"Bam, lihat Jimin tidak?"
"Bukannya sudah pergi? Dia tadi ke sini cari kamu, Jung. Aku bilang kamu latihan panjat tebing di gedung sekretariat."
"Terus?!"
"Enggak tahu ke mana. Eh, Yuna bareng dia kayaknya. Tapi itu cewek enggak masuk ke kelas, cuma berdiri di pintu. Dia junior baru yang naksir kamu 'kan, Jung? Gila ya, sudah punya pacar, masih juga dikejar-kejar sama cewek lain. Mujur banget hidupmu--"
"Maksudmu Jimin jalan berdua bareng si Yuna, mahasiswi baru di tahun ini?"
"Iya, Jung, iya. Goblok banget begitu doang tidak paham."
"Sial!"
"Loh, Jung! Kok kabur? Jungkook?!" Teriakan ini pun lenyap digulung desau angin, tertinggal hanya kepanikan nyata di raut si empu yang dipanggil. "Apa sih maksudnya? Manusia aneh!"
-----
"Kita ini berteman 'kan? Jadi, harusnya teman yang baik tidak menusuk temannya dari belakang. Benar 'kan, Yuna?! Apa kau tahu rasanya seperti apa? Ehm ... aku marah sekali, sangat ingin marah. Gadis-gadis seperti kalian tidak akan tahu secemas apa aku sekarang. Ah, begini saja--apa kau mau aku juga mencoba ketajaman gunting ini di kulit punggungmu? Tapi ... sepertinya tidak. Itu terlalu mudah, aku berubah pikiran, ck--" gadis ini berjongkok, sembari menatap lembut pada sosok tak berdaya di hadapan dia. "Yuna ... nama yang bagus dan kau sangat cantik. Sayangnya, aku membencimu. Kita tidak mungkin berteman."
Suasana tegang nan mengerikan melingkupi dua gadis bertolak ekspresi tersebut. Yang satu amat ketakutan, menangisi kondisinya yang kini mengenaskan. Kepalanya tak lagi ditutupi helai merata, bahkan berdarah di bagian sisi yang memperlihatkan kulitnya. Air mata terus mengalir pasrah. Histeris teredam kain hitam penyumpal mulut. Lengan-lengannya terikat ke depan, sementara jemari putih berkuku lentik berubah hancur dan merah, menjatuhkan derasnya likuid pekat menodai lantai bersih di bawah. Betapa peristiwa sadis demikian mengkhianati indahnya kondisi ruang bernuansa putih.
Bukti penyiksaan begitu mengundang tegak bulu-bulu halus di tengkuk, menciptakan trauma bagi psikis kemungkinan saksi mata. Yuna, gadis yang menjadi korban tindak keji terbelalak ketika diacungkan dengan sebilah gunting mengkilap. Dia menggeleng-geleng putus asa, bergerak lemah, meski tahu posisinya menyia-nyiakan perlawanan.
Tali tambang nan panjang mengikat kencang tubuhnya. Kursi penopang di rantai ke rangka besi jendela. Lelah, bingung, takut, segala pemicu stres menguasai emosional dia.
"Boleh kukatakan alasanku membencimu? Kau ingin tahu?" Yuna mengangguk seiring tertelannya jeritan ke sekian kali. "Kau telah melakukan kesalahan fatal, kesalahan yang tidak termaafkan." Sejenak Yuna menyorotkan tanda tanya besar serta binar sangsi pada netranya. "Kau menyukai Jungkook, ITU PELANGGARAN!" Total hardikan ini menyentak Yuna, "Kau tahu apa yang kulakukan pada gadis-gadis sebelum dirimu? Menyingkirkan mereka dan kau akan bernasib sama!" Dapat disaksikan betapa keras korbannya berusaha meluapkan isak tangis, berbanding terbalik dengan tawa sinisnya.
Tak lama berselang, mendadak pula ketukan beruntun menyita perhatian, "Jimin! Buka pintunya, Sayang. Aku di sini, aku datang untukmu. Kamu sudah berjanji untuk menjadi gadis yang baik. Aku akan sangat bersedih jika kamu mengingkarinya. Kamu mendengarku, Jimin? Tinggalkan dia, lalu kemarilah! Aku ingin memelukmu."
"Jungkook--"
"Iya, Sayangku. Ini aku."
E.N.D
![](https://img.wattpad.com/cover/333003344-288-k803744.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Drabble JIKOOK GS
Короткий рассказKumpulan fanfiksi pendek dari beragam ide dan mungkin juga genre, khusus JIKOOK GS.