~♡ Papa di sini ...♡ ~

190 25 14
                                    

-Ficlet (Not drabble) : 551 kata.

.
.
.


Ini situasi rumit di pandangan orang-orang yang melihat, di mana bayi kecilnya menangis di dalam gendongan dan Jungkook tengah memuluskan upayanya menyeduh sebotol susu.

"Iya, Sayang. Aku bisa melakukannya, kamu enggak perlu khawatir. Susunya sudah siap, akan kuberikan untuk Minna."

"Sebentar lagi aku sampai. Kemungkinan dalam lima belas menit, mudah-mudahan enggak macet."

"Hati-hati, fokuslah menyetir dan jangan buru-buru, ya."

"Minna bagaimana, Sayang? Aku enggak dengar suaranya."

"Minum susu, Mama. Minna sudah lebih tenang sekarang. Aku bawa peri kecil ini ke kamar kita. Dia haus banget kayaknya ya Nak, ya. Papanya dibikin bingung, untung menangisnya enggak lama-lama." Deret kata terakhir ini terbilang, tiba-tiba si bayi menangis ulang.

"Sayang, Papa, kamu masih di situ?"

"Ah, iya, Sayang. Aku di sini." Sembari menempelkan ponselnya ke telinga.

"Peri kecil kenapa, kok menangis lagi?"

"Minna ngambek sepertinya gara-gara omongan aku tadi." Di seberang sana terdengar cekikikan istrinya. "Papa cuma bercanda, baby girl," ucap Jungkook sembari menimang-nimang bayinya yang kini sedang meminum susu. "Ji ..."

"Ya ..."

"Ibu Kim sudah ada perkembangan? Eh, tunggu--kamu kesulitan enggak, kita mengobrol sambil kamu mengemudi begitu?"

"Aman, kok. Aku sambungkan ke earphone, Sayang--kondisinya mendingan, lusa diperbolehkan pulang sama dokter."

"Syukurlah yang kudengar berita bagus. Kasihan juga semisal harus berhari-hari rawat inap di rumah sakit. Apalagi kamu bilang dia enggak suka suasana sepi, mana anaknya di luar kota semua."

"Aku juga berpikir serupa tadinya, prihatin terhadap keadaan dia. Tapi, pas melihat ekspresinya yang tegar, aku langsung lega."

"Ji, aku jadi berpikiran jelek."

"Jelek apa maksudnya?"

"Kalau Minna sudah dewasa, aku tidak bisa mengizinkan dia merantau jauh-jauh. Takutnya dia kenapa-kenapa di tempat asing, terus enggak ada yang menemani. Atau kamu yang hari tuanya malah terlunta-lunta sendirian, seperti Ibu Kim." Seketika sorot mata Jungkook berubah sendu, mengamati bayi dalam dekapannya lewat tatapan cinta. "Nak, gadis kecilnya Papa-- besar nanti, Minna di sini saja ya Nak, ya, bareng Papa dan Mama. Kamu tidak usah ke mana-mana. Cari jodoh yang dekat, supaya Papa bisa selalu memantau kamu." Dia utarakan dari sanubari persis bisikan akal, tanpa tahu istrinya di seberang ikutan mendesah resah.

"Jung, jangan sentimentil begitu, dong. Perkataan kamu bikin aku sedih. Minna kita baru empat bulan usianya, Sayang. Pertumbuhannya masih sangat panjang, masa iya belum apa-apa kamu sudah kayak yang mau melepas anak gadisnya menikah."

"Aku juga heran kenapa berlebihan begini, mungkin karena Minna mirip sekali dengan kamu. Aku juga protektif ke kamu 'kan?"

"60 persen dia ambil gen kamu, cuma rambut dan kulitnya yang seperti aku. Perhatikan bentuk wajahnya! Mata, bibir, hidungnya lagi. Bahkan ibu dan ayah, mereka juga bilang--ya ampun, benar-benar anaknya Jungkook ini."

Tahu-tahu peri kecil mereka kembali merengek, "Baby girl, Papa di sini, Nak." Alhasil, Jungkook hanya dapat mengulas seringai tipis di hadapan paras lugu si peri kecil. Jemarinya membelai halus pipi gembil yang serta menggembung mengempis akibat mengisap dot bayi.

"Teleponnya aku tutup, ya. Aku sudah di gerbang." Sudut bibir Jimin tertarik sempurna usai merekam kata-kata mesra penenang oleh suaminya untuk buah hati mereka.

Dini ponsel diletakkan sembarang di atas kasur, Jungkook pun memperbaiki posisi putrinya di lengan dia. Tiada jemu seringainya hadir, mengagumi keindahan wujud hadiah Tuhan bagi keluarga mereka, "Kamu dengar, baby girl? Itu suara Mama."

"Sayang, terima kasih. Aku jadi tidak kepayahan berkat kamu."

E.N.D


Kumpulan Drabble JIKOOK GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang