~♡ Coz dating phone ♡~

93 23 20
                                    

Ini Ficlet (not drabble): 673 kata.

.
.
.

"Permisi, kamu lihat si Jeon tidak?"

"Tidak."

"Terima kasih--ehm, maaf, apa kamu tahu Jeon ada di mana?"

"Bukan urusanku, minggir! Aku buru-buru."

Itu sudah orang ke tujuh yang ditanya Jimin, tetapi tak satupun dari mereka memberi jawaban jelas. Lima gadis di antaranya, bahkan kelihatan tak acuh dan memasang muka datar. Ada pula kentara menunjukkan kekesalannya, sampai-sampai dugaan negatif terpaksa mampir di kepala Jimin. Apa perilaku si Jeon itu buruk? Dia jelek? Berandal kampus? Atau akademiknya bermasalah mungkin? Kenapa sambutan mereka malah menakut-nakutiku.

"Ah, tunggu! Aku hanya ingin bertanya, apa kau kenal Ketua BEM?"

"Maksudmu si Jeon?"

"Y-ya--"

"Kenapa kau ragu-ragu? Kalau yang kau tanya memang dia, lebih baik temui di markas BEM. Dari sini kau lurus, di ujung lorong kau belok ke kanan. Lalu, di lorong pertama sebelah kiri kau jalan saja terus. Nanti ada plangnya di situ. Dia itu Presma Fakultas Teknik."

"Terima kasih." Jimin membungkuk sebentar, hendak melanjutkan langkahnya sebelum si pemandu berwajah ramah tadi menyeletuk.

"Sebaiknya kau bertanya setelah masuk ke ruangan atau mereka justru akan mengerjaimu. Kebanyakan gadis-gadis di sekitar fakultas ini tidak begitu senang jika ada gadis asing dan cantik sepertimu menanyakan pangeran mereka."

Kening Jimin mengernyit tajam, teringat lagi respons tak bersahabat dari gadis-gadis yang dijumpai. Berujung dia hela napasnya lumayan panjang sebelum kembali berjalan. Niatnya mampir ke Fakultas Teknik ialah demi mengatasi kesalahpahaman yang memang sudah salah di sini. Bukan untuk menjemput perkara lain yang enggan diinginkan. Terlebih terhadap sekumpulan gadis penggemar fanatik seperti disebutkan pemuda tadi.

Aba-aba yang dia terima syukurnya benar-benar membawa ke tempat tujuan. Jimin tersenyum tipis, siap memasuki pintu di depan mata.

"Kau siapa? Dari Fakultas apa? Ada tujuan apa ke sini? Jangan katakan kalau untuk mencari ketua BEM!"

"Eh, anu--aku ke sini untuk--ehm, ada teman--" Sekonyong-konyong tiga gadis cantik menghadang geraknya, menyebabkan Jimin gugup bukan main. Jemarinya diremas-remas sembari dia menggulir pandang ke tiga petugas inspeksi di depan dia. Dadanya kontan berdebar-debar, mengamati garis-garis rupawan sejajar pandang.

"Apa kau partner Dating Phone dia?!"

"Haah?!"

"Telingamu tuli, ya? Kau pasti tau Dating Phone yang sedang viral sekarang, Jungkook mengikuti challenge itu. Dia tidak memilih satu pun dari kami bertiga dan Yuna mendengar perbincangan anak-anak di markas, mereka bilang Jungkook sedang menunggu seseorang. Apa kau orangnya?!"

"Ah--aku tidak tahu soal Dating Phone, aku baru pertama kali--" Jimin kehabisan kendali, entah apa yang dapat dia katakan jika dirundung gugup seperti ini.

"Yuna, Yeri, Yein, sedang apa kalian?!" Mereka adalah tiga dari bunga-bunga kampus yang terkenal di penjuru Universitas. Jimin seketika mengingat julukan itu usai mendengar seorang pria memanggil satu-persatu nama mereka dengan seruan tegas.

"Jungkook ..." ucap ketiganya serempak. Sementara Jimin mendadak kian gamang. Dalam kondisi menunduk, dia bisa mengintip setinggi dan sebesar apa si Jeon yang dicari-carinya itu. Suara pemuda ini jauh lebih enak di dengar langsung, walau dia telanjur terkesima saat menangkap suaranya melalui sambungan telepon.

Setiap satu langkah si Jeon, turut menambah kecepatan detak jantung Jimin. Darah di nadi-nadinya seakan memanas, menaikkan suhu tubuhnya. Dia gentar dan gerah, bagai ditantang bahaya.

"Hai, kau Jimin 'kan? Karena kau sudah datang kemari, berarti kita resmi berpacaran. Kuharap penampilanku tidak mengecewakanmu."

Apa-apaan dia ini? Membungkuk sedikit, menyapa Jimin tepat di mukanya, mengembangkan senyum memikat dengan lengan-lengan terlipat ke dada. Susunan bisepnya dapat terlihat jelas, bentuk yang pas dengan bahu lebarnya.

Jimin mati kutu akibat serangan itu, seakan tubuhnya kehilangan cairan sekarang. Detik-detik kemudian dia limbung ke tawanan tangan kekar si Ketua BEM.

"Heh! Baru disapa sudah pingsan dia," cibir salah seorang dari tiga si bunga kampus.

Mereka berdecak makin jengkel, jangka Jeon Jungkook mengangkat tubuh Jimin ke dalam gendongannya. Sementara, gadis ini pura-pura memejamkan mata, belum siap menyambut kejutan demikian.

Ternyata, sosok si Ketua BEM persis bayang-bayang pemuda tampan yang selama ini dikhayalkan Jimin. Untuk itu dia akan sangat berterimakasih sekali kepada siapapun yang menciptakan permainan aneh tersebut. Gara-gara Dating Phone, Jimin berhasil menemukan pacar idamannya.

"Mulai sekarang bertemanlah dengan Jimin, jangan pernah sekalipun mengganggunya! Atau kalian tidak boleh ke markas lagi."

E.N.D

Kumpulan Drabble JIKOOK GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang