"Semua lampu sudah dimatikan? Pintu dan jendela dikunci 'kan?"
"Iya. Aku mengantuk, tapi tidak bisa tidur."
"Apa yang kamu pikirkan?" Jimin menoleh, menampakkan sebentar wajahnya yang ditutupi masker kupas. Dia sedang ingin membersihkan itu saat ini.
"Tidak ada."
"Biasa kamu mau cerita. Entah itu masalah pekerjaan di kantor, sama pimpinan atau mungkin rekan kerja?"
"Hubunganku dengan mereka selalu baik. Kamu lupa kalau aku ini dinobatkan sebagai karyawan teladan setiap bulannya dan dalam setahun berturut-turut? Yang sering kita bicarakan juga tidak jauh-jauh tentang keberhasilan timku atau pencapaian tinggi yang kami peroleh."
"Ya bisa saja ada serigala berbulu domba di antara mereka, semacam teman yang suka menusuk dari belakang."
"Hah?!" Mendadak raut Jungkook menjadi aneh gara-gara penggalan kata yang diucapkan istrinya di ujung, samar-samar dia bergidik, "Berbahaya sekali ucapan kamu."
"Memang benar 'kan? Ini aku ingatkan ya, hati-hati dan tetap awas kepada siapapun. Rambut sama hitam, hati siapa yang tahu?"
"Enggak semua hitam, teman-temanku di kantor berbeda-beda warna rambutnya. Si Taehyung malah mengecatnya jadi merah."
"Pokoknya begitulah, pasti kamu mengerti maksud aku." Akhirnya Jimin tuntas dengan produk-produk perawatan kulitnya. Dia beranjak untuk kemudian ikut naik ke atas ranjang.
Jangka Jimin berbaring di dalam selimut mereka, Jungkook refleks memiringkan badannya. "Sini, lebih dekat lagi," kata Jungkook seraya membentangkan sebelah otot tangannya.
"Aroma terapinya kok tidak tercium, ya?" Berkerut-kerut hidung Jimin selagi dia membaui harum samar-samar dari bergamot yang biasa menemani tidur malam mereka.
"Lupa? Stok aroma terapi kita sudah habis. Besok ingatkan aku untuk memesannya ke Lisa. Kamu mau aroma apa?"
"Apa saja sih boleh, tidak masalah buat aku. Kemarin juga si Lisa mengirim varian beragam. Dia kirim bergamot lebih banyak, karena dia tahu kamu paling suka yang itu."
"Ya sudah, kali ini kamu yang pilih. Lavender, vanila, cendarwood, mawar?"
Bukannya menjawab pertanyaan Jungkook, melainkan Jimin merapat dengan kelopak mata terpejam. Dia menyamankan kepala di lengan suaminya, "Aku punya favoritku sendiri."
"Apa?!"
"Wanginya kamu yang paling menenangkan buat aku, karena cuma aku yang bisa menciumnya sedekat ini." Senyum Jimin merekah cantik saat mengutarakannya, kendati kelopak mata tetap menutup. Gara-gara tingkah manjanya tersebut Jungkook tidak dapat menahan dorongan akal untuk mengecup pelipisnya berulang-ulang.
"Manisnya kesayangan aku, kamu yang segalanya."
E.N.D
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Drabble JIKOOK GS
Short StoryKumpulan fanfiksi pendek dari beragam ide dan mungkin juga genre, khusus JIKOOK GS.