Ennoshita Chikara

2.6K 240 2
                                    

Akhir pekan ini aku dan Chika-chan berjanji untuk bertemu di perpustakaan kota. Aku sudah datang terlebih dahulu dan sedang membaca buku ketika ada seseorang yang menepuk bahuku.

“Chika-chan,” ucapku antara senang dan terkejut.

“Psssttt, jangan berisik kita sedang ada di perpustakaan dan jangan panggil aku begitu. Itu sedikit memalukan.”

“Eeeh. Aku kan selalu memanggilmu begitu. Kenapa? Apa teman-teman meledekmu?”

Aku memasang wajah jahilku. Menjahili Chika-chan memang seru. Aku dan Chika-chan sudah berteman sejak kecil dan selalu bersekolah di sekolah yang sama. Kami sama-sama suka membaca, jadi kami sering bertemu di perpustakaan kota atau perpustakaan milik ayahku.

“Tidak, jadi diam dan baca bukumu.” Chika-chan duduk di sebelahku, “Aku hanya ingin terlihat keren.” Ucapnya pelan tapi masih terdengar olehku.

“Keren? Haha—pffftt—“ aku menahan tawa, tapi malah suara-suara aneh yang terdengar.

Chika-chan mengacak rambutnya frustasi lalu menarikku keluar dari perpustakaan. Aku baru sadar kalau orang-orang di dalam memperhatikan kami ketika kami berjalan keluar.

Sampai diluar aku langsung tertawa sejadi-jadinya, karena tidak bisa menahannya lagi. Aku duduk di bangku yang ada disana lalu Chika-chan memberikan minuman yang dia beli.

“Sudah puas tertawa?”
“Ehe, gomen. Tapi kenapa chika-chan membuat alasan konyol seperti itu? Apa Chika-chan ingin terlihat keren untuk seseorang atau memang ada perempuan yang Chika-chan suka?”

“Sebenarnya aku sedang menyukai seorang perempuan. Tapi karena aku tidak banyak bermain jadi dia tidak bisa melihatku di pertandingan.”

Aku terkejut mendengar jawaban Chika-chan. Dia sedang menyukai seseorang, tapi siapa? Aku tidak tahu kalau Chika-chan dekat dengan perempuan lain selain aku. Chika-chan juga tidak pernah bercerita padaku.

“Maaf,”
“Haha. Tidak apa-apa, lagipula—“
“Chikara,”
“Eh,, uhm. Ada apa?”
“Aku ingin pulang,”
“Baiklah.”

Saat perjalanan pulang sampai kami sudah ada di depan rumahku, aku tidak bicara apapun pada Chika-chan. Aku juga tadi memanggilnya Chikara, bukan Chika-chan seperti biasanya. Suasana hatiku buruk, ketika aku tahu Chika-chan sedang menyukai seseorang. Bukankah aku seharusnya senang karena sahabatku akhirnya akan mempunyai pacar. Tapi kenapa aku justru merasa sedih.

Keesokan paginya, aku mengecek ponselku setelah sarapan. Ada 3 pesan masuk dan 1 panggilan tidak terjawab dari Chika-chan.

“Kau baik-baik saja?”

“Aku sedikit terkejut ketika tiba-tiba mengajakku pulang terlebih lagi, kau tidak mengatakan apapun selama perjalanan.”

“Kalau ada apa-apa bilang saja padaku. Selamat malam."

Aku menyimpan ponselku lalu pamit pada ibu untuk berangkat sekolah. Aku tidak membalas pesan Chika-chan dan juga tidak menunggunya untuk berangkat bersama. Kami tidak sekelas dan saat jam istirahat aku pergi ke ruang klub walaupun tidak melakukan apapun hanya untuk menghindar dari Chika-chan. Setelah kejadian kemarin, aku tidak ingin menemui Chika-chan untuk alasan apapun.

“Melamun. Kau baik-baik saja kan?”
“Oh, Onomiya-senpai. Aku baik kok. Kenapa?”
“Aku merasa ada sesuatu yang mengganggumu. Apa ini tentang Ennoshita-kun?”

Aku tersentak ketika Onomiya-senpai menyebut nama Chika-chan. Aku meruntukki diriku yang tidak pandai berbohong atau menyembunyikan perasaanku. Akhirnya aku menceritakan kejadian kemarin pada Onomiya-senpai setelah anggota klub pergi untuk makan siang.

“Apa kau menyukai Ennoshita-kun?”
“Suka? Tentu saja, kami sudah bersama-sama sejak kecil tidak mungkin kalau aku membencinya.”

Onomiya-senpai menghela nafas lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Maksudku bukan menyukai sebagai teman, tapi sebagai seorang laki-laki.”

Aku diam tidak menjawab, “Mungkin sudah saatnya orang yang kau anggap sebagai teman, berubah statusnya dari teman menjadi kekasih.”
“Senpai, tapi itu tidak mungkin,” ucapku berdalih.
“Oh, itu mungkin saja. selama kalian saling menyukai. Tapi Ennoshita-kun sudah menyukai wanita lain. Jadi bagaimana?”

“Tidak, bukan seperti itu senpai,”
“Lalu seperti apa? Kau merasa sedih ketika tahu kalau Ennoshita-kun menyukai wanita lain, itu berarti kau menyukainya.”

Onomiya-senpai tidak menunggu jawabanku, dia berdiri lalu menepuk pundakku, “Dia pasti sangat berarti untukmu. Kau bahkan tidak bisa membedakan rasa sukamu padanya. Nah, waktu istirahat sudah habis. Ayo kembali ke kelas.”

Sisa kelas hari itu tidak membuat hariku membaik. Aku masih terus teringat ucapan Onomiya-senpai. Apa benar aku menyukai chika-chan?

Aku pulang tanpa menunggu chika-chan. Setelah memberitahu Ibu kalau aku tidak makan malam aku langsung masuk ke kamarku. Aku lelah hari ini, rasanya aku akan tidur lalu bangun untuk mengerjakan tugas lalu tidur lagi. Itu yang kurencanakan tapi tiba-tiba pintu kamarku diketuk.

“Apa kau baik-baik saja?”
Aku terkejut ketika mendengar suara chika-chan, tapi aku masih tidak ingin bicara dengannya.
“Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu marah? Hari ini kita tidak berangkat dan pulang bersama. Kau juga tidak ada di kelas saat jam istirahat makan siang.”
Aku bangun dari tempat tidur dan duduk bersandar pada pintu. Aku merasa Chika-chan merasa frustasi diluar dari nada bicaranya.

“Aku tahu kau mendengarkanku, jadi tolong jawab aku. Apa kau masih kepikiran tentang kejadian kemarin? Kalau iya, kau tidak perlu khawatir. Aku tidak marah.”
Aku mendengarkan dan ingin mengatakan kalau aku tidak khawatir padanya. Aku khawatir pada perasaanku sendiri. Aku bingung.

“Dan soal perempuan yang kusuka, kurasa aku kan menyerah saja.”
Aku membulatkan mataku, Chika-chan menyerah dengan mudah. Aku memang merasa sedih ketika mendengar Chika-chan menyukai perempuan lain, tapi sekarang aku merasa marah ketika mendengar Chika-chan akan menyerah.

Aku membuka kamarku untuk memarahi Chika-chan tapi Chika-chan malah memelukku.
“Apa yang kau lakukan? Mengurung diri di kamar, tidak bicara denganku dan tidak mau makan malam. apa kau bodoh? Kalau ada masalah harusnya kau bercerita padaku atau kalau aku melakukan kesalahan kau harusnya menghukumku. Jangan seperti ini.”

“Maaf,”
“Baiklah-baiklah. Semuanya akan baik-baik saja,” ucap Chika-chan sambil mengelus rambutku. Aku tersenyum, chika-chan memang baik, tapi senyumku menghilang ketika aku ingat alasan aku membuka pintuku tadi.

“Tunggu, tunggu, tunggu. Chika-chan no baka. Ini bukan saatnya untuk khawatir tentangku. Yang lebih penting kenapa chika-chan ingin menyerah tanpa berusaha terlebih dahulu? Bagaimana bisa laki-laki menyerah dengan mudah. Chika-chan menyukainya kan?”

Aku mengatakannya, aku mengatakannya, aku mengatakannya. Kenapa diriku yang bersemangat harus ada di saat-saat seperti ini? Padahal mendengar chika-chan sedang menyukai perempuan lain membuatku sedih dan hampir menangis.

“Apa kau yakin?”
Aku mencoba mengendalikan diriku lalu menunduk, merasa bodoh. Aku bisa mendengar Chika-chan menghela nafas lalu dia menangkup wajahku. Aku tidak protes, tapi aku mengalihkan pandanganku, tapi Chika-chan membuatku melihatnya lalu dia menciumku.

“Seperti katamu, aku berusaha keras.”
“Tapi kenapa menciumku?”
“Tentu saja karena perempuan yang kusuka itu kau.”

Aku merasa ada banyak kupu-kupu yang terbang diperutku. Perasaan yang aneh, namun menyenangkan disaat yang bersamaan. Aku tiba-tiba teringat perkataan Onomiya-senpai. Dia benar. Aku menyukai Chika-chan.

Haikyuu RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang