Deffan meringkuk di atas ranjangnya, memainkan ponsel yang 4 tahun lalu ia pakai selama bersekolah SMA. Banyak sekali kenangan di dalamnya.
Terutama Perla, Perla yang dulu terlihat lugu dan polos, Deffan memeluk ponselnya sambil menutup mata. "I miss u." Gumamnya.
"Om!" Teriak seorang gadis kecil yang berlari menuju ranjang Deffan.
"Eh? Zakia?" Deffan bangkit duduk dari tepi ranjangnya, mengangkat tubuh mungil yang bernama Zakia tersebut, keponakannya.
Zakia terlihat begitu menggemaskan dengan pita berwarna merah muda di rambutnya. "Kia kesini sama siapa?" Tanya Deffan setelah mencium pipi gembul Zakia.
"Kia cama bunda cama yayah." Jawabnya dengan pelafalan khas anak kecil yang belum lancar berbicara.
Zakia turun dari pangkuan Deffan, duduk di ranjangnya karena ponsel Deffan yang memperlihatkan foto Perla menjadi pehatiannya. "Oom ini capa?" Tanya Zakia menunjukan ponsel Deffan.
Belum sempat menjawabnya, Zakia justru memuji kecantikan Perla. "Eh oom inikan pinces yang aku liat cama bunda watu di biocop." Katanya dengan senyum sumringah.
Deffan yang mendengar itu tentu saja menertawai tingkah lucu keponakannya. "Princess apa Ki?"
"Kia, kamu naik tangga sendirian nanti kalo jatoh gimana?" Ucap Hafsa yang berdiri di ambang pintu kamar Deffan.
Kia berdiri di ranjang Deffan, menunjukan foto Perla kepada bundanya sambil berloncat. "Bunda, ini pinces yang dedek liat di biocop itukan?"
Tidak langsung menjawabnya, Hafsa justru menoleh menatap Deffan, ternyata adik laki-lakinya itu masih berharap pada Perla. "Bunda Kia lupa namana, ciapa namana bun?"
Deffan tersenyum melihat tingkah lucu keponakannya, Hafsa berjalan masuk mulai menggendong anaknya. "Kasih hpnya ke om." Ucap Hafsa yang langsung di turuti Kia.
Deffan mengambilnya dan meletakannya telungkup di ranjangnya. "Deff? Belum nemu penggantinya?" Tanya Hafsa terlihat iba dengan adiknya.
Deffan menghela napasnya. "Kak, cinta Deff udah abis sama Perla. Gak tau kalo Perla." Kekehnya terdengar menyedihkan di telinga Hafsa.
Hafsa mengusap pucuk kepala Deffan, mengecupnya tidak menyangka kalau adik laki-lakinya ini sesetia itu pada perempuan. "Kalau emang masih cinta, masih berharap cepetan Deff."
"Cepet apa kak?"
"Kita pulang ke rumah dulu, samperin keluarganya bilang kalo mau serius." Ucap Hafsa dengan tegas.
Deffan hanya diam, tidak menjawabnya. "Kakak bakal lamarin Perla buat Deffan, kakak ibu ayah sama mas kamu bakal usahain, mahar apapun yang Deffan mau kasih ke Perla bakal kita turutin." Lanjut Hafsa.
"Kakak juga yakin kalo Qila setuju sama ini. Jangan terus di pendem Deff, kita itu sedarah, kakak tau kamu bener-bener kehilangan Perla sejak kita pindah kesini."
Bukan menjawabnya Deffan hanya terus terdiam sambil menunduk mendengarkan ucapan kakaknya.
•••
Perla menghela napas kasar karena tidurnya jadi tidak teratur semenjak Aina menginap di apartement Fajar, setiap malam Fajar dan kekasihnya itu berisik sekali.
Tapi ada yang aneh dengan ini semua, Perla jarang sekali melihat pria itu, terakhir kali melihatnya di kolam renang apartement, ah mungkin Fajar hanya diam di dalam apartementnya seharian.
"Dih? Ngapain gua mikirin, bodo amat gue gak liat dia seumur hidup gua juga." Kata Perla menyadarkan dirinya sendiri.
Perla menoleh ke dapurnya, bayangan Fajar yang saat itu menciumnya masih teringat jelas di pikirannya. "Mhh ahh mphh." Suara itu samar-samar terngiang di telinganya.
![](https://img.wattpad.com/cover/239886894-288-k266713.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Able 21+⚠️
Romance(NOTSUITABLE 2) ⚠️⚠️⚠️🚫🔞🔞 Rate 21++++ area!!! Sudah hampir 5 tahun, namun Deffan masih mengisi segala celah di hati Perla. Semuanya memang sudah berubah dengan kehadiran banyak orang-orang baru, namun itu tidak cukup untuk Perla melupakannya. Faj...