*Warning*
Adegan dewasa, bijaklah saat membaca chapter ini.
Malam pukul dua puluh satu lebih sepuluh menit berlalu, mobil yang Mac kendarai membelah jalanan yang semakin sepi hingga bertemu banyak pepohonan.Semakin dinginnya malam seakan mendukung suasana yang menyelimuti keduanya.
Mac yang tetap diam sepanjang perjalanan serta ken yang masih berpegang teguh dengan egonya.
Tapi yang ken yakini Mac tidak akan berani kasar dengannya lebih dari yang tadi, ken tau amarah Mac tadi cukup membuatnya terkejut dan sekarang entah mau dibawa kemana mobil ini.
Satu jam lebih mereka berkendara akhirnya mobil yang ken tumpangi berhenti di sebuah villa di daerah bogor.
Mac keluar dari mobil lalu berjalan ke arah pintu penumpang, membukanya lalu menarik ken keluar.
Menutup pintu mobil dengan kencang tak lupa menguncinya dan menarik ken masuk ke dalam.
Villa nya cukup besar dengan interior american style modern, berdinding tinggi memiliki dua lantai serta banyak kamar yang tersedia.
Ruangan yang temaram hanya di terangi lampu dinding kecil di sepanjang lorong, mereka berdua masih diam dan ken hanya mengikuti kemana kaki Mac melangkah.
Sampai di salah satu kamar dengan pintu kayu yang cukup besar, Mac membuka pintu perlahan dan menarik ken masuk lalu mendorongnya hingga terduduk di pinggir kasur.
Mac kembali ke arah pintu lalu menguncinya, berhenti sejenak untuk meredam gejolak amarah lalu berbalik badan dan berjalan mendekati ken.
Ken tak bergeming sama sekali, dia hanya menatap lurus Mac yang sedang mengeluarkan aura dominannya.
Lampu kamar utama tidak Mac nyalakan hanya sinar rembulan serta lampu sudut kamar yang menerangi mereka.
Tirai jendela yang tertiup angin serta angin malam yang berhembus kencang menandakan bahwa malam ini akan turun hujan.
Mac berhenti tepat di depan Ken menatap lurus kedua mata yang sudah menjadi candunya.
Mata yang indah jernih berkabut luka, tajam menusuk namun tetap indah di matanya.
Tak ada rasa takut terlihat dimata kucing kecil ini, sebaliknya seakan menggoda hasrat yang ia pendam.
"K– kak" Ken memanggil Mac pelan.
Tak ada jawaban dari mulut Mac, namun Mac dengan perlahan menggulung lengan kemejanya hingga ke siku.
Ken meneguk ludahnya pelan melihat urat lengan Mac yang menonjol, bahkan ken harus akui sekarang itu terlihat seksi.
Mac kembali berulah dengan membuka tiga kancing teratas kemeja berwarna navy itu, memperlihatan belahan dada bidang yang sensual.
Entah sejak kapan itu dimulai suasana di sekitar mereka menjadi cukup erotis, angin yang berhembus hingga bau hujan yang baru saja turun tidak menurunkan intensitas suhu keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARESWARA
FanfictionKarena Ka Mac dan Ken sudah pada Final Chapter story mereka dengan berat hati juga aku sebagai Author Nareswara, memutuskan tidak melanjutkan cerita ini demi kenyamanan bersama, terimakasih semua atas support nya, aku sangat menghargai antusias kali...