Iwaizumi Hajime

2.8K 279 7
                                    

Ini aneh. Beberapa hari ini aku merasa kalau Iwaizumi-kun menghindariku. Dia bahkan tidak melihat mataku saat bicara denganku. Apa aku melakukan hal yang membuatnya tidak nyaman, ya? Haaah. Walau begitu, seharusnya dia bilang padaku, sehingga aku bisa minta maaf padanya atau menjelaskan kalau-kalau dia salah paham padaku.

“Ada apa?” aku menoleh ketika mendengar suara Oikawa.

Kenapa dia harus datang disaat seperti ini sih? Menyebalkan. Abaikan saja, aku tidak ingin meladeninya.

“Kenapa kemari?” tanyaku pada akhirnya.

Oikawa mengangkat bahunya.“Seseorang tampaknya butuh teman untuk bicara. jadi Oikawa-san yang baik ini akan mendengarkan.” Dia tersenyum menyebalkan dan terlihat bangga dengan dirinya sendiri. “Jadi, apa yang terjadi antara kau dan Iwa-chan? Kalian tampaknya tidak nyaman ketika bertemu.”

Aku terkejut. Diluar dugaan, tampaknya dia bicara hal yang berguna hari ini. Aku menghela nafas, “Aku tidak melakukan apapun. Aku juga tidak tahu kenapa dia bisa menghindariku.” Aku tahu. Tidak seharusnya aku bercerita hal seperti ini pada Oikawa yang cerewet, tapi Oikawa dan Iwaizumi-kun berteman cukup dekat sejak kelas 1. Oikawa mungkin tahu beberapa hal yang membuat Iwaizumi-kun menghindariku.

Oikawa menutup matanya dan melipat tangannya, berpikir, “Iwa-chan memang sulit ditebak, tapi meski begitu dia adalah orang yang baik. Dia tidak mungkin menghindarimu tanpa alasan yang jelas.”

Aku mengangguk menyetujui ucapan Oikawa. Aku mengenal Iwaizumi-kun saat kelas 2 dan selama satu tahun itu, Iwaizumi-kun banyak membantuku, dia juga ramah pada teman-teman yang lain.

“Kenapa kau tidak tanya langsung saja padanya? Seperti yang kubilang, Iwa-chan adalah orang yang baik. Dia pasti akan menjawab pertanyaanmu dengan jujur, ya kan?” Oikawa melihatku lalu mengedipkan sebelah matanya, membuatku ingin muntah karena geli.

“Pergi sana. Kau sama sekali tidak membantu.” Aku mengusir Oikawa dan anehnya dia langsung pergi setelah mengatakan “Semangat.” Aku menghela nafas dan mengalihkan pandanganku ke jendela kelas.

“Kau terlihat lelah.”

Aku langsung menoleh ketika mendengar suara Iwaizumi-kun. Aku pikir aku salah dengar karena terus-terusan memikirkannya beberapa jam terakhir. Tapi Iwaizumi-kun disini, dia duduk di kursi tempat Oikawa duduk tadi.

Aku masih diam. Aku hanya melihat Iwaizumi-kun yang sedang melepas jaketnya dan meletakkannya di bahuku. Aku benar-benar tidak mengerti, sebenarnya apa yang dipikirkan Iwaizumi-kun. Kupikir dia sedang marah padaku, lalu kenapa dia bicara padaku? Apakah dia sudah tidak marah?

“Mau kuantar pulang?”

Iwaizumi-kun bahkan menawarkan diri untuk mengantarku pulang. Aku bingung, tapi aku juga senang dan lega hingga aku menangis. Iwaizumi-kun panik dan diam setelah aku memeluknya.

“Tolong jangan marah padaku lagi. Jangan menghindariku lagi. Aku minta maaf. Maafkan aku.” Ucapku di sela tangisku. Aku tidak ingin dijauhi lagi.

Aku merasakan tangan Iwaizumi-kun  mengelus kepalaku untuk menenangkanku, dan itu membuatku cukup tenang. “Aku tidak marah padamu. Aku juga tidak punya alasan untuk menghindarimu. Aku malah ingin terus bersamamu.” Ucap Iwaizumi-kun.

“Lalu kenapa beberapa hari ini kau menghindariku?” tanyaku. Iwaizumi-kun bilang dia ingin terus bersamaku, tapi nyatanya dia menghindariku kan? Jadi mana yang benar? Aku bahkan sampai mendengarkan ucapan Oikawa yang tidak berguna, atau mungkin sedikit berguna, karena pada akhirnya aku bertanya langsung pada Iwaizumi-kun.

“Aku hanya sedang berpikir, bagaimana baiknya aku mengatakan perasaanku padamu? namun setiap melihatmu, pikiranku tidak berfungsi dengan baik. Maaf membuatmu salah paham dan sedih.”

Aku berhenti menangis, dan mendongak melihat Iwaizumi yang menghapus jejak air mataku di pipiku. Aku sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan pengakuan cinta seperti ini dan terus terang aku malu. Aku baru saja menangis, wajahku pasti bengkak dan berantakan. Akh, kenapa harus di saat seperti ini sih?

“Tidak adil. Bagaimana mungkin Iwaizumi-kun mengatakan hal seperti ini sekarang? Aku kan sedang tidak siap?”

“Kenapa?”

“Aku baru saja menangis, dan wajahku bengkak. Tidak cantik sama sekali.”

Iwaizumi tertawa singkat kemudian memelukku lagi setelah mencium keningku singkat. “Aku suka padamu bukan karena kau cantik. Aku suka padamu karena itu adalah kamu. kamu tidak perlu tampil cantik untukku. Seperti ini saja kau sudah cantik.”

Aku malu. Tapi aku bisa apa, Iwaizumi sudah mengatakan perasaannya padaku. Sekarang aku harus menjawab apa?

"Iwaizumi-kun, apa aku harus menjawabnya sekarang?"

Iwaizumi-kun melihatku sebentar lalu mempererat pelukannya. "Aku sudah tahu. Kau tidak perlu menjawabnya. Melihat kau bingung karena aku menghindarimu saja, sudah bisa membuatku tahu kalau kau juga menyukaiku."

Ah, Benarkah? Aku bingung ketika Iwaizumi-kun menjauhiku itu berarti kalau aku menyukainya. Aku tidak pernah merasakan hal seperti itu ada Iwaizumi-kun.

"Iwaizumi-kun, sebenarnya aku... " Aku berhenti bicara ketika Iwaizumi-kun menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa.  Aku hanya asal bicara. Kau bisa memikirkan jawaban nya selama yang kau mau, karena aku akan selalu disini dan siap mendengarkan."

Iwaizumi-kun tersenyum dan aku menundukkan kepalaku, merasa menyesal. "Maafkan aku."

"Jangan minta maaf lagi. Kita berdua hanya salah paham.  Lebih baik kuantar kau pulang." ucap Iwaizumi kemudian berdiri.

Aku berdiri dan terkejut ketika merasakan tanganku digenggam erat oleh Iwaizumi-kun.
"Paling tidak biarkan aku menunjukkan perasaanku padamu." ucap Iwaizumi kemudian menarikku agar mendekat dan berjalan di sampingnya.

Selama perjalanan aku berkali-kali  terkejut dan merasakan hal hang baru pertama kali kurasakan ketika bersama Iwaizumi-kun.  Seperti hubungan kami berdua semakin dekat.

"Masuklah, aku akan menjemputmu besok." ucap Iwaizumi-kun ketika kami sampai di depan rumahku.

Aku mengangguk hendak masuk rumah, tapi kuurungkan ketika aku melihat Iwaizumi-kun masih berdiri di belakangku mengawasi.

"Ada apa?" tanyanya.

Aku menggeleng kemudian hal gila tiba-tiba muncul di kepalaku.  Aku berjalan mendekat ke arah Iwaizumi-kun, menarik salah satu lengannya dan mencium pipinya.

"Terimakasih sudah mengantarku pulang.  Sampa bertemu besok." ucapku dan langsung berlari ke dalam rumah.  Aku bahkan tidak menjawab pertanyaan ibu yang menyuruhku untuk makan malam dan langsung masuk ke kamarku karena terlalu malu.

Bagaimana bisa aku mencium Iwaizumi-kun? Aku malu sekali, aku bahkan tidak berani melihat pantulan diriku di cermin.

Aku mendekat ke jendela kamar dan melihat Iwaizumi-kun masih di tempatnya berdiri tadi dan tersenyum.  Dia lalu memegang pipi yang tadi kucium dengan tangannya.

Argh..  Aku malu.

Haikyuu RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang