• 09 •

12.3K 64 10
                                    

Akibat tidak bisa tidur semalaman mata Perla menjadi hitam seperti panda, tubuhnyapun terasa lemas karena kurang beristirahat.

"Aishh." Umpat Perla saat hendak mengunci pintu namun kuncinya terjatuh.

Perla terlihat kesulitan dengan buku-buku besar di tangannya kemudian menoleh setelah seorang wanita keluar dari apartement Fajar.

Itu Aina, sedang apa ia pagi-pagi berada di sini? Oh mungkin menginap, Perla sudah tidak heran lagi dengan itu. Perla kembali pada kegiatannya mengunci pintu.

Hingga Aina mulai berjalan melewatinya, tanpa membalas tatapannyapun Perla tahu betul kalau wanita itu memperhatikan Perla dari ujung kaki sampai kepalanya.

Tidak menggubrisnya, Perla membiarkan wanita itu pergi dengan sendirinya. "Dia tau gak ya kalo cowoknya ngapain sama gua waktu itu?" Gumamnya meremat buku-buku di pelukannya.

Perla menggeleng tidak ingin berpikir keras pagi ini, Ini masih terlalu pagi untuk Perla memikirkan orang-orang tidak penting.

•••

Fajar menyisir rambutnya perlahan, kembali teringat dengan mimpinya semalam. "Ini udah gak masuk akal sih." Gumamnya meletakan sisir lalu beralih mengikat dasinya.

Fajar tidak munafik Perla benar-benar sangat cantik, tak hanya itu kepribadiannyapun sama cantiknya dengan wajahnya.

Tak heran jika berada di dekatnya Fajar selalu merasa jantungnya berdebar tidak karuan, bahkan setiap detik melihatnyapun Fajar tidak pernah berhenti memujanya.

Seperti kemarin saat Fajar bertemu dengan Perla di kolam renang apartement, sejujurnya leher Fajar terasa tercekik melihat kecantikannya siang itu.

Yang lebih membuatnya semakin terpesona, saat Perla keluar dari kolam dengan bajunya yang basah, tubuhnya terbentuk begitu sempurna.

Entah sebahagia apa tuhan menciptakannya, yang Fajar tau, Perla adalah ciptaan tuhan terindah yang pernah ia temui.

Fajar kembali menyadarkan dirinya karena kembali teringat wanita itu, di dalam otaknya benar-benar hanya ada Perla.

Semakin menghindar, semakin rindu rasanya.

•••

Selesai dengan tugas kuliahnya, Perla langsung pulang dengan keadaan lesu tubuhnya rasanya lemas sekali.

Perla meletakan buku-bukunya di meja nakas, lalu berjalan mengambil handuk yang sengaja ia jemur di balkon kamarnya.

Ini memang apartement, tapi terasa seperti rumah susun akibat ulah Perla yang sering menjemur di balkon. Saat Perla sudah mengambil handuknya dan berbalik jalan sambil mengalungkan handuk di lehernya.

Tak sengaja Perla melihat ke balkon apartement Fajar. "Eh?" Perla terkejut saat melihat seorang pria dengan wajah nakal sambil memegangi bibirnya.

Pria itu menatap Perla dengan seringaian. "Wow." Ucap pria itu dengan gerakan mulut.

Perla yang ketakutan melihatnya langsung berlari masuk ke dalam kamarnya. "Ih siapa sih? Kok mukanya gitu banget."

Berpikir lebih jauh lagi tentang pria itu, Perla langsung berlari ke pintu utama apartementnya, berantisipasi mengunci pintunya agar sedikit lebih aman.

Leo yang sejak tadi tertidur di sofa terbangun akibat kegaduhan majikannya yang baru saja pulang, Leo menghampiri Perla menggesekan kepalanya di kaki Perla. "Oh ya ampun maaf, mommy ganggu tidur Leo ya?"

Perla berjongkok mengusapi kepala kucingnya. "Leo laper ya? Nanti mommy mandi dulu abis itu siapin makanan Leo ya? Oh iya luka Leo udah sembuh ya?"

Entah hanya perasaan Perla atau memang benar, wajah Leo seperti murung sekali kucing itu tidak seceria biasanya.

Able 21+⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang