Bab 11

210 40 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pukul 22.00 Jaerome baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ia mematikan tab nya dan meletakkannya di nakas sebelah tempat tidurnya. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa berat akibat terlalu lama duduk. Ia melirik botol air minum miliknya yang sudah kosong. Tenggorokan nya kering dan ia membutuhkan air untuk melepas dahaga nya. Maka mau tidak mau ia harus keluar dan pergi ke dapur untuk mengambilnya sendiri.

Niatnya setelah mengambil sebotol dingin di dalam kulkas ia langsung kembali ke kamar. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara televisi miliknya yang menyala.

Ia pun mengubah niatnya dan melangkahkan kakinya menuju ruang tengah tempat televisi itu berada. Di sana ada Geyana yang sedang fokus menonton sebuah film dengan menikmati mie kuah buatannya.

"Enak banget ya, kayak di rumah sendiri."

Geyana tersedak dan langsung menoleh ke sumber suara. Mendapati Jaerome yang tengah berdiri di dekat sofa. Suasana ruang tengah yang gelap membuat laki-laki dengan tinggi 187 cm itu terlihat sedikit menyeramkan.

"Elo bisa engga sih jangan bikin gue kaget?"

"Oh, elo kaget?" tanya Jaerome sambil terkekeh pelan. Setelah itu ia pun duduk di atas sofa sedangkan Geyana duduk di lantai. "Gimana engga kaget, elo nonton nya film horor," lanjutnya.

"Bukan masalah horor atau engga nya, gue lagi fokus nonton terus tiba-tiba dengan suara elo gimana engga kaget coba?"

"Alasan. Bilang aja elo kaget karna takut, iya kan?"

Geyana mendengus kesal. Ia memilih untuk tidak menanggapi ucapan Jaerome dan kembali fokus menonton sembari memakan mie kuah miliknya.

"Gue juga suka film horor."

"Engga ada yang tanya."

"Gue cuma mau kasih tau."

"Gue engga mau tau."

Jaerome melirik sinis Geyana. Namun sepertinya wanita itu tidak menghiraukan nya dan tetap menatap lurus ke arah televisi yang ada di depannya.

Setelah itu hening. Tak ada lagi percakapan diantara keduanya karena sama-sama hanyut dalam situasi tegang di film yang ada di layar televisi.

LIGHT & SHADOW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang