"Barang dagangannya masih banyak. Belum ada yang laku, ya? Kasihan!" Jungkook menghampiri kios penjual sayur-sayuran di seberang dia hanya untuk memanas-manasi, mengibaskan banyak lembaran won yang sudah dia dapatkan hari ini. Barang dagangannya pun tinggal tersisa sepertiga, berbeda dengan wanita yang dia hampiri di mana mejanya masih dipenuhi sayuran segar. "Lama-lama sayurannya bisa kering--" si wanita bergeming, "Tidak ada harapan akan diangkut pembeli."
"Terus kenapa? Masih ada sejam lagi, kok. Siapa tahu ada yang memborong semuanya sekaligus." Dan Jungkook malah tertawa mendengarnya.
"Modelan kamu yang malu-malu begitu, bakal kesulitan menarik pembeli. Berdagang juga perlu taktik, ada rumus merayunya. Bukan kayak begini, suara kamu sama suara marmut malah lebih kencang suara marmut."
"Itu 'kan akal-akalan kamu doang, memang doyan merayu orang. Apalagi perempuan."
"Yang mana? Kapan?"
"Sering aku perhatikan."
"Ji, yang beli di kios aku rata-rata lebih tua dari Ibu. Masa iya orang ganteng naksir nenek-nenek." Jungkook mengintip sejenak ke kiosnya dan belum ada lagi gelagat pembeli akan mampir, "Sekarang, kamu mau mengaku kalah tidak?"
"Tidak."
"Yakin masih ngotot juga?"
"Besok aku yang jualan ubi, kamu jualan sayur."
"Ck! Percuma, Sayang." Jungkook mendesah rendah gara-gara pernyataan sekian, "Sudah tiga kali kamu yang pegang kios itu, ingat apa yang kita alami 'kan? Kita jadi terpaksa makan ubi seharian penuh, sampai kentut kamu aromanya sama seperti kandang piglet." Jimin merengut tak senang, gantian dia yang berdecak. "Lebih baik kamu bantu-bantu ibu dan ayah di kebun. Urusan dagang serahkan sama aku."
"Tidak! Sekali tidak pokoknya ya tidak."
"Aku ini suami kamu loh, Jimin. Memangnya salah ya kalau suami peduli ke istrinya? Berdiri berjam-jam, tapi tetap juga tidak ada yang beli."
"Pelankan suara kamu, nanti si Namjoon dengar. Dia suka mengatai aku karena gagal menjual habis sayur-sayuran ini. Mentang-mentang barang dagangannya laris, belagunya minta ampun. Aku juga bisa kalau jualan daging kayak dia."
"Apa?! Terus maksud kamu?! Mau menyembelih piglet dan semua keturunannya untuk dijual di sini? Sudah paling benar kamu kerja di kebun, bukan di sini!"
"Bapak, sini Pak! Pasti Bapak haus ya, Saya punya soju yang sangat lezat. Ini satu seloki-nya cuma 100 won Bapak, ayo-ayo, silakan dicoba!"
Tahu-tahu perhatian sejoli pelaku debat tadi bergulir ke sosok wanita seksi berhanbok, wanita yang bersemangat sekali menawarkan soju rumahan racikan dia kepada kaum pria di pasar itu.
"Aku tetap pilih dagang meski tidak laku sekalipun, kecuali si Yuna yang centil itu tidak berjualan lagi di pasar ini. Mata kamu perlu diawasi, Jeon! Padahal aku ada di samping kamu, tetap saja mata kamu larinya ke DIA!" Marah-marah sambil menunjuk-nunjuk muka Jungkook.
"Astaga, Jimin sayang. Dia 'kan wanita, sama kayak kamu. Sudah janda lagi."
"Justru jandanya itu yang berbahaya!"
E.N.D
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Drabble JIKOOK GS
KurzgeschichtenKumpulan fanfiksi pendek dari beragam ide dan mungkin juga genre, khusus JIKOOK GS.