Bagian 6

20.6K 1K 145
                                    


Bel pulang akhirnya berbunyi juga, siswa-siswi SMA X segera berhamburan  meninggalkan sekolah begitu juga dengan Esa, saat ini dia sedang duduk di kursi taman, tempat yang biasa ia tempati saat menunggu jemputan mobilnya.


"Hufft.. Pak Ujang telat lagi nih!" gerutu Esa.


Beberapa menit kemudian sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di  itu depan gapura sekolah, Esa yang mengenali mobil itu segera berlari mobil itu.


"Pak, kok telat sih?" tanya Esa dengan nada kesal setelah ia memasuki mobil.


"Maaf Den, Bapak ketiduran tadi.. toh cuma 12 menit doang kan Den.." jawab Pak Ujang dengan gayanya yang seperti Pak Ogah, membuat Esa merengut kesal.


"12 menit itu lama kali, Pak.."


"Iya.. iya maaf, sekarang langsung pulang nih?"


"Nggak! Ke Monas! Ya pulang lah.. udah capek nih aku!"


"Oke Den.. gak usah ke Monas segala kali Den.." ujar Pak Ujang yang kini melajukan mobil itu.


Seperti biasa, Esa bersandar dan melihat pemandangan di sepanjang jalan. Itulah yang Esa lakukan tiap kali berangkat maupun pulang sekolah. Matanya selalu merapat ke jalan trotoar untuk menemukan Rama. Dia juga tak akan berani untuk jalan bareng dengan Rama, setidaknya Esa bisa melihatnya dari sini, dari mobilnya yang melaju kencang. Esa sangat kesal jika Pak Ujang telat jemput, seperti hari ini, karena bisa-bisa Rama sudah keburu pulang, otomatis Esa gak bisa liat dia.. berlebihan memang, untuk sekedar ngeliat doang. Tapi bagi Esa, melihatnya saja sudah bisa mengobati rasa rindu yang menderanya setiap jauh dari Rama.


Kali ini Esa juga dengan serius memandangi trotoar tempat Rama biasa berjalan kaki menuju rumahnya. Dia berharap Rama belum sampai ke rumah.


Doa apaan tuh? Doanya kok jelek, Rama yang capek, lu sih enak naek mobil!


Esa tak peduli, yang penting dia bisa melihatnya untuk terakhir kali, untuk hari ini, tapi.


Tak lama kemudian mata Esa menangkap sosok laki-laki berseragam putih abu-abu jauh didepan sana, Esa tersenyum 'itu pasti Rama', namun semakin dekat, senyum Esa memudar. Di depan sosok berseragam itu, 3 orang berbaju sangar dengan wajah yang tak kalah sangar pula tampak berbicara dengannya.


'Ya ampun.. preman?' batin Esa.


Mobilnya sudah agak jauh melewati sosok itu, Esa pun menyuruh Pak Ujang menghentikan mobilnya.


"Pak, berenti Pak! Aku mau beli es." Ujarnya sambil membuka pintu mobil.


"Eh?! Kok minum es, Den? Ntar Bi Ida marah loh..!"


Esa tak menghiraukan kata-kata Pak Ujang dan membanting pintu mobilnya. Ia berlari menuju tempat sosok berseragam putih abu-abu itu. Esa sendiri sebenarnya gak bakal berani jika  harus melawan preman-preman itu, lagipula ia harus memastikan, orang-orang berwajah sangar itu adalah preman atau bukan.

Aku Bisa Membuatmu Jatuh Cinta Kepadaku Meski Kau Tak Cinta KepadakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang