Beberapa Waktu Kemudian
Sudah lebih dari lima belas menit, dan Naruto masih begitu sabar untuk menanti.
Ia berada pada salah satu ruangan kosong, bersama Erika yang sesekali diajak bercengkrama untuk selingan kegiatan. Dari pada mengeluh karena sudah dibuat menunggu cukup lama, Naruto lebih memilih mengumbar candaan agar sang anak yang sudah terlihat cantik malam ini, dapat terus tertawa karena terhibur.
Mereka berdua sudah siap sejak tadi. Hanya tinggal menunggu satu orang lagi yang masih dalam urusan merias diri.
Baru saja dikatakan, sosok tersebut telah terlihat. Ia sedang berjalan dari arah kamar dengan setelan sederhana namun tetap elegan dan manis membalut sekujur tubuh. Sejak dulu, Hinata memang tidak pernah berubah, selalu anggun dan cantik.
Naruto tersenyum manis. Pun Erika ikut serta.
"Sudah selesai?" Sembari bangkit berdiri, Naruto berkata.
Anggukan pelan -- Hinata lakukan untuk merespon. Sambil meraih bagian mendorong kursi roda Erika, ia membalas, "Ya, aku sudah siap."
Mereka berjalan beriringan menuju kendaraan.
Sudah ada satu lokasi yang sengaja Naruto pesan sebagai tempat makan malam. Bukan hanya karena Erika yang sudah beberapa kali meminta agar dapat pergi bersama seperti saat ini, namun karena Naruto juga mengharapkannya. Serta kebetulan pula, Hinata memiliki waktu.
Ketika belum begitu lama tiba, Erika berseru, "Guru Hinata,"
Hinata menoleh ketika mendengar panggilan.
"Lain kali, ayo ajak Papa pergi ke taman yang waktu itu." Erika tersenyum senang. "Aku ingin kita mengambil foto bersama."
Rembulan sedang menatap sosok pria di dekatnya untuk sesaat, sebelum membalas senyuman dan mengangguk pelan. "Baiklah."
Erika bergirang senang. Ia pandangi dua raga di depan sana secara bergantian, meskipun tak lagi berkata apa-apa.
Ada satu hal besar yang sebelumnya membuat Erika begitu sangat terkejut mendengar semua cerita yang Papanya sampaikan belum lama ini.
Terlepas dari bagaimana kedekatan yang ia sadari sedang terjadi antara dua orang tersebut, kenyataan bila seseorang yang dulunya menjadi kekasih dari Papanya adalah guru Hinata, sangat menggemparkan perasaan Erika.
Ketika menatap langsung bagaimana mata Hinata, Erika memang seketika terhubung pada cerita lama yang pernah ia dengar, namun tidak memiliki kecurigaan sama sekali untuk hal yang lebih jauh.
Sampai ketika fakta itu mencuat, seketika saja Erika telah memberi begitu banyak pertanyaan dan berharap mendapat penjelasan yang tepat.
Sudah mengenal bagaimana karakter Erika, membuat Naruto tidak harus berusaha terlalu berkeringat untuk membuat ia dapat mengerti.
Naruto memberi poin-poin besar dalam hubungan antara dirinya dan Hinata, serta alasan mengapa ia tidak menceritakan hal ini dengan cepat.
Namun, hanya cukup sampai di mana Naruto melakukannya dengan cara dan penjelasan paling wajar serta sederhana. Ia sengaja belum memberi tahu untuk perkara lebih dalam -- terutama tentang mereka yang sempat telah menikah, karena ingin menunggu Erika lebih dewasa lagi, pun kian bijak dalam memahami situasi yang terjadi, barulah semua akan dijelaskan secara perlahan.
Setidaknya, Erika sudah mengerti bila Papa dan gurunya menjadi dekat kembali.
"Ini tempat yang lumayan mahal."
Naruto maklum ketika mendengar ucapan Hinata. Benar, tempat ini memang cukup menguras kantong. Namun, rasanya tidak akan ada penyesalan untuk sesekali mengorek dompet bagi kebersamaan yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔
FanfictionMereka menyebutnya pertemanan, tapi situasi membawa mereka pada sesuatu yang melebihi ikatan sederhana yang sedang terjalin. Naruto: "Aku berjanji akan melakukannya dengan lembut." "Naruto, apa rahasia paling besar yang kau simpan?" "Hinata."