Percakapan

932 119 11
                                    

Saat ini, kedua makhluk itu-- maksudnya sepasang gadis dan pemuda yg tengah terduduk dengan terikat oleh tali dari seorang yg memiliki kantong mata begitu hitamnya. Ya, itulah guru mereka, alias, Eraser Head, alias, Aizawa Shota.

Gadis itu-- (Y/n) hanya terikat dada hingga pinggangnya. Sedangkan bocah di sebelahnya benar-benar terikat semua, kecuali matanya. Yah, dilihat dari kelakuannya saat ini yg mencoba mengamuk tak mengherankan mengapa ia diperlakukan seperti itu.

"Anu, Aizawa-san."

"Sensei," koreksinya.

"Ugh, Aizawa-sensei, kau tahu bahwa ikatan ini tidak berguna untukku. Apalagi aku tidak memiliki quirk. Jadi boleh tolong dilepaskan saja?"

"Ini adalah kemauan gurumu, jadi diam saja." 

Perkatan datarnya mengundang perempatan emosi pada gadis itu.

'Ku penggal lehermu syalan!' inner nya menjerit.

"Di hari pertama kau masuk ke kelas ku sudah terjadi keributan yg luar biasa. Bisa kau jelaskan bagaimana kau akan memperbaiki semua ini?" Aizawa menopang pipinya menggunakan tangannya, menatap malas pada kedua bocah itu.

"Kalau kau tak menyukainya, kau bisa mengeluarkanku kok."

Perkataan ringannya berhasl membuat Bakugo yg sedari tadi mengamuk menjadi diam. Dahinya berkerut hebat. Bagaimana bisa dia mengatakan hal semudah itu?

Aizawa hanya menghela napas.

"Ternyata kau benar-benar tak berniat untuk menjadi murid yg baik ya." Ia menggaruk kepalanya yg tidak gatal.

"Asal kau tahu, bocah. Sekalipun kau tidak menginginkannya bukan berarti kau bisa meremehkan seenakmu. Secara pribadi aku juga tidak begitu peduli pada nasibmu, tapi cobalah berpikir secara waras. Bagaimana perasaan bocah-bocah itu berjuang begitu keras agar bisa masuk ke akademi ini. Setidaknya kau harus menghormati perasaan mereka, bocah," terangnya.

Tak membalas, gadis itu hanya menunduk. Yang dikatakan Aizawa sepenuhnya benar. Hanya karna mereka berbeda dengan yg lainnya, bukan berarti ia bisa bersikap tidak peduli. Meskipun di pandangannya mereka adalah orang-orang naif yg mendambakan 'pahlawan' bukan berarti ia bisa menyatakan dia yg lebih baik. Mereka sama-sama berjuang untuk suatu hal, mereka juga sama-sama bertarung untuk melindungi apa yg berharga. Jangan hanya karna ia pernah merasa kehilangan teramat sangat, ia meremehkan perjuangan mereka untuk menjadi seseorang yg dapat membantu orang lain.

'Sial, aku kan jadinya merasa bersalah...'

"Maaf..." lirihnya.

Sejenak Aizawa terdiam, lalu ia melepaskan ikatannya pada (Y/n). Bakugo yg ikatannya tidak dilepas kini kembali memberontak. Seolah perlakuannya tidak adil.

"Untuk seterusnya jadilah murid yg normal dan bertemanlah dengan yg lain. Kau boleh keluar."

Mengangguk, gadis itu pun melangkah keluar ruangan dengan perasaan berat.

Selama ini dia tak pernah memikirkan perasaa orang lain kecuali untuk teman-temannya yg berharga. Lagian, dia dulu terlempar ke dunia itu memang untuk melindungi mereka, bukan yg lain. Peristiwa kali ini cukup membukakan matanya.

"Murid normal, ya?"

Murid normal itu sebenarnya apa? Ia benar-benar tak ingat bagaimana kehidupan sekolahnya dulu. Yang dia ingat cuman satu, kehampaan.

* * *

Begitu memasuki kelas, kehadiran gadis itu disambut oleh mereka.

"(Y/n)-chan! Kau baik-baik saja kan?!" tanya Toru.

KNY x BNHA : In Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang