Miya Osamu

579 57 4
                                    

Tugas hari ini banyak sekali. Aku harus mulai mengerjakannya atau aku harus merelakan jam tidurku untuk mengerjakan semua ini. Bagaimana bisa semua guru begitu tega memberikan tugas rumah? bukankah seharusnya mereka memberikan sedikit pengertian agar aku bisa bermalas-malasan.

“Sibuk sekali. Kau bahkan mengerjakan tugas untuk minggu depan.”

Aku tidak perlu menoleh ke asal suara untuk mengetahui suara siapa yang duduk di sampingku. Aku menghela nafas, “Bukan urusanmu kan, Atsumu.” Jawabku tanpa minat.

“Kali ini kau benar-benar serius ya? kau bahkan mengabaikanku sampai seperti ini? Apa wajahku ini menganggumu?”

Aku berhenti menulis dan melihat Atsumu sebentar, kemudian mencubit kedua pipinya hingga wajahnya terlihat aneh. Tapi bukannya memberontak, dia malah tersenyum. Sekarang tidak hanya wajahnya tapi perlakuan Atsumu padaku juga aneh. Padahal biasanya dia selalu membalasku, tapi sekarang dia diam saja ketika aku mencubit kedua pipinya.

“Berhenti mengajakku bicara Atsumu. Aku benar-benar harus mulai mengerjakan tugas ini sedikit demi sedikit.”

Atsumu mengangguk, jadi aku melepaskan pipinya dan melanjutkan mengerjakan tugasku. Targetku adalah 2 tugas, 1 tugas yang harus dikumpulkan besok, dan satunya tugas yang harus dikumpulkan lusa.

“Setelah kau selesai, mau pergi ke toko kue depan sekolah?”

“Kue?”

“Aku dengar mereka punya menu baru. Kau mau pergi?”

Aku diam sebentar untuk berpikir. Toko kue di depan sekolah, ya. Sudah lama aku tidak pergi kesana, tapi aku lelah dan ingin pergi tidur. Aku tidak ingin menunggu Atsumu selesai latihan bola voli. Terlebih lagi, kalau aku setuju untuk pergi menunggunya, bukan tidak mungkin Osamu akan pergi bersama kami.

“Tidak hari ini ‘Tsumu. Aku lelah dan ingin tidur cepat. Kau pergilah dengan yang lain.”

“Sungguh mengejutkan. Kupikir kau akan setuju ketika aku menyebut toko kue langgananmu itu. Tapi, tetap tidak berhasil ya? sayang sekali.”

“Kau ini, dari tadi ingin bicara apa sih? Katakan dengan jelas jadi aku bisa menjawabmu dengan benar.”

Atsumu membenarkan posisi duduknya dan duduk lebih dekat denganku. Dia mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya benar-benar ada di depan wajahku. Permainan apa lagi ini? Sabarlah, diriku. Aku hanya perlu menahannya sebentar dan semuanya akan selesai, lalu bisa balas dendam setelahnya.

“Begini pun juga tidak mempan ya?”

Aku tersenyum padanya kemudian menjauhkan kepalanya dariku dan mencubit lengannya hingga dia mengaduh. Rasakan, siapa suruh main-main denganku.

“Aw, cubitanmu sakit sekali. Padahal aku hanya penasaran, tapi kau malah menyakitiku.”

“Aku sudah bilang untuk bicara kan? Tapi kau malah mengerjaiku.”

Atsumu ternyum jahil kemudian menggumamkan kata maaf dengan kedua telapak tangan yang disatukan.

“Aku hanya ingin tahu, apa kau benar-benar sudah menyerah soal ‘Samu.”

“Ada apa dengannya?”

“Jangan pura-pura. Apa kau ingin aku mengatakannya disini dan semua orang di kelas akan mengetahuinya.”

Aku memandangnya galak dan lagi-lagi dia hanya tersenyum, membuatku ingin memukul kepalanya. “Aku hanya lelah. Aku tidak ingin terus-menurus membayanginya. Kau tahu maksudku kan? Meskipun nilaimu tidak sebaik aku, tapi kupikir seharusnya kamu mengerti arti perkataanku.”

“Hei, Apa kau ingin mengatakan kalau aku bodoh?”

“Tidak. Bukannya kau yang menyebut dirimu sendiri bodoh?”

Haikyuu RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang