1

3.5K 316 13
                                    

Beberapa Tahun Yang Lalu

Sebaris rak panjang mendatar berhasil diisi dengan tumpukan buku sesuai nomor yang tertera pada punggung paket dan menyusun sedemikian rupa agar tetap mudah ditemukan bila ada yang ingin kembali coba membaca.

Hinata menghela napas. Tugas menjaga perpustakaan hari ini akhirnya selesai dengan kegiatan penutup; merapikan buku-buku dari meja.

Sadar jika tak ada yang perlu dilakukan lagi, tubuhnya bergerak turun secara perlahan dari tangga kecil.

Langit telah mencapai waktu sore. Jam sekolah sudah berakhir sejak sepuluh menit yang lalu.

Serta, berbicara mengenai telah berapa banyak waktu yang ia habiskan dengan bergumul bersama ruangan yang diisi tumpukan buku, hal ini memutar lirikannya agar tertuju pada satu presensi yang sejak tadi terus saja tak putus-putusnya meminta agar ia bisa lebih lekas lagi.

Nohara Rin. Begitu Hinata mengenalnya. Seorang teman kelas yang merangkak menjadi sahabat dekat sejak keduanya mulai saling mengenal di semester dua tingkat pertama. Serta, Hinata tahu, jika sosok tersebut sudah sangat bosan karena terus menunggu tanpa kepastian.

"Hinata, cepatlah! Pertandingannya akan segera selesai. Si Gila itu akan mengamuk lagi jika kita terlambat."

Hinata paham siapa yang Rin maksud. Hal ini merujuk pada janji di hari kemarin, di mana mereka diminta harus datang ke final pertandingan voli setelah jam sekolah usai. Inilah salah satu alasan mengapa si gadis bermata seindah penjaga malam mencoba secepat mungkin menyelesaikan segala pekerjaan.

Maka, karena tak ingin membuat Rin menunggu lebih lama lagi, dirinya meraih tas dan ikut mensejajarkan langkah sang sahabat yang tampak telah gelisah sejak tadi.

Sudah jelas, selain karena tak ingin ketinggalan hasil permainan, pun mereka tahu seperti apa sosok itu ketika sudah kesal.

Jarak sekolah dengan lapangan pertandingan cukup jauh. Jika dengan kendaraan umum -- mungkin akan memakan waktu 15 menit.

Stadiun olahraga dengan dekorasi yang khas segera menyambut ketika langkah mereka mencapai pintu depan. Suara bising dari pluit dan teriakan para penonton, tak bisa terelak untuk ikut memacu rasa penasaran.

Hinata sempat tersentak akibat teriakan kuat karena satu poin kembali berhasil dicetak, tepat ketika ia baru saja mengambil bagian agar bisa duduk.

Mata lembutnya bergerak cepat untuk mencari satu orang di antara para pemain yang sedang saling mengumpan bola. Ketika satu eksistensi yang cukup mencolok berhasil ditemukan, senyuman manis terukir lembut pada lembayung bibir sang gadis.

Jantung Hinata berdetak dua kali lipat. Bagaimana sosok tersebut terlihat lebih memukau ketika sedang berada di lapangan, membuat perasaan dalam dadanya menjadi semakin menggebu akan pesona.

Rambut pirang dengan potongan pendeknya sangat kontras bila bersanding bersama para pemain yang lain. Peluh membanjiri tubuh, serta samudra itu tampak sangat menawan ketika menyorot serius pada sebuah bola yang sedang melayang mendekat.

Seorang tosser coba mengangkat dari bawah, dan ketika benda tersebut berada tepat di atas dengan sudut sangat sempurna untuk sebuah pukulan, sosok tinggi sang pemuda segera melompat dan memberi satu pukulan kuat -- hingga bola melesat sangat kencang dan memantul jauh ketika berhasil menghantam wilayah kekuasaan lawan.

Sorakan menggema. Satu lagi poin yang berhasil tercetak akibat tangan dingin seorang Namikaze Naruto.

Teriakan Rin sontak membuat Hinata terlepas dari dunia rasa kagum. Ditatapnya sejenak sang sahabat yang berdiri dari duduk dan memanggil sosok di sana.

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang