerika.

"Ada yang berkhianat." lirihnya. Ia kembali memijat pelipisnya yang terasa begitu pening dengan tangannya yang mulai terasa lemas. Satu hal yang selalu Jayden benci dari dirinya. Saat ia terlalu lama berpikir dengan keras, kepalanya akan sakit. Dan Jayden tidak suka itu. Jayden tidak suka terlihat lemah.

"Mereka mengira dengan umurku yang masih muda atau bahkan mereka yang tau jika fisik ku lemah, aku tak bisa berbuat apapun saat mereka bermain-main. Sayangnya otak ku dan kekuasaan ku jauh lebih kuat dari mereka."

Jayden kembali menghela nafas. Entah kenapa dadanya mulai ikut terasa berat. Perhatiannya teralihkan saat layar ponselnya menyala lalu satu notifikasi masuk. Itu dari Jeffryan.

Aku sedang ada di ruangan ku. Datang kesini sekarang juga.

Mau tak mau Jayden harus segera pergi menuju ruangan Jeffryan. Langkahnya pelan dan terasa lambat. Namun Jayden tak ingin memaksakan langkahnya. Ia harus menyimpan energi untuk bersiap menghadapi Jeffryan.

Tok.. Tok.. Tok..

"Just get in" jawab dari dalam ruangan.

Jayden membuka pintu dengan perlahan. Pemandangan Jeffryan yang sedang duduk di kursi singgasananya, tangan yang di lipat di dada, dan tatapan mata yang tajam. Khas Jeffryan jika mood nya sedang kurang Bagus.

Hello Brother : Tiga Raga Satu Jiwa (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang