Pagi ini terasa cerah, sama seperti senyum yang selalu ada di wajah Nishinoya Yu. Anak itu selalu ceria setiap hari, meskipun nilainya tidak terlalu bagus. Tapi mungkin bagi Nishinoya-kun semuanya akan baik-baik saja selama dia masih bisa bermain voli dengan teman-temannya.
Dia begitu dekat dengan teman satu timnya dan peduli dengan mereka. Bagi Nishinoya-kun voli dan teman satu timnya adalah paket lengkap yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Jadi apa yang membuat Nishinoya duduk di depanku sambil melipat tangannya di dada dan memejamkan matanya seolah sedang memikirkan sesuatu yang serius.
Saat bel tanda pulang sekolah berbunyi, Nishinoya duduk di tempat duduk Maria-san, dengan wajah yang serius. Aku melihatnya, setelah selesai mengemasi barang-barangku. Aku merasa terlalu memaksakan jantungku untuk bekerja lebih cepat, tapi aku tidak punya pilihan. Nishinoya Yu, orang yang kusukai ada di depanku.
Apapun itu, kuharap dia tidak membahas masalah perasaan.
Semua orang sudah tahu kalau Nishinoya-kun menyukai Shimizu-senpai dan selalu mengejarnya bersama Tanaka-kun. Aku tidak mau kalau dia merasa tidak nyaman di kelas, jadi aku menahan diriku untuk mengatakan perasaanku padanya. Atau mungkin aku ada di batas akhir perasaanku. Setelah sadar kalau perasaan ini mungkin akan membuatku dan Nishinoya-kun terluka, aku memilih untuk menyerah. Aku tidak mau ambil resiko kalau Nishinoya-kun menjauh dariku hanya karena canggung.“Apakah kau mau datang ke latihanku hari ini?”
“E-eh. Kenapa aku harus datang?”
“Nanti akan kujelaskan setelah pulang latihan. Yang penting kau datang dulu.”
Aku akhirnya mengangguk dan setelahnya Nishinoya memegang tanganku sambil mengatakan terimakasih beberapa kali dan keluar kelas. Dia pasti pergi ke ruang klub untuk bersiap. Kalau begitu sepertinya aku harus pergi ke gedung olahraga sekarang.
Aku tersenyum ketika mendengar suara Nishinoya-kun yang sedang melakukan pemanasan bersama dengan anggotan tim yang lain. Dia bersemangat sekali, seperti biasanya. Aku baru saja akan masuk ketika ponselku berbunyi, dan setelah melihat isi pesan, aku terkejut.
Moriyama-san terluka jadi, aku harus pergi ke UKS sekarang juga.
Aku berlari menyusuri lorong sampai di UKS dan melihat Moriyama-san sedang berbaring sambil menutup kedua matanya dengan salah satu lengannya.“Sepertinya lukanya tidak terlalu parah.”
Moriyama-san menoleh ke arahku dan tersenyum, “Begitulah. Maaf sudah membuatmu datang kesini hanya karena ini."
Aku tertawa sebentar lalu duduk di dekat tempat tidur setelah mengambil kotak pertolongan pertama. “Bukan seperti itu Moriyama-san. Aku tidak keberatan untuk datang kok, karena Aoda-sensei menyerahkan tanggung jawab UKS padaku hari ini.” setelah membersihkan luka Moriyama-san aku menutup lukanya dengan plester.
“Nah, sudah selesai. Ini memang luka yang tidak parah, tapi kalau moriyama-san tidak cepat mengobatinya, lukanya akan infeksi.” Aku kembali duduk di kursi setelah mengembalikan kotak pertlongan pertama ke tempatnya semula.
“Kau terlihat lelah Moriyama-san. Apa ada sesuatu terjadi?”
“Sebentar lagi akan ada turnamen olahraga nasional kan? Aku mencemaskan keikutsertaanku dalam tim. Tahun ini kami mendapat anggota kelas satu yang berbakat, tapi aku masih ingin mengikuti perlombaan karena aku menyukai panahan.” Moriyama-san tersenyum sebentar, “Tidakkah kau pikir aku lumayan keren ketika sedang memanah?”
Aku tersenyum mendengar ucapan Moriyama-san. Dia adalah salah satu anggota klub panahan, dan juga tetanggaku. Aku tidak tersenyum lagi ketika memikirkan kemungkinan Nishinoya-kun merasakan hal yang sama dengan Moriyama-san. Apakah itu alasannya memintaku untuk menonton latihannya hari ini? ah, aku lupa tidak mengirim pesan pada Nishinoya-kun. Aku mengambil ponselku dan mengirim pesan pada Nishinoya-kun kalau aku tidak bisa menonton latihannya karena harus ke UKS.