29. Si Beban

54 11 0
                                    

Chapter Unlocked🔓
.
.
.
.

DAFTAR SISWA YANG MEWAKILI PORSENI 10 BDP

1. Volly Putra
Juna, Ezra, Sakya, Yizam, Abian, Zayyan
2. Volly Putri
Lea, Iva, Fara, Rere, Sofi, Sherly
3. Vocal Solo
Gavin
4. Fashion Show
Naufal, Adelia
5. Dance
Afifah, Seline, Rere, Fara, Haira, Iva


"GUE GAK SETUJU."

Juna yang baru saja hendak menutup kembali spidol di tangannya lantas dibuat berhenti. Seketika ia berbalik, mendapati seorang perempuan dengan tinggi semampai tengah berdiri menatapnya.

Diam-diam Juna menghela nafas.

"Sesuai dugaan," pikirnya.

Ekspresi tak suka Aleana Tazkia terpancar begitu jelas di wajahnya. Tersenyum angkuh  menatap deretan nama-nama yang tertera di papan tulis. Terutama pada daftar peserta yang akan mewakili volly putri. Tidak semua, karena hanya ada satu nama yang benar-benar ingin dirinya hempas dari daftar. Seseorang yang sudah jelas siapa namanya dan ia yakin, bukan hanya dirinya yang berpikiran demikian.

Acara porseni akan dimulai dua hari lagi. Ia tak akan rela acara wajib setiap akhir semester itu menjadi hancur hanya karena keberadaan satu saja benalu.

"Kenapa harus dia?" tanya Lea sambil menunjuk keberadaan Iva.

Iva yang sadar jika dirinya baru saja diremehkan, refleks bangkit ingin menghampiri. Namun Lily langsung menyentuh lengannya. Menggelengkan kepala sebagai tanda ia tak menyetujuinya. Iva pun terpaksa menurut. Meski tak dapat dipungkiri jika darahnya serasa mendidih mendengar kalimat merendahkan Lea.

Hampir saja Iva lupa dengan fakta bahwa Lea adalah satu dari sekian antek-anteknya Gesia Dona Akayla.

Entahlah, apa sebutannya. Musuh bebuyutan mungkin? Karena sampai detik ini, Iva tak pernah menemukan aura perdamaian dari perempuan yang satu itu.

Melihat Iva yang mulai terpancing, sebuah senyuman miring terbit di bibir Lea. Ia tahu seperti apa batas kesabaran perempuan itu. Lea beralih menatap Dona, yang ternyata tampak tersenyum penuh arti padanya.

Buat dia marah.

Lea mengangguk samar. Lantas kembali mengangkat suara.

"Emang sehebat apa, sih dia? Bahkan gue gak pernah 'tuh sekali pun liat dia megang bola, apalagi jago. Bukannya kerjaan dia tiap hari cuma cari masalah? Apa yang bisa kita harepin dari dia? Gak ada 'kan? Yang ada malah jadi beban doang. Ayolah, Jun lo lagi gak bercanda 'kan?" sindir Lea.

Senyuman Lea kian merekah tatkala menemukan sepasang tangan Iva telah terkepal sempurna. Membuat dirinya semakin bersemangat untuk membakar api kemarahan Ivanka.

"Jangan mentang-mentang lo berdua sekarang deket, lo bebas masukin dia jadi peserta. Kalo kelas kita kalah gimana?"


BRAK!


Semua yang ada di ruangan seketika dibuat tersentak. Suara gebrakan meja dari salah satu bangku sebelah kanan sukses mengambil atensi semua orang. Dapat mereka lihat, adanya Iva yang tengah berdiri dengan pandangan nyalang.

"INI GAK ADA HUBU---"

Ucapannya terhenti saat sepasang obsidiannya bersirobok dengan kedua iris legam milik Juna. Tengah menatapnya tajam seolah memintanya untuk diam. Tentu Iva tak terima, tapi saat Juna menganggukan kepala, Iva terpaksa mematuhinya. Seolah dari anggukan tersebut, Juna meminta dirinya untuk percaya.

SKÈOLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang