Chapter Unlocked🔓
.
.
.
."ITU GULING KENAPA DIBAWA-BAWA ANJIR!"
Juna benar-benar tak habis pikir dengan tingkah aneh bin ajaib Ivanka Dewi Nadhara. Jangankan guling, bantal pun tak ada yang membawa sama sekali. Di saat orang lain membwa tikar sebagai alas tidur, dia malah membawa karpet bulu berwarna kekuningan dengan karakter Winnie the Pooh di atasnya. Masalahnya, mereka itu hendak bermalam di sekolah. Sebagai persyaratan dilantiknya mereka menjadi anggota.
Ketika orang lain membawa sesedikit mungkin barang, Iva malah udah mirip mau pindahan. Kesannya itu kayak mau liburan, bukannya ikut perkemahan. Lihat saja bagasi mobil papanya, udah kelewat penuh saking banyaknya.
"Bawel lu, ah! Gue gak bisa tidur tanpa guling tau!" sahut Iva galak.
"Lebay."
"Sekali lagi coba? Sini deketan, biar enak nonjoknya."
Sesuai dugaan, keduanya berakhir berdebat karena tak ada yang mau mengalah. Prastio yang hari ini bertugas mengantarkan putri semata wayangnya itu pun hanya bisa geleng-geleng kepala. Yang satu ngeyelnya bukan main, satunya lagi udah pusing plus pasrah sampe lebih milih pergi duluan.
Mereka itu gemesin kalo kata Prastio.
Akur semenit, baku hantamnya seharian.
"Dengerin kata Juna, kamu itu mau nginep di sekolahan, bukannya pindahan," celetuk Prastio sambil mengambil guling tersebut dari pelukan Iva.
Jelas saja Iva pun tak terima. "Enggak-enggak, pokoknya Iva mau bawa, titik!" sahutnya bersikeras.
"Yakin? Ntar diledekin Juna malah nangis."
"Papa!"
Prastio tergelak. "Ya udah makanya nurut aja."
Dengan sangat terpaksa Iva merelakannya, membiarkan Papanya membawa guling itu kembali ke rumah. Menyisakan satu tas ransel, karpet busa beserta sekantung plastik penuh berisi bahan-bahan makanan yang wajib dikumpulkan. Iva aja sampai kehilangan paham. Sekolahnya tergolong elit, harusnya mereka mampu menyewa catering alih-alih memasaknya sendiri.
Kecuali para peserta memang harus memasaknya masing-masing.
Dan rasanya tidaklah mungkin.
Selain itu Iva juga membawa goodie bag berisi camilan. Bantal guling boleh dibawa papanya kembali, tapi Iva gak bakal terima kalau harta karunnya juga harus pergi. Lagi pula Iva masih bisa tetap tidur, mengingat bantal kepala beruang menggemaskan berwarna kuning itu diam-diam telah dibawanya.
Setelah berpamitan pada sang Papa, Iva lantas masuk melewati gerbang SMK Brawijaya. Berjalan bersama peserta lainnya memasuki area sekolah.
Ini adalah kali pertama pihak sekolah mengizinkan adanya kegiatan menginap. Setelah ditutup selama dua tahun lamanya akibat covid-19. Normalnya perkemahan akan dilakukan di alam terbuka, tapi kali ini akan dilaksanakan di dalam sekolahan.
Semoga saja semuanya berjalan lancar.
Tapi ... siapa tahukan.
***
"Lo gak pernah ikut pramuka?" Juna bertanya pada Iva. Mengamati sebuah buku berukuran kecil dengan dominasi warna kuning di sampulnya dengan seksama. Guna memastikan apa matanya tak salah menilai. Tapi mau seberapa kali pun ia membuka, lembaran itu tetaplah kosong.
Sesuai dugaan, perempuan itu menggeleng sebagai jawaban. Juna memijat keningnya yang mendadak terasa berdenyut.
Kenapa perempuan ini selalu merepotkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
SKÈOLOVE
Teen Fiction"Mimpi apa gua, kalo sampe bisa suka sama cewek jadi-jadian bau kemenyan kayak si Ijah." "Gua nggak budeg, ya Juned. Mulutnya kok lemes banget, sih? Kek ngode minta dicium pantat kebo. Suka mah suka aja kali, bukannya malah nyari kerusuhan padahal...