~♡ Pengakuan ♡~

136 21 11
                                    

"Jimin, apa tidak ada sedikitpun kesempatan buatku?!" Agaknya ini bagian dari rasa frustrasi Jungkook terhadap perasaannya yang tak jua bersambut.

Tidak terhitung sebanyak apa dia berusaha, gadis yang dituju tetap tak menunjukkan perhatiannya.

"Kau tidak lelah?! Aku sudah bilang berapa kali untuk menolakmu?" Jimin terang-terangan mengatakan pikirannya. Enggan memberi setitik celah, walau hanya atensi yang dibutuhkan si pemuda itu sekarang. Dia sibuk mengambil barang-barang dari loker, memindahkannya ke dalam tas, sebab baru tadi bel berbunyi menandakan waktu pulang sekolah.

"Tapi aku--aku menyukaimu. Aku ingin bersamamu."

"Itu tidak mungkin. Bukannya kau membenciku? Kau juga senang mengerjaiku sejak pertama kali aku datang ke sekolah ini, ke kelas kita."

"Aku sudah minta maaf mengenai itu."

"Aku tahu, aku pun memaafkanmu. Sebatas itu, Jungkook. Tidak untuk hal lain seperti yang ada dipikiranmu. Jadi, bisakah kita sudahi ini?"

"Jimin, kenapa kau tidak mau melihatku?"

"Setiap hari aku melihatmu, mataku tidak bermasalah. Kau yang berlebihan." Jimin bersedekap, menantang pandang si pemuda.

"Kau tidak mau melihatku sebagai orang yang menyukaimu, kau hanya menyimpan kekesalanmu padaku. Apakah itu alasannya? Jika iya, bagaimana caraku memperbaikinya?"

"Tidak ada dan tidak perlu. Kau pemuda yang baik, mereka semua menyukaimu. Jadi, tetaplah seperti itu, Jungkook."

"Aku ingin kau yang melihatku, bukan mereka." Kemudian, embusan napas Jimin mengudara berat. Dia terlampau jemu menanggapi sikap dan kata-kata serupa dari teman sekelasnya ini.

"Aku tidak bisa, Jungkook. Sudah, ya--aku mau pulang." Pintu loker ditutup, sebelum Jimin berbalik ke kanan. Dia memburu langkah, benar-benar meninggalkan si pemuda yang kini diam tertunduk.

"Jiji!" Seketika Jimin mematung, dadanya bergemuruh hebat hingga dia meremas kuat kepalan tangannya. "Apa karena Yugyeom? Kau tidak menerimaku karena dia? Dia masa lalumu 'kan dan dia juga sudah mati."

"Dari mana kau tahu?!" Jimin menyalak, menampakkan raut memerah diiringi netra yang turut berkaca-kaca.

"Aku mencari tahunya, aku ingin mengenal semua tentangmu. Dia tidak akan kembali. Tapi, aku akan berusaha menjadi seperti dia, agar kau bersedia menerimaku."

Seakan tiada yang dapat mendasari suasana damai di antara sejoli ini. Mereka hanya terus menyakiti hati masing-masing. Kemudian, bersamaan menangisi ketegangan yang sayangnya betah mengisi setiap percakapan mereka.

"Cukup, Jungkook! Hentikan ini, kau keterlaluan! Aku membencimu, sangat membencimu!"  Dia berlari dari sana, mengabaikan hati yang serupa hancur dengannya.

"Aku tidak bisa berhenti, Jimin. Itu mustahil! Ini bukan perasaan biasa."

E.N.D

Kumpulan Drabble JIKOOK GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang