ENAMBELAS

7 1 0
                                    

Sesuai rencana, sekarang Haikal sudah berada di rumah Rania untuk mengerjakan PR bersama. Karena Haikal datang pada pukul 7 malam, jadilah pada pukul setengah 9 malam tugas mereka belum selesai juga.

"Lo sih kal Dateng malem banget, dibilang kesini nya dari sore, udah tau PR nya banyak, besok di kumpulin masih aja santai" Rania terus saja menggerutu sambil mengerjakan tugasnya, membuat Haikal hanya bisa diam mendengarkan ocehan yang keluar dari mulut Rania sembari menyalin jawaban yang di tulis Rania.

Suasa kembali hening, Rania kembali fokus pada bukunya sesekali menatap buku Haikal, menanyakan hal yang laki laki itu tau. Hingga saat pukul 9.15 malam akhirnya tugas mereka selesai.

Rania meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku, sedangkan Haikal hanya menatap Rania sambil tersenyum lembut, senyuman yang jarang di tampilkan oleh Haikal.

"Kenapa sih Lo liatin nya gitu banget? Tau kok gue cantik, tapi biasa aja kali" Rania mengambil cemilan yang disediakan Nita dimeja dan langsung memakan nya.

"Eh kal, si jeffan kemana sih? Gue kok jadi jarang liat dia, atau sekedar denger dia lagi ya?" Rania menatap Haikal, dan menangkap perubahan wajah Haikal, yang tadinya menatapnya lembut menjadi sebal.

"Ngapain sih nanya nanya si jepan tiba tiba, biasa juga ribut sama si jepan, heran" Haikal mengalihkan pandangan nya dan mengambil toples berisi biskuit lalu memakan nya.

"Yehh.. orang cuma nanya, tadi Senin juga biasa ngerecokin, tadi malah gak ada anak nya" tambah panas saja hati Haikal mendengar tuturan kata yang keluar dari mulut Rania.

"Gak tau" balasan ketus Haikal membuat Rania paham akan situasinya, sekarang ini Haikal sedang cemburu pikir Rania.

"Ekhem.. Lo cemburu ya? Hayooo? Haikal cemburu? Hahahaha...." Rania tertawa terpingkal-pingkal, merasa kalau pacar nya yang biasa mengajaknya ribut menjadi cemburu.

"Udah ah gue mau pulang" Haikal langsung buru buru merapihkan bukunya dan memasukannya ke dalam tasnya.

Tapi, saat akan keluar rumah Rania petir terdengar, membuat Haikal terpaku di depan pintu rumah Rania.

"Kayaknya mau hujan kal, Lo nginep disini aja? Atau mau di anter aja pulang nya naik mobil?" Rania menampilkan raut khawatir nya, melihat Haikal yang diam terpaku dengan tatapan mata yang tiba tiba gelisah.

Petir kembali terdengar lebih keras, Haikal sampai jatuh terduduk, membuat Rania refleks langsung menangkap tubuh Haikal walau tubuh yang lebih besar darinya tetap jatuh juga.

"Kal.. Lo disini dulu ya, jangan pulang" Rania menutup kedua telinga Haikal, membuat Haikal kembali tersadar dan menatap Rania dengan raut menyedihkan.

"Ran.. aku takut.." Rania membatu mendengar kata 'aku' keluar dari mulut Haikal, sejujurnya Rania belum pernah mendengar Haikal menyebut dirinya 'aku' pada Rania selama mereka pacaran.

"Kamu tenang, aku disini.." balas Rania setelah tersadar.

Rania membawa Haikal ke ruang tamu, tempat mereka belajar tadi. Melihat Nita datang, langsung saja Rania memanggil ibunya untuk segera mendekat.

"Mih.. Haikal nginep disini ya, diluar kayaknya hujan, ada petir juga, kasian Haikal kalau harus pulang sekarang" Nita menatap Rania dan Haikal bergantian, entah hanya perasaan nya saja atau memang benar, wajah Haikal terlihat sangat pucat.

"Ran, muka Haikal kenapa pucet banget" Nita langsung mendekati Haikal duduk di samping kiri Haikal lalu memegang dahi laki laki itu. "Ya Allah badan Haikal panas, ayo bawa ke kamer" Nita dan Rania akhirnya memapah Haikal menuju kamar tamu.

Setelah itu Rania langsung mengambil air kompresan untuk Haikal dan menyerahkan pada Nita supaya Nita mengompres Haikal.

"Mih.. aku mau telfon kak Liya dulu, ngasih tau Haikal disini" setelah mendapat persetujuan dari sang mamah, Rania keluar dan langsung menelfon liyani.

LOVE IS YOU {SLOW UPDATE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang