4. Dapatkah Aku Berubah?

15 8 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman."
(QS. Al-An'am Ayat 125)

〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

Sesampainya di halte bus sebrang jalan yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Shakila turun dari sana dan menuju ke arah rumahnya yang berjarak kira-kira 250 meter dari sana.

Sesekali ia memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu di sekolahnya. Kejadian yang tak begitu mengenakan di hatinya. Di mana dirinya merasa butuh perubahan dalam hidupnya.

Shakila merasa lelah dengan harapan yang membuat hatinya tergores. Ia harus menemukan jati dirinya yang sesungguhnya agar bisa meninggalkan perasaan tersebut.

"Hahh, sangat menyebalkan." ucap Shakila sambil menendang batu yang berada di pinggir jalan ke arah selokan.

Netra Shakila yang awalnya menatap ke bawah jalan kini melihat ke arah jalanan di samping kirinya. Ia menyipitkan matanya saat melihat seorang bocah cilik tengah mengambil bola di tengah jalan.

Ia melihat satu mobil tengah melaju dengan cepat ke arah bocah itu. Shakila pun yang tak jauh dari sana membulatkan matanya dan berlari mendekati bocah tersebut.

Bocah itu pun telah berdiri dan bersiap kembali ke dalam rumahnya yang ada di pinggir jalan. Tapi, mobil yang melaju cepat itu sudah semakin dekat. Lantas, Shakila menarik bocah cilik itu dengan perasaan yang tidak karuan.

"Tiiiinn" bunyi klakson mobil yang sudah berlalu dengan kecepatan di atas rata-rata. Mobil itu akhirnya tidak menabrak bocah cilik itu. Karena Shakila sudah lebih dulu membawanya ke dalam pelukannya dan kini mereka ada di pinggir jalan.

Beberapa orang yang berlalu lalang maupun di sekitaran sana pun sontak menatap ke arah mereka. Karena tidak terjadi apa-apa, mereka pun kembali ke aktivitasnya masing-masing.

Bocah cilik yang kini berada di pelukan Shakila terkejut bukan main. Ia masih belum sadar pada apa yang terjadi tadi. Sedangkan Shakila menghela nafas tenang. Netranya menatap mobil yang hampir menabrak bocil itu kini sudah menjauh dari mereka.

Shakila menurunkan pandangannya menatap bocil yang berada di pelukannya itu. Ia melepaskan rengkuhannya dan memegang pundak bocil itu dengan raut wajah khawatir.

"Kamu engga apa-apa, Dek?" tanya Shakila dengan nada cemas.

Bocil itu menggelengkan kepalanya. Ia menatap ke arah atas karena Shakila yang lebih tinggi darinya. Shakila yang mendapatkan respon gelengan itu pun mengelus kepala bocil berumur 6 tahun tersebut.

"Lain kali hati-hati ya. Ga baik main bola di pinggir jalan." tutur Shakila menasehati.

"Iya, Kak. Maafin Ziko." ujar Bocil yang bernama Ziko itu dengan tampang lugunya.

Shakila tersenyum simpul. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia pun melihat bola berwarna putih hitam segilima tergeletak di aspal dekat pohon. Bola tersebut bisa di sana karena Shakila yang menarik Ziko tadi.

Karena Ziko terkejut, sontak membuatnya melepas bola itu dari tangannya. Shakila pun berjalan ke arah bola itu dan mengambilnya. Setelah bola itu berada di genggamannya, ia mendekati Ziko kembali.

"Nih, bolanya." ucap Shakila memberikan bola itu kepada pemiliknya.

"Makasi, Kak." tutur Ziko sembari mengambil bola di tangan Shakila.

Alur Hijrahku [ORDER NOW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang