Hari-harinya terlihat lebih suram ketika di berhenti bermain bola voli. Biasanya sebelum dan setelah pulang sekolah dia selalu latihan di gym bersama dengan anggota tim bola voli yang lain. Tapi sejak kekalahan mereka beberapa bulan yang lalu dia mulai menarik diri dan semakin sering mengurung diri di kamar.
“Azumane, sampai kapan kamu akan terus mengurung diri di kamar?”
Azumane membuka pintu kamarnya. Dia berdiri di depanku dengan ekspresi yang sulit untuk aku jelaskan. Dia merasa bersalah pada anggota tim dan marah pada dirinya sendiri. Dari dulu dia memang selalu memikirkan setiap hal sehingga membuatnya seperti ini.
Aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku, “Itu bukan salahmu. Kamu mestinya tahu itu. Tidak ada yang menyalahkanmu karena kekalahan tim.”
Azumane semakin muram dan aku menghela nafas, sepertinya aku membuat moodnya semakin buruk. Aku menarik Azumane yang tinggi agar aku bisa memeluknya.“Azumane, aku tahu kau suka bola voli. Aku selalu senang melihatmu bisa tersenyum ketika bermain bola voli. Tapi apa ini, kau masih bisa bermain tapi kau malah murung dan tidak mau berlatih lagi.”
Aku merasakan tangan Azumane membalas pelukanku. “Aku tidak tahu,” gumam Azumane.
“Aku tahu dan aku akan memberitahumu asal kau datang untuk latihan besok.” Azumane langsung melepas pelukanku, lalu dia masuk ke kamarnya. Aku pun mengikutinya.
Aku tahu kalau aku tidak boleh memaksa Azumane seperti ini, tapi aku sudah tidak nyaman lagi melihat Azumane murung setiap hari.
“Azumane dengarkan aku. Tim butuh kau. Kau ini Ace tim, mereka tidak akan menang tanpamu.” Aku duduk di hadapan Azumane.
“Azumane…”
“Aku ini Ace, tapi aku tidak bisa membuat timku menang. Kau tahu kan? Mereka mengalahkanku telak di pertandingan terakhir. Aku tidak berani bertemu dengan tim."
Seperti yang dikatakan Sugawara-kun. Azumane memang sulit untuk dibujuk dan juga rasa percaya dirinya menurun. Ini akan menyusahkan.
“Azumane, kau tahu. Sugawara-kun mengatakan padaku kalau kau akan bilang seperti itu ketika kuminta untuk kembali berlatih.” Aku menghela nafas dan melihat foto tim mereka yang ada di meja belajar Azumane.
“Aku tidak akan menyalahkanmu karena tidak mau berlatih, tapi aku akan tetap bilang kalau tim tidak akan menang tanpamu.” Aku masih memegang foto tim, dan pandanganku tertuju pada Nishinoya Yuu, libero tim yang sempat bertengkar dengan Azumane saat mereka kembali ke gym setelah pertandingan.
“Nishinoya-kun. Kudengar dia juga tidak mau kembali ke tim kalau kau keluar.”
“Tapi kulihat dia kemarin pergi ke gym.”
Bingo. Azumane terpancing. Dia tahu kalau tim tidak akan bisa bertanding maksimal kalau mereka tidak memiliki libero yang handal. Mencari seseorang libero yang hebat seperti Nishinoya-kun sangat sulit, sama sulitnya seperti mencari seorang Ace, seharusnya dia tahu itu.
“Nishinoya-kun hanya mengajarkan cara receive yang benar pada Hinata-kun, anggota kelas 1 yang baru bergabung.” Aku meletakkan foto itu kembali ke meja.
"Semua ini karena kalian sangat suka bermain bola voli. Menurutku, kalau kau memang menyesal Azumane. Berusahalah lebih keras untuk tim, agak kalian bisa menang di pertandingan selanjutnya. Datanglah ke gym besok Azumane, aku yakin teman-teman akan senang."
Aku pulang setelah menepuk punggung Azumane 2 kali. Semoga saja dia mau datang ke gym besok. Karena besok adalah hari dimana mereka akhirnya punya pelatih.
Keesokan harinya di sekolah aku bertemu dengan Shimizu-chan dan juga Sugawara-kun.
“Aku tidak yakin, tapi aku sudah mengatakan semua yang diperlukan. Semoga saja dia datang hari ini."Sugawara menghela nafas, “Terima kasih sudah membantu dan maaf karena merepotkanmu.”
“Tidak masalah. Nah, sampai jumpa Shimizu-chan,”
“Sampai jumpa."Shimizu-chan dan Sugawara-kun langsung pergi ke gym sedangkan aku pergi ke perpustakaan untuk membantu Takashiro-sensei menata kembali buku yang baru dikembalikan hari ini, dan mengerjakan beberapa pekerjaan yang lain. Selama membantu Takashiro-sensei aku berulang kali melihat jam tanganku. Aku masih kepikiran dengan Azumane, kira-kira dia datang atau tidak ya? Dia terkadang benar-benar merepotkan.
Aku mengambil ponselku yang bergetar dan terkejut setelah membaca isi pesan Shimizu-chan. Shimizu-chan bilang kalau Azumane datang ke gym. Dia juga memutuskan untuk kembali ke tim, dan berdamai dengan Nishinoya. Yah, pada dasarnya mereka saling menyalahkan diri mereka sendiri, jadi bukan hal yang sulit untuk berdamai hanya saja, cara berpikir mereka berbeda.
Aku tersenyum, lalu berpamitan pada Takashiro-sensei karena pekerjaanku sudah selesai. Aku tidak langsung pulang melainkan pergi ke gym untuk melihat Azumane.
“Kageyama, Hinata, latihan hari ini sudah selesai. Cepat bereskan, anggota yang lain sudah akan pulang. Aku tidak bisa menyerahkan kunci gym pada kalian.”
“Sawamura-kun,”
“Oh, hai. Mencari Azumane?”
“Iya, apa kau melihatnya? Aku ingin mengomelinya,”
“Sudahlah, dia sudah kembali, jangan diomeli lagi. Aku sudah memberinya pukulan semangat tadi,” Aku sedikit bergidik ngeri, ketika membayangkan pukulan Sawamura. Pasti sakit sekali. Yah, Azumane memang pantas mendapatkannya."Dia ada di ruang klub, sedang mengambil tasnya. Sebentar lagi dia pasti akan lewat sini untuk pulang. Tunggu saja.”
Setelah mengatakannya Sawamura langsung masuk ke dalam gym membantu Kageyama-kun dan juga Hinata-kun membereskan perlengkapan mereka berlath. Aku masih diluar menunggu Azumane. 5 menit kemudian aku melihat Azumane berjalan ke arahku bersama dengan anggota tim yang lain.“Otsukare,” ucapku kepada mereka semua.
Tsukishima-kun, Yamaguchi-kun dan pemain kelas 2 menyapaku dan aku balas menyapa mereka. Aku memang dekat dengan mereka, karena Azumane tentu saja.“Kurasa kau sudah mengambil keputusan yang benar,” ucapku sambil menyamai langkah Azumane.
Sugawara-kun tiba-tiba berhenti berjalan. “Kalian duluan saja, aku akan membantu Daichi dan Shimizu mengurus Hinata dan juga Kageyama.” Sugawara-kun menepuk punggung Azumane, “Antar sampai rumah ya Azumane, tidak baik kalau perempuan dibiarkan pulang sendiri malam-malam. Sampai jumpa besok.”
“Ya, sepertinya kau benar.” Ucap Azumane kembali berjalan diikuti olehku disampingnya.
“Tentu saja.” ucapku.
Aku merasa tangan Azumane meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Aku melihat tautan tangan kami, dan tersenyum. Rasanya berbeda ketika aku memeluknya kemarin. Aku merasa kalau Azumane yang kusukai sudah kembali lagi.
“Maaf sudah merepotkanmu.” Ucap Azumane lalu berhenti dan mencium keningku. “Terima kasih,” ucapnya lagi.
Aku sedikit terkejut memang, tapi aku tidak berkomentar apapun. Rasanya kata-kata yang akan aku katakan hilang begitu saja karena Azumane melakukan hal yang romantis. Aku mengangguk lalu kami pulang bersama.