Flashback
Sudah genap seminggu hubungan itu terjalin. Meski dijalankan dengan konsep diam-diam agar tak ada seorang pun yang tahu, ada banyak usaha yang Naruto lakukan agar tetap memiliki kesempatan untuk bersama tanpa harus ditampilkan secara terang-terangan di depan yang lain.
Sama seperti apa yang sedang pemuda tersebut lakukan saat ini; ketika para murid sedang berburu makanan di kantin, ia malah mencuri waktu agar menarik lengan di dekatnya supaya langkah-langkah tersebut terus mengikuti ke mana pun dirinya pergi.
Sesekali, sebuah tanya diperdengarkan, namun, bukan mendapat jawab, gadis dengan rambut sepunggung rapi--hanya menerima seringai manis yang ditampilkan oleh sang pemuda.
Langkah keduanya terhenti ketika pemandangan langit cerah ditemani sepoi udara hangat--menyambut kedatangan.
Area atap dijadikan lokasi spesial bagi mereka untuk bisa bersama di jam-jam kritis, ketika hasrat saling berdekatan tak dapat terbendung saat masih di sekolah. Terlebih, Naruto sempat terganggu dengan kehadiran pemuda lain yang harus sekelompok bersama Hinata tatkala kelas olahraga.
Ketika itu, sembari memutar pulpen di jemari untuk mengusir rasa bosan saat jam pelajaran, Naruto melihat jelas melalui jendela bagaimana orang tersebut sering kali menaruh atensi terhadap Hinata dan lebih banyak membuat obrolan bersamanya dibanding dengan yang lain.
Alhasil, perkara yang terjadi membuat Naruto semakin bersikeras ingin bertemu Hinata, dan mulai menetapkan beberapa peraturan penting yang harus dijalankan selama hubungan mereka berlangsung.
Dengan ekspresi yang dibuat bingung, Hinata memandang Naruto saat mendapati pemuda tersebut sedang menatapnya sangat dalam bersama mata memicing.
Pasti ada sesuatu yang mengusiknya, dan hal itu terjawab oleh ungkapan yang berikut terdengar.
"Hinata, bisakah aku meminta sesuatu padamu?"
"Sesuatu? Apa itu?"
Naruto mendekatkan diri. Refleks, Hinata melangkah mundur yang membuatnya hampir saja terhuyung ke belakang--andai Naruto tak cepat meraih tangannya, menarik tubuh tersebut agar mendekat, dan tanpa dikehendaki memberi pelukan.
Tujuan utama agar Hinata tak terjatuh, namun, tak menyangka bila akan mendapat bonus sebuah dekapan lembut ketika lengan Hinata ikut melingkar karena terkejut akibat sentakan yang terjadi.
Ketika hendak melepaskan diri, Hinata dibuat bersemu dengan Naruto yang malah dengan sengaja semakin mengeratkan kuncian--hingga ia tak bisa lepas sama sekali.
"Naruto, apa yang kau lakukan? Bisa gawat jika ada yang mendapati kita."
Setelah ringisan Hinata terdengar, barulah Naruto melepas dengan sedikit berat hati. Ia pandangi sejenak wajah cantik di depannya, lalu, menghela napas pelan.
"Tadi, kau bilang apa? Mau minta sesuatu apa?"
Pembahasan yang kembali dimulai--memutar ingatan Naruto akan tujuan awal mereka datang ke tempat tersebut. Disentuhkan helain rambut tipis yang menutupi sisi wajah sang gadis akibat ulah angin, lalu menyisipkan ke sisi telinga agar ia dapat melihat secara penuh bagaimana wajah cantik ini memandangnya.
"Aku hanya ingin kau tidak terlalu dekat dengan pria lain."
Alis Hinata tampak menunjukkan kerutan heran. Tak paham mengapa mendadak saja Naruto berkata demikian.
"Memangnya, aku dekat dengan siapa?"
"Saat kelas olahraga kalian tadi, aku melihatmu bersama seorang laki-laki."
Hinata tak mengerti. Seingatnya, dia tak pernah dekat secara signifikan bersama pria lain--selain Naruto. Namun, seolah pikirannya terkoneksi secara tiba-tiba, satu sosok melintas dalam ingatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔
Fiksi PenggemarMereka menyebutnya pertemanan, tapi situasi membawa mereka pada sesuatu yang melebihi ikatan sederhana yang sedang terjalin. Naruto: "Aku berjanji akan melakukannya dengan lembut." "Naruto, apa rahasia paling besar yang kau simpan?" "Hinata."