"Syalnya dipakai dulu. Di luar gerimis, kamu bawa payung tidak?"
"Ketinggalan di kamar, tadi pagi 'kan buru-buru perginya."
"Kamu mengerjakan tugas sampai larut, jadi telat bangun. Aku coba bangunkan kamu berulang-ulang, malah percuma."
"Maaf, habisnya cukup susah bagi waktu. Kamu tahu sendiri aku juga kerja paruh waktu di toserba Park Eonnie. Jam 10 malam baru pulang, ya mau tidak mau tugas sekolah diselesaikan juga. Daripada kena hukum?!"
"Aku jadi merasa tidak berguna sebagai pacar kamu. Aku selalu di samping kamu, menemani kamu ke mana-mana. Tapi, tidak ada yang bisa aku lakukan. Sekadar pelukan penyemangat pun mustahil, Ji."
"Ko, kita sudah bahas hal ini berulang kali. Iya 'kan? Kamu tidak perlu terus-terusan menyalahkan diri kamu. Apapun keadaan kita sekarang, aku sangat bersyukur. Berkat kehadiran kamu, aku tidak sendiri lagi. Aku juga jadi punya alasan untuk bersemangat setiap hari. Buat aku, kamu sangat berharga. Kamu mengisi kekosongan di dalam hidup aku yang suram."
"Jimin, ini tidak adil buat kamu. Lama-lama aku jenuh memikirkan keadaan kita yang buntu, aku cape! Aku benar-benar ingin dapat melakukan banyak hal untuk kamu, apa saja! Tapi-- makin hari mimpi itu mengabur. Kita seperti tidak pernah punya harapan apapun untuk selalu bersisian. Sakit sekali, Ji. Rasanya sesak. Aku bernapas, tapi tanpa jiwa."
"Jadi, kamu mau bilang kalau kamu mau meninggalkan aku juga?!" Suaranya bergetar, menyusul kesedihan merambat naik ke mata. Jimin berkaca-kaca. "Tega ya, kamu!" Akhirnya dia berlalu, mencoba menghindar dengan bahu bergetar.
"Ji, aku tidak pernah punya niat buat meninggalkan kamu! Aku hanya ingin bisa bebas menyentuh kamu, bukan cuma bayang-bayang." Nadanya merendah semacam berbisik, bertepatan seruan pertama kontan menahan langkah Jimin. "Kamu tidak boleh melupakan kenyataan, bahwa aku ini cuma khayalan kamu."
E.N.D
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Drabble JIKOOK GS
Short StoryKumpulan fanfiksi pendek dari beragam ide dan mungkin juga genre, khusus JIKOOK GS.