Enjoy the story~❤️
"Wah!" - Mbak Gita.
"Arga?" - Feby.
"Kaget gak? Kaget dong, ekspresinya aja sampe begitu" gue ketawa.
"Mas Arga, apa kabar?" - Mas Ari.
"Baik. Lama gak ketemu, gimana di sini?" - Mas Arga.
"Ya sejauh ini sih aman, mas. Tapi," - Mas Ari.
"Kita ngobrol di ruangan saya aja. Kalian juga ikut," - Mas Arga.
Ya. Jadi, perusahaan ini tuh punya Mas Arga. Gue emang gak pernah cerita sih, takutnya nanti orang nganggap gue masuk sini karena orang dalem. Emang iya sih, tapi gak sepenuhnya gue ngandelin Mas Arga. Gue tetep ikut audisi kok, dia cuma sebatas daftarin gue aja.
"Maaf loh, Mas Arga dipanggil kesini cuma buat nanganin masalah ini. Saya yakin mas lagi sibuk juga," - Mas Ari.
"Gak masalah. Kebetulan tadi pas Abi telepon, saya lagi ada di sekitar sini. Jadi, apa masalahnya?" - Mas Arga.
"Tuh si Feby! Orang dia yang ngelanggar kontrak sama bikin onar di sini, tapi gak mau nanggung resikonya."
"Sebenernya mas gak mau ke sini karena yang nelpon tuh kamu, bukannya Mas Ari. Berhubung yang diganggu itu kamu dan yang bikin itu temen mas sendiri, terpaksa mas harus turun tangan. Bukannya waktu itu gue udah bilang ya, Feb jangan gangguin Abi? Kok dibilangin ngeyel sih lo?" - Mas Arga.
"Jadi, Abi ini" - Feby.
"Hm, dia juga adek gue" - Mas Arga.
"Jangan karena dia adek lo, gue jadi gak berani ya! Dika gak mau balik sama gue dipecat, dan sekarang diminta ganti rugi ratusan juta. Semua itu salah Abi!" - Feby.
"Bukan dia yang bikin Dika gak mau sama lo, bukan dia juga yang bikin lo jadi dipecat dan harus ganti rugi ratusan juta. Semua balik lagi ke lo, lo tuh dari dulu gak pernah berubah" - Mas Arga.
"Oh, mentang-mentang dia adek lo terus lo belain dia gitu?!" - Feby.
"Di kantor ini, Abi bukan adek gue. Dia client gue, sama kayak Alva dan Ezra. Karena lo udah berani ngusik client gue, terpaksa gue dateng ke sini buat urus masalah ini sampe selesai" - Mas Arga.
"Kalo bukan karena Abi yang mulai duluan, gue juga gak akan semarah ini kok!" - Feby.
"Boleh gue tau, kenapa lo semarah ini sama Abi?" - Mas Arga.
"Karena dia udah ngerebut Dika dari gue, Ga!" - Feby.
"Jadi, semua gara-gara Dika dong bukan Abi?" - Mas Arga.
"Kalo aja Abi gak kecentilan, Dika juga gak akan mau sama dia. Ya kan?!" - Feby.
"Gak kok. Gue gak pernah kecentilan, bukan level gue centil sana-sini buat cari perhatian cowo. Mas Dika sendiri kok yang nyamperin gue, tanya aja sama orangnya nih."
"Halah, tipe-tipe kayak lo ini pasti yang nyosor duluan kan ke Dika?! Lo kasih apa Dika sampe bisa mau sama lo?!" - Feby.
"Hadeuh ini tante-tante susah banget dibilangin. Sekarang gue tanya deh, emang gue tipe cewe yang kayak apa?"
"Yang suka tempel sana-sini cuma buat morotin uangnya doang! Setelah bosen, lo pasti bakal ninggalin Dika!" - Feby.
"Oh iya, gue bosen nih. Mas, kita batal aja ya nikahnya. Aku bosen sama kamu, aku mau jadian sama Alva aja."
"Kan! Dik, aku udah bilang berkali-kali sama kamu. Abi ini cuma mau uang kamu doang!" - Feby.
"Haduh, mbak. Sini ya gue bilangin, gue kalo mau uang mah kalo perlu minta sama Mas Dika. Tuh sebelah lo, tanpa gue minta pun pasti disodorin dua gepok sama dia."
"Ternyata bener ya, murahan" Feby ketawa.
"Apa? Gue gak denger, coba deh ngomong sekali lagi."
"Lo itu M U R A H A N!" - Feby.
Tanpa pikir panjang, gue ambil kopi sisa di atas meja terus gue sirem ke mukanya. Gelasnya juga gue lempar ke dia, biar makin komplit.
"Waw!" - Ezra.
"Enak, mbak mandi kopi? Lulur tuh. Gak cuma wajah aja yang kinclong, hati sama pikiran juga ikut kinclong. Biar gak iri dengki mulu sama orang," gue senyum sarkas.
"Lo gak diajarin sopan santun ya?!" Feby berdiri sambil gebrak meja.
"Oh, diajarin kok sama Mas Arga, Mas Dika sama Mas Jojo. Tapi mereka selalu pesen sama gue, kalo misalnya Abi ditindas, Abi gak boleh diem aja. Kalo Abi gak salah, Abi boleh lawan orang itu. Kasih tau mereka kalo emang Abi gak salah. So, gue praktekin aja sekarang karena kan lo duluan tadi yang nyerang gue."
"Udah deh ya, saya juga cape kerja sama kamu. Tiap hari harus ditelponin dulu baru kamu dateng ke lokasi, kamu pikir saya ini baby sitter kamu? Mas Arga, saya serahin ke mas deh. Enaknya gimana," - Mas Ari.
"Kalian semua saksi di sini ya, kontrak Feby sama perusahaan ini resmi dibatalkan. Saya gak perlu uang ganti rugi, yang saya mau cuma perubahan attitude kamu supaya gak ada lagi kejadian seperti ini di luar sana. Mas Ari, tolong masukin Feby ke dalam daftar hitam ya. Saya gak mau liat dia dateng ke sini lagi," - Mas Arga.
"Siap, mas. Langsung saya tulis di daftar hitam," - Mas Ari.
"Abi sama Dika ikut mas pulang, mas mau diskusi soal pernikahan kalian. Mas tunggu di rumah ya," - Mas Arga.
"Iya, mas."
"Mas Ari, saya pamit ya. Lain waktu, saya main ke sini lagi" - Mas Arga.
"Aku jiga pamit ya, mas. Kita ketemu lagi nanti. Ayo semua, aku pamit" gue senyum.
"Hati-hati, Bi" - Alvaro.
"Besok gue ke rumah," - Ezra.
"Oke."
At rumah
"Gue pikir Feby berubah setelah sekian tahun gak ketemu, ternyata sama aja" - Mas Arga.
"Orang model begitu mana bisa berubah sih, Ga? Kalo pun bisa, pasti prosesnya bakal lama banget" - Mas Dika.
"Iya tau, tapi kok si Feby itu gak bisa berubah ya?" - Mas Arga.
"Kalo buat dia mah pengecualian," Mas Dika ketawa.
"Emang dari dulu si Feby itu begitu ya?"
"Iya, tapi sekarang kayaknya makin parah deh. Sampe geleng kepala tadi mas liat kelakuan dia," - Mas Arga.
"Itu belum seberapa, mas. Yang parah tuh waktu di mall, sampe tangan aku digips sebulan."
"Itu tadinya mau dituntut sama Dika, tapi mas bilang gak usah. Nanti malah makin panjang urusannya," - Mas Arga.
"Iya, mas?" Gue natap Mas Dika.
"Iya, tapi gak jadi. Kalo mas nuntut dia, yang ada nanti pernikahan kita ketunda karena ngurus masalah tuntutan dulu" - Mas Dika.
"Bi, mas mau tanya sama kamu deh" - Mas Arga.
"Tanya apa, mas?"
"Soal pernikahan live itu, kamu yakin mau pake?"
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Stranger - Seventeen DK
FanfictionGimana rasanya punya tiga orang abang yang sifatnya bikin salting, bikin otak jungkir balik, dan bikin naik darah sekaligus? Apalagi kalo mereka tau kalo adek perempuan disukai sama salah satu temen mereka. Bakal jadi apa ya kira-kira? ⚠️ Bahasa cam...