31. Dance With You

63 13 0
                                    

Chapter Unlocked🔓
.
.
.


"Gimana penampilan gue?" tanya Iva sambil berputar-putar memamerkan hasil dandanannya. Mengenakan jeans berwarna putih dengan atasan hitam, serta rambut terurai rapi tertutupi topi. Ia berdiri menghadap Juna, meminta pendapat laki-laki itu soal outfit serba hitam miliknya.

"Tetep buluk."

Dalam hitungan detik kepalan tangan Iva mendarat begitu sempurna mengenai lengan Juna. Udah ditanya serius-serius malah dikatain buluk, gimana gak emosi coba. Mana pake acara ngedrama sakit gegara abis dipukul lagi. Padahal Iva yakin geplakannya barusan gak sampe bikin lengan cowok itu lebam.

Paling memar doang.

Gak, deh canda.

Ah tapi salahnya juga yang malah meminta pendapat Juna. Ekspetasi bakal dipuji sampe salting brutal gara-gara dibilang cantik, nyatanya malah makan ati karena dikatain buluk.

"Gua ke panitia panggung bentar, ya buat konfirmasi lagu perform kita nanti," pamit Juna menyudahi dramanya.

Iva mengangguk. "Ya udah ... ngapain juga lo izin ke gue? Gue bukan bini lo," sahutnya acuh.

"Yee ... gua juga ogah kali."

Iva berjengkit kaget saat merasakan telapak tangan Juna menyentuh puncak kepalanya. Mengacak tatanan rambut Iva sampai si empunya menjerit tak terima.

"Iihh ... Juna!"

Namun kali ini Iva tak dapat memberi laki-laki itu pelajaran. Karena dengan kurang ajarnya Juna telah mengambil jurus langkah seribu demi menghindar darinya. Nyebelin emang.

Ditariknya sebuah kursi kayu untuk ia duduki. Mengambil cermin berukuran mini dari dalam tas beserta sisir guna menata kembali rambutnya. Mau bagaimana lagi, ia tak bisa tampil dalam keadaan seperti ini. Si Junaedi itu benar-benar tak membiarkan dirinya bernafas lega barang sedetik saja.

Hari ini adalah acara terakhir dari serangkaian daftar kegiatan porseni. Di mana setiap kelas akan mengirimkan satu tim dengan minimal lima orang anggota, untuk tampil di hadapan khalayak ramai. Selain ditonton secara langsung oleh seluruh murid SMK Brawijaya, acara ini juga disiarkan live di sosial media sekolah. Sama seperti acara-acara sebelumnya.

Untuk Iva yang baru pertama kali ikut menjadi peserta, sebenarnya cukup merasa takut. Ia takut jika harapannya berbanding jauh dengan realita. Ia takut mengecewakan rekan-rekan satu timnya. Membenarkan ucapan Lea pasal dirinya yang hanya beban dalam kelompok.

Iva tak bisa melupakan hari itu. Saat di mana satu tim menolak kehadirannya, lalu di jenis lomba yang berbeda malah menciptakan perpecahan di dalamnya. Seline yang selama ini dikenal hebat dalam seni tari, nyatanya keluar. Disusul dengan dua anggota lainnya yang lebih mengikuti jejak Seline. Menyisakan dirinya dengan dua anggota tim lainnya.

Membuktikan jika mereka tak mempercayai dirinya.

Kalau bukan karena Juna, mungkin ia tak akan pernah bisa membuktikan kemampuannya. Laki-laki itu tanpa ragu membantunya, bahkan sebelum Iva meminta. Ditambah kehadiran Ezra dan Lily yang juga bersedia mengisi kekosongan anggota.

"Serius lo mau pilih lagu ini?" tanya Lily kala itu.

Dengan antusias Iva mengangguk. "Bagus 'kan? Choreo-nya juga gak susah-susah banget, cocok buat lima hari latihan."

"Emang gak salah si Juned pilih lo kali ini, Va. Bagus banget tau gak. Cuma ... di sini 'kan membernya ada sepuluh orang, sementara kita cuma punya enam orang. Bisa, sih tapi ... keknya bakal lebih perfect kalo kita ngikut sama jumlah dancer aslinya, deh."

SKÈOLOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang