Enjoy the story~❤️
"Gue tanya, kenapa diem aja? Jangan lo pikir karena usia gue lebih muda, gue takut ya sama lo. Gue tunangannya Mas Dika, jadi gue juga punya hak buat ikut campur urusannya dia."
"Kamu temui saya dulu deh, Feb. Saya mau bahas kontrak kamu," - Mas Ari.
"Tapi, mas" - Feby.
"Kamu mau langsung saya pecat?" - Mas Ari.
"Loh kok gitu sih, mas?! Gak bisa gitu dong! Saya kan gak melanggar kontrak kita!" - Feby.
"Kata siapa gak melanggar kontrak? Dengan kamu membatalkan janji dan gak datang hari ini, sama aja kamu main-main sama kontrak yang udah kita sepakati di awal" - Mas Ari.
"Ya kan saya punya alasan, mas. Mas juga udah bilang iya kan kemaren," - Feby.
"Saya bilang iya karena saya pikir, alasan yang kamu bikin itu bener-bener penting" - Mas Ari.
"Menurut saya, masalah Dika itu penting buat saya" - Feby.
"Seberapa pentingnya sih Mas Dika buat lo sekarang? Paling lo balik cuma buat morotin uangnya doang kan?"
"Lo pikir, gue juga gak tau niat lo deketin Mas Dika tuh apa?" - Feby.
"Ya, gue emang cuma mau uangnya Mas Dika. Tapi setiap uang yang dikasih sama dia, gue manfaatin buat hal-hal yang berguna. Belanja kebutuhan rumah atau tabungan pernikahan atau tabungan masa depan. Gak kayak lo, mau uangnya Mas Dika cuma buat foya-foya aja."
"Inget ya, Feby. Lo itu udah gak punya kesempatan buat deketin Mas Dika lagi, jangan berharap banyak deh ya. Kubur jauh-jauh deh harapan lo itu, takutnya bahaya buat lo" gue senyum.
"Lo minta gue apain hah?!" - Feby.
"Lo lupa peristiwa di mall waktu itu? Lo udah bikin tangan gue digips selama sebulan dan gak bisa lakuin apa-apa selain bikin repot semua orang?"
"Jadi, dia yang bikin pemotretan kita batal bulan lalu?" - Mas Ari.
"Iya, mas. Maaf kalo gak bisa ngabarin langsung, aku bener-bener gak bisa nyetir mobil dan gak ada yang bisa anter juga."
"Mas percaya sama dia? Aku gak mungkin lah kayak gitu," Feby ketawa.
"Saya saksinya," - Mas Dika.
"Mas!" - Feby.
"Kenapa lo bentak tunangan gue? Lo takut kalo kelakuan busuk lo ketauan sama media? Atau gue sebarin aja sekalian ya? Biar greget," gue senyum.
"Light, camera, action" Ezra ngarahin kameranya ke gue sama Feby.
"Lo apa-apaan sih?! Matiin gak kamera!" Feby nabok tangan Ezra sampe hpnya jatuh.
"Wah! Ini penyerangan namanya, lo harus gantiin hp gue yang rusak. Isinya orang penting semua tuh," - Ezra.
"Gak! Lo yang mulai duluan!" - Feby.
"Mas, kalo misalnya saya gak bisa dihubungi bukan berarti saya mau melanggar kontrak ya. Mas liat sendiri kan barusan Feby banting hp saya," - Ezra.
"Kamu ini gak berubah ya, sama kayak Feby yang aku kenal dulu. Pantes aja dulu Ira sama Maya ninggalin kamu, bodohnya aku malah gak percaya sama mereka" - Mas Dika.
"Gak gitu, mas. Mas liat sendiri kan tadi, Abi yang mulai duluan" - Feby.
"Udah ada bukti sama saksinya aja masih ngelak," - Alvaro.
"Eh lo diem ya!" - Feby.
"Feby!" - Mas Ari.
"Kenapa sih semua pada belain Abi?!" - Feby.
"Ya karena lo yang salah, tante" - Ezra.
"Tuh mulut dijaga ya! Sembarangan aja manggil gue tante!" - Feby.
"Stop! Mulai hari ini, kontrak kita batal. Jangan pernah kamu balik lagi ke kantor ini," - Mas Ari.
"Bagus, pecat aja tuh si Abi!" - Feby.
"Yang saya pecat itu kamu, Feby. Bukan Abi," - Mas Ari.
"Apa?! Kok saya dipecat sih, mas?? Gak bisa! Yang harusnya dipecat itu Abi, bukan saya!" - Feby.
"Kamu bisa kasih alasan, kenapa saya harus pecat Abi?" - Mas Ari.
"Diem kan?" - Alvaro.
"Mas Ari gak bisa sembarangan mecat gue. Lo tau kan siapa yang punya perusahaan ini?"
"Mana?! Panggil yang punya perusahaan ini! Gue mau ngomong sama dia!" - Feby.
"Oke, gue panggilin orangnya ke sini."
Gue ke ujung buat nelpon seseorang. Habis itu gue balik lagi ke tempat mereka.
"Lo tunggu aja di sini, 10 menit lagi orangnya nyampe."
"Wah! Ternyata Abi masuk agensi ini pake cara kotor," Feby ketawa.
"Oh iya nih, gue bisa lolos seleksi karena ngerayu CEO-nya. Gue beliin dia baju, sepatu, tas, bahkan gue kepikiran buat beliin dia rumah" gue senyum.
"Semua omongan lo udah gue rekam! Gue bakal sebarin ini ke media, liat aja nanti!"
"Oh silakan, gue gak takut. Gue malah mau nambahin beberapa informasi lagi soal kedekatan gue sama CEO perusahaan ini. Buruan, siapin kameranya. Jangan cuma rekaman suara dong."
Gue ambil hp dia terus gue set ke mode kamera. Gue sengaja pake kamera belakang biar wajah gue keliatan. Gue juga minta Alvaro sama Ezra rekam daritadi, tapi diem-diem. Kameranya diselipin di tas yang dipake buat pemotretan.
Kenapa? Buat jaga-jaga. Takutnya si Feby ini nyebarin malah nyebarin video yang udah dipotong, jadi kesannya gue emang ngerayu CEO perusahaan ini.
"Gue sama CEO ini tinggal satu rumah, makan sama minum pake piring yang sama, duduk di sofa yang sama, mandi pake air yang sama, bahkan sering masak bareng."
"Gue kadang juga pake baju dia. Oh, lo pernah liat gue bawa mobil sedan putih gak? Pernah dong pasti. Itu juga punya dia loh, mobil keluaran terbaru. Orang yang pertama kali pake begitu turun dari dealer mobil, gue orangnya. Bahkan yang punya belum pake tuh mobil."
"Pernah liat gue dianter pake mobil Alphard? Itu yang nyupirin gue juga dia loh, berani kan gue suruh dia nyupirin gue? Gak cuma itu, gue juga minta dia bolak-balik buat ambil barang gue yang ketinggalan. Gak percaya? Tanya sama Alva deh, Ezra juga tau."
"Abi berani minta duit ke CEO perusahaan ini, lo berani gak?" - Ezra.
"Jangankan minta duit, Zra. Ketemu aja gue yakin dia gak berani," Alvaro ngakak.
"Bukan gak berani, dia emang gak pernah ke sini. Crew-nya Mas Ari aja belum ada yang pernah ketemu. Ya gak, Mbak Gita?"
"Ya, Bi. Aku loh penasaran sama wajahnya," - Mbak Gita.
"Ganteng kok, mbak. Sekali liat, Mbak Gita pasti langsung fall in love. Bawaannya pengen bawa pulang aja," gue ketawa.
"Mas Ari pernah ketemu ta sama orangnya?" - Mbak Gita.
"Pernah sesekali, orangnya sibuk banget. Itu juga minta bantuan Abi kalo mau ketemu," - Mas Ari.
"Tapi gue mau saran nih, jangan sampe lo jatuh cinta sama dia ya. Gak akan pernah gue izinin lo jatuh cinta sama dia."
"Apaan sih?! Jangan deket-deket!" - Feby.
"Oke. Silakan liat, orangnya udah dateng tuh."
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Stranger - Seventeen DK
FanfictionGimana rasanya punya tiga orang abang yang sifatnya bikin salting, bikin otak jungkir balik, dan bikin naik darah sekaligus? Apalagi kalo mereka tau kalo adek perempuan disukai sama salah satu temen mereka. Bakal jadi apa ya kira-kira? ⚠️ Bahasa cam...