20

1.4K 212 32
                                    

"Jika saja sejak awal kau tidak menyeretku dalam hubungan itu, aku tidak akan berakhir seperti ini! Jika sejak awal aku tidak bodoh dengan mengikuti semua yang kau lakukan dan tidak percaya-percaya saja dengan segala ucapanmu, aku tidak akan semenderita ini! Berjanji akan selalu ada untukku dan tak akan pernah membuatku menderita? Lihat yang sekarang kau lakukan padaku, Naruto! Bukan hanya menghancurkan masa depanku, sekarang kau membuatku kehilangan sesuatu yang berharga!"

"Semuanya sudah terjadi, Hinata."

"Begitu mudah bagimu berbicara--karena bukan kau yang mengandung. Bukan kau yang merasakan kehadirannya di dalam dirimu."

"Kenapa kau selalu saja menyakitiku?"

"Aku juga sudah berusaha keras untukmu, Hinata! Tidakkah bisa menghargai semua itu?! Berhenti menyalahkan! Kau selalu berbicara seolah karena aku sampai semua terjadi, tapi, apa kau tidak berpikir jika ini juga karena kelalaianmu sendiri? Seandainya kau tidak berlagak terlalu merepotkan diri, kau tidak harus jatuh. Memangnya, siapa yang menyuruhmu membersihkan ruangan malam-malam?!"

"Jadi, sekarang, kau menuntutku?! Apa aku yang memintamu bertanggungjawab untuk menikahiku?!"

".... Seharusnya, kita tidak bersama."

"Apa maksudnya?"

"Lebih baik kita berpisah! Aku tak tahan lagi dengan penderitaan ini!"

"Baiklah! Jika memang itu yang kau pikirkan, mari berpisah! Aku juga melepaskan segalanya hanya untuk bersamamu--jika kau lupa akan hal itu. Dan sekarang, bila kau merasa ini jalan paling benar, baiklah! Mari lakukan!"

Hinata terbangun.

Dengan wajah basah karena keringat dan jantung berdetak nyaring, ia remas selimut yang membungkus tubuhnya.

Hinata terpaku, bahkan menjadi sulit untuk sekadar memahami bahwa apa yang ia lewati beberapa saat lalu hanyalah mimpi buruk.

Belum ada cahaya alam terlihat, yang artinya, ini masih terlalu dini dari jam bangun yang biasa terjadi.

Sekiranya, Hinata terlelap tak begitu lama ketika baru saja sampai di kediaman. Akibat kelelahan, ia tertidur tanpa sadar saat menghempaskan diri ke atas ranjang.

Pertemuan serta perbincangan kecil yang terjadi antara dirinya dan Naruto tadi, mungkin telah memberi efek tertentu hingga mimpi masa lalu harus kembali datang setelah sudah cukup lama Hinata tak mengalaminya lagi.

Semua nyaris serupa dengan apa yang terus menyiksa Hinata pada awal-awal perpisahan itu terjadi, meski mungkin tak lagi sebegitu parah seperti ketika mula-mula merasakan.

Alhasil, Hinata jadi merasa tak enak badan.

Ia hidupkan ponsel dan mendapati pesan dari deretan nomor yang belum disimpan sampai saat ini -- meski sang pemilik nomor telah memintanya untuk saling menyimpan kontak.

Pesan tersebut diterima sekitar beberapa jam lalu.

Nomor xxxxxx
[Aku lupa mengatakannya. Besok, aku dan Erika ada urusan di tempat lain, jadi, kegiatan les-nya dapat dilanjutkan lusa saja. Terima kasih.]

Hinata tak keberatan sama sekali.

Me
[Baiklah.]

Pesan singkat Hinata balas dengan upaya agar orang di sana dapat mengetahui bila dirinya telah membaca informasi yang disampaikan.

Tetapi, Hinata tak menyangka bila akan mendapat balasan. Tentu saja, ini masih pukul empat pagi. Hanya segelintir orang yang telah membuka mata di hari terlalu dini seperti ini.

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang