بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
"Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan."
(QS. Ali-Imran Ayat 153)〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️
"Bu, aku pamit ya." ucap Shakila sembari menjulurkan tangannya untuk memyalimi tangan ibunya.
Azizah yang tengah mencuci piring itu pun menoleh ke samping kirinya. Ia pun menjulurkan tangannya kepada Shakila yang hendak mencium punggung tangannya.
"Hati-hati ya, Sha." ucap Azizah setelah punggung tangannya di cium putrinya.
"Iya, Bu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Shakila pun melenggang pergi menuju halaman rumah untuk berangkat sekolah. Seperti biasa ia di antar oleh ayahnya Adam memakai mobil sedan berwarna hitam.
Hari ini adalah hari Kamis, jadi seragam yang ia gunakan untuk sekolah adalah baju batik berwarna coklat. Beda halnya dengan kemarin yang memakai seragam identitas sekolah berwarna hijau muda.
Sesampainya ia di sekolah, Shakila berniat ke koperasi terlebih dahulu untuk membeli pulpen. Karena jam masuk masih tersisa sepuluh menit.
"Assalamu'alaikum, Shakila." salam seorang perempuan di depan Shakila yang baru saja keluar dari koperasi.
"Wa'alaikumussalam. Eh, Ruqayyah." balas Shakila.
Ruqayyah tersenyum melihat Shakila yang baru menyadari jika itu adalah dia. "Abis beli apa?" tanyanya.
"Abis beli pulpen, kamu sama siapa?"
"Sama temen nih, lagi nungguin di luar."
"Ohh, yaudah aku duluan ya ke kelas."
"Iya, Sha."
Shakila pun berjalan menuju ruang kelasnya meninggalkan Ruqayyah yang masih berdiri di depan koperasi. Memang tadi ia terlihat sedang menenteng plastik berisi jajanan.
Memang jika pagi ini biasanya tidak begitu ramai, beda halnya jika saat istirahat. Jam di mana para murid sudah mulai lapar dan mencari jajanan yang bisa mengganjal perut mereka.
〰️〰️〰️
Selama pelajaran di mulai. Entah kenapa, Shakila merasa ada yang aneh dengan dirinya. Hatinya terasa tak tenang, begitupun pikirannya yang selalu memikirkan ayahnya, Adam.
Apa yang terjadi pada ayahnya? Sampai ia memikirkannya di tengah pelajaran sedang berlangsung. Padahal saat ayahnya mengantarnya, Adam terlihat baik-baik saja seperti biasa. Hanya saja, memang raut wajahnya sedikit berbeda. Terlihat kantung matanya yang agak hitam dan seperti sedang banyak pikiran.
"Shakila!" seru Bu Tri, Guru Mata Pelajaran Fisika.
Shakila tersentak mendengar suara Bu Tri yang memanggilnya. Ia kini tersadar dari lamunannya. Semua teman sekelasnya menatap ke arahnya. Hal itu membuat Shakila menjadi malu karena ketahuan tak memperhatikan gurunya yang tengah mengajar.
"Kamu kenapa melamun? Ada masalah?" tanya Bu Tri.
"Engga, Bu."
Bu Tri menghela nafas sembari menatap Shakila. "Yasudah, perhatikan ke depan. Nanti akan ada tugas, jangan sampai kamu gak merhatiin saya dan jadi bingung nantinya." ucapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Hijrahku [ORDER NOW]
Spiritual#EVENT ODOA LOVRINZ #KISAH INSPIRATIF Menjadi baik itu memang mudah. Tapi, berada di jalan yang baik belum tentu mudah. Banyak hambatan dan cobaan yang kian mengganggu kekuatan iman. Sama halnya dengan alur hijrah Shakila si pemeran utama di kisah i...