Chapter Unlocked🔓
.
.
.
.Keesokan harinya rumah Juna benar-benar dibuat sibuk dengan kehadiran teman-temannya. Tentunya berbeda dengan hari kemarin yang sebagian besar mereka habiskan untuk diskusi padahal ujungnya ngegibah. Kali ini semua berada di dapur, termasuk Kaivan. Laki-laki itu berubah jadi kapten yang siap sedia mengkomando para anak buahnya.
Ralat, bukan hanya Kaivan, karena ada satu orang laki-laki lagi yang akan turut berpartisipasi dalam produksi.
Iva tahu ini ide yang buruk, apalagi mendapati wajah Lily yang sedari pagi mengeluarkan aura senggol bacok. Dan itu semua karena kawannya Juna, entah memang ada kendala atau malah sengaja, dia malah meminta Andra menemani Lily belanja. Akibatnya perempuan itu tak berhenti mengoceh sepulang dari pasar. Menyumpah serapahi oknum bernama Gavin karena telah membuatnya terjebak dengan sang mantan.
Tapi Gavin juga kena getahnya. Udah tau Lily galaknya sebelas dua belas dengan Iva, maka jangan heran kalau dia bakal berakhir babak belur gara-gara dihajarnya.
"Nih, cuci! Harus bersih! Masih kotor gue geprek lo," ancam Lily sadis sambil memberikan kresek besar berisi ikan lele pada Gavin.
Dengan lesu pemuda itu menerimanya, padahal bahunya masih terasa nyeri. Tapi dengan sialannya perempuan iti sudah memberinya tugas aneh-aneh. Ia tak mengira jika kawannya Iva itu punya tenaga setara babon.
"Bener 'tuh cuci sana, biar Lily gue yang bantuin."
Andra tiba-tiba muncul dan langsung mengambil tempat duduk di sebelah gadis itu. Lily yang emang sedari awal anti banget deketan sama mantannya itu langsung melotot.
"Gak ada-gak ada mending lo bantuin sana, gue gak butuh!" usir Lily sambil beranjak pergi.
Tapi dasar Andra yang kayaknya udah kesengsem banget sama pesonanya Liqueena Syafikha. Dijudesin gitu bukannya kena mental malah makin kebal. Diikutinya cewek itu sampai benar-benar membuat Lily ekstra sebal.
Tugas membersihkan ikan adalah tanggung jawabnya Gavin dengan Juna. Kini keduanya berada di kamar mandi guna mengeluarkan isi perut si ikan sekaligus memastikan kebersihannya. Sengaja mereka memilih di sini alih-alih di washtafel, alasannya simpel, biar leluasa aja. Takutnya Gavin malah ngereog gara-gara gak tega mutilasi si ikannya.
Sesekali terdengar gelak tawa Juna yang prihatin dengan kondisi kawannya itu. Selain dapet rasa encok yang enggak main-main, dia juga dapet bonus amukan yang bikin pengen nangis.
"Elu, sih hobi bener narik ulur emosi 'tuh cewek," kata Juna sambil memasukan ikan-ikan yang telah ia bersihkan ke dalam wadah.
Gavin mendengus. "Tau! Tapi gua bisa apa, komisi dari bang Andra lumayan, Jun," jawabnya.
"Lu 'tuh sultan, anjir! Emang balesannya apa? Lamborghini berlapis berlian?"
"Sambel cumi satu karton."
Juna mendadak ngeblank.
Jangan bilang kalau otak sohibnya ini baru aja ngegelinding terus ilang. Gak habis pikir, orang waras mana--oke ralat maksudnya orang rada waras mana yang ngerelain jadi makcomblang banteng betina cuma dengan iming-iming sambel?
Oke fix orang waras udah mulai punah.
"Serah lo, dah, Vin serah!" Juna bangkit sambil membawa satu wadah penuh ikan lele yang siap untuk dikukus.
"Sambel cumi bang Andra mantep banget, Jun! Oy Juned! Ah elah ...."
Mengabaikan teriakan Gavin, Juna terus saja berjalan keluar dari kamar mandi. Di dapatinya Iva tengah menatap dirinya penuh tanda tanya. Mungkin bingung dengan penyebab teriakan Gavin yang udah mirip banget sama gorila.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKÈOLOVE
Ficção Adolescente"Mimpi apa gua, kalo sampe bisa suka sama cewek jadi-jadian bau kemenyan kayak si Ijah." "Gua nggak budeg, ya Juned. Mulutnya kok lemes banget, sih? Kek ngode minta dicium pantat kebo. Suka mah suka aja kali, bukannya malah nyari kerusuhan padahal...